Rangkuman Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI

BAB V USULAN PROGRAM PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL

SEBAGAI UPAYA MENCEGAH ABORSI BAGI PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA Dalam bab ini akan diuraikan usulan program katekese audio visual berupa weekend moral bagi para siswi kelas X di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta sebagai upaya mencegah aborsi. Adapun hal-hal yang akan dibahas dalam bab ini antara lain, latar belakang pemilihan program, alasan pemilihan tema atau materi, penjabaran program, contoh persiapan, dan petunjuk melaksanakan program.

A. Latar Belakang Pemilihan Program

Permasalahan aborsi di dalam Gereja sudah ada sejak awal mula Gereja. Sejak jaman Gereja purba sampai sekarang, masalah aborsi ini selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Namun, sangat menarik bahwa di seluruh Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru tidak ada satupun ayat yang menyebutkan kata “aborsi” secara langsung dan bagaimana harus bertindak bila terjadi kasus aborsi. Meskipun demikian, dalam Kitab Kel 20:13 dan Ul 5:17 yang berbunyi “jangan membunuh” kiranya dapat dijadikan sebagai dasar untuk tidak boleh melakukan aborsi. Semua orang setuju bahwa membunuh itu tidak diperbolehkan. Namun permasalahannya apakah aborsi itu membunuh manusia atau tidak? Ada sebagian orang yang mengatakan “ya” dan sebagian “tidak”. Memang jika dilihat secara sepintas, Kitab Suci tidak berbicara secara langsung mengenai aborsi. Akan tetapi larangan terhadap aborsi adalah konsekuensi langsung dari permenungan terhadap harkat dan martabat manusia. Oleh karena itu, meskipun tidak disebutkan secara langsung dalam Kitab Suci, ajaran mengenai aborsi sudah ada sejak Gereja Perdana dan secara konsisten tetap dipertahankan sampai sekarang. Dalam tradisi Gereja Katolik, aborsi secara konsisten selalu digolongkan sebagai suatu perbuatan yang terkutuk sebab janin adalah manusia. Ensiklik Evangelium Vitae mengatakan: “..kami menyatakan, bahwa pengguguran langsung, yakni pengguguran yang dikehendaki sebagai tujuan atau sebagai sarana, selalu merupakan dosa moril yang berat; sebab itu pembunuhan manusia tidak bersalah yang disengaja. Ajaran itu berdasarkan hukum kodrati dan Sabda Allah yang termaktub, disalurkan oleh Tradisi Gereja, dan diajarkan oleh Magisterium biasa dan universal. Tiada situasi, tiada tujuan, tiada hukum apapun dapat pernah akan menghalalkan tindakan yang intrinsik tidak halal, karena bertentangan dengan Hukum Allah yang tertera di setiap hati manusia, dapat ditangkap oleh akal budi sendiri, dan dimaklumkan oleh Gereja” EV art 62. Dalam Kitab Suci tidak pernah ada teks yang menyebutkan kehamilan sebagai suatu beban. Anak dianggap sebagai berkah sebab pencipta kehidupan adalah Allah sendiri, sehingga jika ada kehamilan disitulah terletak karya penciptaan Allah. Manusia memiliki keistimewaan untuk berpartisipasi dalam karya penciptaan Allah melalui prokreasi, dia membantu Allah dalam menciptakan manusia baru. Oleh karena itu, penghentian paksa akan kehamilan aborsi bukan hanya berarti kekejaman terhadap sesama ciptaan tetapi juga merusak karya Allah. Salah satu naskah yang sangat berpengaruh pada masa awal Kristianitas ialah Didaché Ajaran Dua Belas Rasul. Didaché adalah kumplan instruksi bagi komunitas Kristiani abad pertama dan menjadi pegangan bagi orang yang baru saja bertobat ke dalam iman Kristen. Pada bagian pertama Didaché membicarakan dua jalan yakni jalan menuju kehidupan dan jalan menuju kematian. Pada bab dua dibicarakan apa saja yan g masuk ke dalam jalan kematian, antara lain dikatakan “jangan membunuh, jangan berzinah,..jangan meniadakan anak melalui aborsi, jangan membunuh anak kalau sudah lahir ”. Dari teks ini dapat dilihat bahwa larangan aborsi alasannya sangat religius karena aborsi merupakan jalan menuju kematian Kusmaryanto, 2005:34 Selain Didaché, masih ada beberapa naskah dari Gereja Purba yang berbicara mengenai aborsi. Misalnya surat Barnabas yang ditulis sekitar tahun 130 di Mesir. Pada bagian kedua surat itu merupakan k omentar atas Didhacé “cintailah sesamamu manusia lebih dari hidupmu sendiri. Janganlah membunuh keturunanmu dengan aborsi demikian juga janganlah membunuh anak yang sudah lahir ” Kusmaryanto. 2005:35. Pada abad pertengahan yaitu sekitar tahun 1140, Gratianus, seorang biarawan Camaldolese membuat kompilasi hukum Concordia Discordantium Canonum yang di dalamnya terdapat perbedaan yang tegas antara janin yang sudah berjiwa dan yang belum berjiwa. Aborsi yang dilakukan sesudah jiwa masuk ke dalam badan disebut pembunuhan sedangkan yang dibuat sebelum jiwa masuk ke dalam badan tidak disebut pembunuhan tetapi quasi pembunuhan. Hukuman diberikan sesuai dengan tingkat pembentukan janin yang diaborsi itu. Pernyataan ini tidak pernah dijadikan sebagai ajaran resmi Gereja, namun dampaknya sangat besar dalam Gereja terutama bagi penyusunan hukum Gereja. Hal ini kemudian dikenal dengan nama Decretum Graziani. Barulah pada tahun 1591 Paus Gregorius XVI mengundangkan sebuah konstitusi Constitution Sedes Apostolica yang memuat hukuman ekskomunikasi hanya dijatuhkan apabila aborsi dilakukan terhadap janin yang sudah bernyawa, sedangkan aborsi yang dilakukan sebelum janin itu bernyawa tidak diekskomunikasi meskipun tetap dinyatakan sebagai dosa berat Kusmaryanto, 2005:42. Pada tanggal 12 Oktober 1869, Paus Pius IX mengeluarkan Constitution Apostolicae Sedis yang menyatakan bahwa pelaku aborsi mendapatkan hukuman ekskomunikasi tanpa membedakan lagi antara janin yang sudah bernyawa atau belum bernyawa, dan hukuman ekskomunikasi itu bertahan sampai sekarang Kusmaryanto, 2005:43. Namun meskipun demikian, tidak semua orang beriman mengetahui hal ini. Di tengah perkembangan jaman yang pesat ini khususnya dalam bidang teknologi ini, orang dimudahkan untuk mengakses situs-situs yang ditawarkan oleh para penyedia layanan internet termasuk situs-situs dengan kategori dewasa. Kemudahan inilah yang membuat orang dengan gampangnya mengakses situs-situs yang pada awalnya dianggap sebagai hal yang tabu. Hal ini tentunya akan dapat mempengaruhi cara bergaul orang yang melihatnya, termasuk kaum muda yang pada dasarnya memiliki sifat ingin tahu yang besar. Salah satu dari sekian banyaknya kaum muda adalah para siswi Stella Duce 2 Yogyakarta yang kesemuanya berjenis kelamin perempuan. Para siswi perlu mendapatkan pendampingan yang membuat mereka mampu memahami tentang seksualitas itu sendiri termasuk contoh tindakan yang melenyapkan kehidupan aborsi. Weekend moral merupakan salah satu upaya mendampingi para siswi agar mereka menyadari keberadaan dirinya sebagai makhluk hidup yang mendapatkan anugerah yang luar biasa yakni kehidupan. Oleh karena itu kehidupan ini haruslah dijaga. Melalui weekend moral, diharapkan mereka memiliki “pertahanan diri” untuk berani berkata “tidak” pada tawaran seks bebas atau “tidak mau” menjadi “budak” nafsu yang dapat merusak citra diri mereka atau menghambat perjalanannya dalam mempersiapkan diri menjadi mitra kerja Allah sebab mampu mengelola pikiran dan emosinya menghadapi daya seksualitasnya. Singkat kata, mereka memiliki komitmen moral yang jelas bahwa seksualitas harus dilihat sebagai anugerah Allah God centered bukan hanya demi kesenangan pribadi semata self-centered. Esti Sumarah dkk, 2011:6. Untuk mengimbangi perkembangan teknologi yang sedemikian pesatnya itu, weekend moral yang diusulkan sebagai upaya mencegah aborsi ini hendak menggunakan audio visual dengan model rekoleksi.

B. Latar Belakang Pemilihan Tema

Tema umum yang akan diangkat dala m usulan program ini adalah “Upaya Mencegah Aborsi Melalui Pelajaran Agama Dengan Audio Visual Bagi Para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta”. Tema ini diangkat berdasarkan situasi para siswi khususnya di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang belum sepenuhnya mengetahui aborsi, meskipun dalam penelitian di dua kelas yang berbeda banyak siswi yang menyebutkan bahwa aborsi adalah perbuatan yang melanggar hukum, menolak kehidupan, dan perbuatan yang tidak baik, namun rupanya masih banyak siswi yang belum mengerti benarkah yang dibunuh itu sudah bernyawa atau tidak. Konsep inilah yang harus diubah dari para siswi sendiri. Tujuan tema ini adalah supaya setiap siswi menyadari bahwa kehidupan adalah sesuatu yang sakral dan layak untuk diperjuangkan dan tindakan aborsi adalah tindakan yang merusak karya Allah. Dengan pemahaman inilah diharapkan para siswi mampu melakukan hal-hal yangh positif untuk perkembangan diri mereka secara pribadi, baik dalam mencegah atau menghadapi suatu keadaan di mana mengharuskan mereka untuk memperjuangkan kehidupan itu sendiri. Tema umum ini akan dijabarkan dalam empat 4 tema kecil yaitu para siswi yang ada di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta menyadari sesksualitas sebagai anugerah Allah, para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta menyadari pentingnya relasi dengan sesama, para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta menyadari pentingnya pemahaman mengenai tindakan yang menghancurkan kehidupan aborsi, dan para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ambil bagian secara nyata dalam upaya pencegahan tindakan aborsi. Tema yang pertama bertujuan agar para siswi yang ada di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta mampu menerima keadaan mereka sebagai perempuan dan laki-laki yang diciptakan serupa dengan Allah, sehingga mereka mampu menerima seksualitas sebagai anugerah Allah.