Hasil Penelitian PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI DI
5. S
-33 28
Naik
6. S
-38 35
Naik
7. S
-25 18
Naik
8. B
42 20
Turun
9. B
8 23
Naik
10. B
7 30
Naik
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat adanya perbedaan dari kelas non audio visual dan kelas audio visual. Karena dari 10 pernyataan di atas terdapat 9 pernyataan
yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan kelas yang tidak menggunakan audio visual. Berarti penggunaan audio visual cukup efektif dalam meningkatkan
pemahaman para siswi mengenai aborsi.
Tabel 8. Perbandingan kelas non AV dan AV pertanyaan terbuka
Pertanyaan Kelas non AV
Kelas AV 1.
Mengetahui aborsi
dari Internet, teman, dan
peneliti Berita dan sekolah
2. Alasan
Gereja menentang aborsi dan
konsekuensinya Membunuh
dan melanggar
hukum. Konsekuensinya
ekskomunikasi Membunuh dan dosa
berat. Konsekuensinya
ekskomunikasi.
3. Jenis aborsi yang
diperbolehkan Tidak ada
Ada, jika keguguran dan konflik frontal
4. Dampak aborsi
Fisik dan psikologis Fisik dan psikologis
5. Setujukah
dengan aborsi? Mengapa?
Tidak, sebab
membunuh dan
mengambil hak
hidup. Tidak,
sebab membunuh
dan dosanya berat.
Pada bagian pertanyaan terbuka, penulis memberikan pertanyaan seputar aborsi baik itu dari mana para siswi mendapatkan informasi seputar aborsi, alasan Gereja
menentang aborsi serta konsekuensinya, jenis aborsi yang diperbolehkan, dampak aborsi, dan apakah mereka menyetujui aborsi serta alasannya.
Berdasarkan data yang penulis dapatkan untuk kelas non audio visual, sebagian besar siswi mengetahui info aborsi dari internet, teman, dan peneliti sendiri. Para siswi
beranggapan bahwa Gereja melarang aborsi karena itu merupakan tindakan pembunuhan dan melanggar hukum serta konsekuensi yang didapatkan dari
melakukan tindakan tersebut adalah ekskomunikasi. Bagi mereka tidak ada satupun jenis aborsi yang diperbolehkan. Dampak melakukan aborsi menyangkut fisik dan
psikologis. Dan semua siswi di kelas non audio visual menyatakan bahwa mereka tidak menyetujui adanya tindakan aborsi sebab itu merupakan tindakan pembunuhan
dan mengambil hak hidup. Sehubungan dengan hal di atas, berdasarkan data yang peneliti dapatkan untuk
kelas audio visual, sebagian besar siswi mengetahui info aborsi dari berita baik itu dari televisi maupun media massa dan pelajaran di sekolah. Para siswi beranggapan bahwa
Gereja melarang aborsi karena itu merupakan tindakan pembunuhan dan dosa berat serta konsekuensi yang didapatkan dari melakukan tindakan tersebut adalah
ekskomunikasi sama seperti jawaban dari kelas non audio visual. Bagi mereka di kelas
audio visual jenis aborsi yang diperbolehkan adalah keguguran abortus spontaneus dan konflik frontal yang dialami si ibu dan anak. Dampak melakukan aborsi
menyangkut fisik dan psikologis, sama persis di kelas non audio visual. Dan semua siswi di kelas audio visual juga menyatakan bahwa mereka tidak menyetujui adanya
tindakan aborsi sebab itu merupakan tindakan pembunuhan dan dosanya sangat berat.
Berdasarkan data di atas, penulis dapat mengetahui bahwa media audio visual juga mampu membuat para siswi antusias saat mengikuti proses pembelajaran.
Mereka lebih cepat menerima apa yang hendak disampaikan dari proses pelajaran itu. Ini berarti bahwa media audio visual efektif dalam membantu para siswi untuk
bersama-sama belajar mengenai materi aborsi. Film aborsi renungan yang diputar memberikan pengetahuan secara lebih mendalam bagi para siswi karena sebagian
besar siswi belum benar-benar mengetahui aborsi itu sendiri. Meskipun tidak dipungkiri bahwa banyak siswi yang awalnya tidak tahu
mengenai aborsi dari pihak yang tepat, misalnya orang tua maupun guru karena sebagian besar siswi mengetahui dari teman dan internet, tetapi penulis berharap
bahwa siswi akan menjadi orang-orang yang nantinya berada pada posisi pro life menyayangi hidup di mana dia mampu memandang bahwa hidup ini adalah suatu
anugerah dan rahmat yang diterima dari Allah secara cuma-cuma, dan suatu janji yang menuntut mereka untuk menjaga dan menyayangi kehidupan karena semua manusia
hanyalah penjaga kehidupan bukan pemilik kehidupan, meskipun dalam kenyataan dunia dewasa ini tidak sedikit kasus remaja yang melakukan free seks yang berujung
pada tindakan aborsi. Karena biar bagaimanapun bentuknya, aborsi adalah perbuatan jahat yang tidak dikehendaki oleh Tuhan sendiri. Aborsi adalah kejahatan yang
durhaka sama dengan membunuh manusia dan menolak atau menentang kehidupan itu sendiri, jika seorang melakukan aborsi maka dia sama saja berbuat seolah-olah dia
adalah Tuhan yang berhak menentukan hidup matinya seorang manusia yang lain.
Akhirnya dengan kesadaran inilah yang mampu membuat para siswi untuk bergerak dan berbuat sesuatu untuk mencegah terjadinya aborsi di sekitar mereka.