Situasi di Indonesia Aborsi 1. Pengertian Aborsi

b. Declaratio De Abortu Procurato 1974 Dalam kongregasi suci ajaran imam mengenai pernyataan tentang aborsi dengan keras menolak aborsi, sesuai dengan yang tertulis di art 7: “…kehidupan harus dilindungi dengan amat seksama sejak pembuahan; Aborsi dan pembunuhan anak adalah kejahat an yang durhaka”. Paus Paulus VI yang sering berbicara tentang tema ini tak ragu-ragu menegaskan bahwa ajaran Gereja ini tak berubah dan tak dapat berubah sebab hak pertama pribadi manusia adalah hak atas hidup yang merupakan dasar bagi semuanya bdk art 11. “…Hak ini ada juga pada anak kecil yang baru lahir seperti pada orang yang sudah dewasa. Sungguh, hormat terhadap hidup manusia adalah kewajiban sejak proses hidup mulai. Dengan pembuahan sel telur mulailah hidup baru, yang bukan hidup ayah dan bukan hidup bunda, melainkan hidup makhluk baru, yang tumbuh sendiri. Tak pernah ia menjadi manusia jika ia tidak sudah manusia sejak semula” art 12. Harus ditegaskan bahwa tidak ada satu alasanpun yang obyektif memberi hak untuk memutuskan hidup orang lain, juga yang baru mulai bdk art14, orang tak pernah boleh membenarkan aborsi, tetapi terutama harus diusahakan memberantas penyebab-penyebabnya art 26. c. Kitab Hukum Kanonik 1983 Menurut Kitab Hukum Kanonik KHK kanon 1398: “Yang melakukan aborsi dan berhasil, terkena ekskomunikasi latae sententiae’. Hukuman ekskomunikasi latae sententiae ini hendak menerangkan bahwa kejahatan aborsi adalah kejahatan yang sangat berat sebab aborsi merupakan pembunuhan yang dilakukan terhadap manusia yang “lemah, tak dapat membela diri, bahkan sampai tidak memiliki bentuk minimal pembelaan, yakni kekuatan tangis dan air mata yang dimiliki oleh bayi yang yang baru lahir, yang menyentuh hati. Bayi yang belum lahir sama sekali terserahkan kepada perlindungan dan pemeliharaan wanita yang mengembannya dalam kandungan. Sungguhpun begitu ada kalanya justru ibunya sendirilah yang mengadakan keputusan, dan meminta agar bayi itu disingkirkan, dan merasa enak saja sudah melakukannya ” Bdk EV art 58. Latae Sententiae bersifat otomatis dan tidak perlu ada pernyataan resmi atau tidak resmi dari otoritas Gereja atau pihak lain. Begitu seseorang terkena sanksi ini dia dikeluarkan dari persatuan dengan Gereja. Dia bukan orang Katolik lagi dan haknya sebagai orang Katolik hilang seketika. Namun tidak hanya seorang perempuan saja yang melakukan aborsi dan berhasil yang dikenakan hukuman ini, tetapi juga dikenakan kepada mereka yang bekerja sama dalam tindakan aborsi itu, misalnya seorang suami atau pacar yang membawa dan menunggui di klinik aborsi, pelaku pembantu dokter, perawat, bidan, dan para pembantu lain yang tanpa bantuan mereka tindak pidana tersebut tidak akan terlaksana Kanon 1329 §1 dan §2. Begitu juga dengan calon imam yang bekerja sama dalam aborsi tidak boleh ditahbiskan Kanon 1041§1, seorang diakon, imam, uskup yang bekerja sama melakukan aborsi dan berhasil tidak boleh melakukan tugas-tugas imamatnya Kanon 1044§1, dan anggota tarekat hidup bhakti harus dikeluarkan jika melakukan tindak pidana pembunuhan, aborsi, menculik dengan paksa atau tipu, membuat cacat, melukai secara berat Kanon 695. d. Katekismus Gereja Katolik 1992 Dalam Katekismus Gereja Katolik art 2272, mengatakan bahwa: Keterlibatan aktif dalam suatu abortus adalah suatu pelanggaran berat. Gereja menghukum pelanggaran melawan kehidupan manusia ini dengan hukuman Gereja ialah ekskomunikasi. “Barang siapa yang melakukan pengguguran kandungan dan berhasil, terkena ekskomunikasi.” Ekskomunikasi itu terjadi dengan sendirinya, kalau pelanggaran dilaksanakan menurut syarat-syarat yang ditentukan di dalam hukum. Pernyataan di atas jelas menunjukkan bahwa Gereja menentang adanya tindakan aborsi, bahkan menghukum pelaku aborsi baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan hukuman ekskomunikasi yaitu pengucilan dari Gereja. Maksud dari hukuman ini adalah orang yang bersangkutan dapat mempertanggungjwabkan tindakannya di hadapan Tuhan dengan melakukan pertobatan. e. Evangelium Vitae 1995 Evangelium Vitae merupakan ensiklik Paus Yohanes Paulus II yang menentang kejahatan aborsi karena aborsi merupakan perbuatan yang durhaka, sebagaimana diungkapkan dalam art 60 di bawah ini: Ada yang mencoba membenarkan pengguguran dengan menyebarkan anggapan bahwa hasil pembuahan,- setidak-tidaknya sampai jumlah tertentu hari-hari belum dapat dipandang sebagai hidup manusiawi yang personal, Akan tetapi menurut kenyataan : “dari saat telur dibuahi sudah mulailah suatu kehidupan, yang bukan hidup ayah atau ibunya: melainkan hidup manusia yang baru beserta pertumbuhannya. Tidak pernan itu akan dijadikan manusiawi, kalau bukan s udah manusiawi sebelumnya….Gereja senantiasa telah dan tetap mengajarkan, bahwa hasil prokreasi pengadaan keturunan manusiawi sejak saat pertama keberadaannya harus dijamin: supaya dihormati tanpa syarat..”. Dari pernyataan di atas, jelas terlihat bahwa kehidupan manusia sudah ada sejak pembuahan dan harus diperlakukan sebagai pribadi. Maka dari tu kehidupan manusia harus dihormati sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia dan oleh karena itu hak untuk hidup tidak dapat diganggu gugat.

B. Pelajaran Agama Katolik di Sekolah

1. Hakikat Dasar dan Tujuan PAK di Sekolah Agama memiliki peran yang cukup penting dalam hidup saat ini karena mampu menjadi pemandu atau acuan dalam upaya mewujudkan kehidupan yang lebih bermakna dan bermartabat. Oleh karena itulah diperlukan suatu internalisasi agama dalam pendidikan baik di lingkungan keluarga, sekolah, atau lembaga informal lainnya. Dalam lingkungan sekolah diadakan suatu pelajaran agama Pendidikan Agama Katolik yang berperan untuk membuka jalan selebar-lebarnya bagi setiap peserta didik untuk memiliki akses untuk sampai pada seluruh harta kekayaan iman komunitas atau tradisi Heryatno. 2008:20. Pelajaran Agama diharapkan tidak hanya menebar informasi melainkan juga memberi ilham dan inspirasi hidup kepeda para peserta didik untuk menghadapi kenyataan hidup di masa sekarang dan menjawab tantangan masa depan. Dengan kata lain, PAK diharapkan mampu membantu naradidik trampil menemukan makna hidup dari kenyataan sehari-hari. PAK dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga, dan kelompok jemaat lainnya untuk membantu naradidik agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup mereka. Sebagai suatu proses hal ini haruslah berkesinambungan. Ada 3 tiga hal yang menjadi orientasi dan tujuan PAK yaitu demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup manusia, demi kedewasaan iman, dan demi kebebasan manusia. 2. Model PAK Berikut ini akan diuraikan beberapa model pelajaran atau Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Heryatno, 2008:57-68. a. Model transmisi atau transfer Dalam model ini pendidik menyampaikan materi atau informasi kepada para peserta didik. Pendidil meyakini bahwa informasi yang diberikan itu sebagai suatu kebenaran yang harus dipelihara dan diteruskan kepada satu generasi ke generasi berikutnya. Kebenaran ini disampaikan dalam bentuk cerita, pengakuan iman yang formal misalnya melalui dogma Gereja, ataupun peribadatan. Karena tekanannya ada pada isi yang harus disampaikan, maka model ini dinamai dengan pendidikan iman yang bersifat dogmatis. b. Model yang Berpusatkan pada Hidup Peserta Model pendidikan ini merupakan reaksi eksrim terhadap model pendidikan yang bersufat dogmatis. Sifat yang ditekankan bukan kognitif melainkan kualitatif dan subyektif. Model ini melihat secara negatif model pendidikan yang bersifat obyektif dan cenderung kuantitatif. Dalam proses pendidikan yang ditekankan bukan menambah informasi dan materi sebanyak-banyaknya melainkan lebih pada usaha memanusiakan manusia dan memperkembangkan kepribadiannya. c. Model Praksis Model ini menekankan pentingnya partisipasi aktif peserta. Peran peserta sebagai subyek dalam proses penyelenggaraan pendidikan sangat digarisbawahi. Partisipasi itu berdasar pengalaman hidup peserta yang diungkapkan dan direfleksikan secara kritis sehingga ditemukan nilainya dan dapat diteguhkan visi dasarnya. Hasil dari refleksi kritis itu kemudian didialogkan dengan visi dan tradisi Katolik. d. Model Pendidikan yang Bersifat Estetis Model ini menyatukan segi kognitif sekaligus afeksi sekaligus membuka peluang selebar-lebarnya bagi peserta didik untuk berekspresi. Dengan kata lain model ini penuh dengan nilai seni estetika. Singkatnya kita mengenakan kacamata positif yang memandang mereka sebagai pribadi yang sungguh baik, yang diciptakan oleh Tuhan menurut citra-Nya sendiri.

C. Audio Visual

1. Pengertian Audio Visual Sebelum kita mencari pengertian audio visual, ada baiknya kita mencari pengertian dari audio dan visual itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, audio berarti alat peraga yang bersifat dapat didengar KBBI, 2007:76 sedangkan visual dapat dilihat dengan indera penglihat atau mata KBBI, 2007:1262. Audio visual berarti alat peraga yang bersifat dapat didengar dan dilihat, misalnya film dan video Media audio visual adalah suatu media yang terdiri dari media visual yang disinkronkan dengan media audio, yang sangat memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara guru dan anak didik di dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain audio visual merupakan perpaduan yang saling mendukung antara gambar dan suara, yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran bagi yang menonton. Yang termasuk dalam media ini antara lain: sound slide, TV, film, dan sebagainya Rinanto, 1982: 21. Media audio visual terdiri dari “software” dan “hardware”. Softwarenya adalah bahan-bahan informasi yang terdapat dalam sound slide, file, kaset, TV, dan sebagainya. Sedangkan hardwarenya adalah segenap peralatan teknis yang memungkinkan software bisa dinikmati. Misalnya: tape, proyektor, slide, dan sebagainya. Yang termasuk dalam media audio visual antara lain: sound slide, televisi, dan film. 2. Kelebihan dan kekurangan audio visual Pada penjelasan di atas, kita telah mengetahui pengertian dari audio visual. Media audio visual sebenarnya lepas satu dengan yang lainnya, tetapi jika media audio visual itu digabungkan menjadi satu, maka kekuatan yang dimilikinya tentu lebih mantap. Kekuatan yang ada tentu lebih mampu membuat orang untuk berpikir secara kreatif dan penuh penghayatan. Berikut akan dijabarkan beberapa kelebihan dari audio visual menurut Rinanto, 1982:49-50 : a. Mampu menarik perhatian Dengan munculnya gambar dan suara, perasaan orang yang melihatnya akan tergugah. Terlebih jika gambar yang dimunculkan bersifat ekspresif dan mengena pada kehidupan mereka. b. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir sehingga dengan demikian menghindari pengertian yang abstrak. Pengertian yang semula sulit untuk dibayangkan oleh seseorang karena begitu abstrak kini telah berubah menjadi pengertian yang begitu konkret. Dengan demikian energi otak tidak banyak terbuang. c. Memberikan pengalaman nyata kepada orang yang melihatnya sehingga menumbuhkan self activity. Karena pengalaman nyata terungkap dalam suatu media audio visual, maka hal ini akan merangsang perasaan maupun pikiran sehingga timbulah sesuatu yang akan menanggapi rangsangan tersebut. d. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar sehingga memungkinkan hasil belajar lebih tahan menetap dalam diri orang yang melihatnya. Audio visual memberikan kesan yang mendalam bagi orang yang melihatnya dan sulit untuk dilupakan oleh orang yang melihatnya. Sebagai contoh dalam suatu pelajaran, seorang murid masih ingat betul dengan sebuah film yang diputar yang menceritakan tentang penderitaan yang dialami sesamanya. Dengan kesan mendalam dalam dirinya sewaktu melihat film tersebut, maka tidak sulitlah bagi seorang guru untuk mengembangkan lebih lanjut agar tujuan pembelajarannya tercapai. Audio visual memang memiliki beberapa kelebihan, namun juga tidak bisa kita pungkiri bahwa audio visual juga memiliki beberapa kekurangan. Amir Hamzah Suleiman 1981:192 dalam bukunya Media Audio Visual untuk Pengajaran, Penerangan, dan Penyuluhan mengemukakan beberapa kekurangan dari audio visual, di antaranya adalah sebagai berikut : a. Alat-alat audio visual memerlukan aliran listrik dan tidak murah Kondisi di Indonesia dewasa ini belum memungkinkan bagi semua yang berkepentingan untuk menggunakan alat yang serba mahal ini. Selain itu sarana yang ada di kota tidak selalu ada di desa. b. Salah satu alat audio visual film tidak dapat diseling dengan keterangan- keterangan yang diucapkan selagi film berputar. Memang film dapat dihentikan sementara waktu untuk memberi penjelasan, namun hal itu akan dapat mengganggu keasyikan yang menonton. c. Tidak semua orang dapat mengikuti pemutaran film atau video dengan baik. Lebih- lebih jika film atau video diperuntukkan kepada orang yang kurang pendidikannya. Mereka akan kesusahan dalam mencerna apa yang berlalu dihadapan mata mereka dalam tempo yang begitu cepat. d. Apa yang sudah lewat dalam bagian sebuah film atau video tidak dapat diulang lagi. Jikapun bisa harus mengulang seluruh film atau video yang bersangkutan. e. Membatasi imaginasi