Pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar
dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu
seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
g Monitoring Penggunaan Obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
cardiovascular , diabetes , TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya.
Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004.
G. Resep
Resep adalah permintaan tertulis oleh dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada Apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangundangan yang berlaku. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan No.922MENKESPERX1993 Pasal 17 ayat 2, resep harus
dirahasiakan dan disimpan di Apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun. Resep harus ditulis dengan lengkap, supaya dapat memenuhi syarat untuk
dibuatkan obatnya di Apotek Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006
Menurut Kepmenkes No.131MenkesSKII2004, pelayanan obat dengan
resep kepada masyarakat diselenggarakan melalui Apotek. Peraturan Pemerintah RI No.51 tahun 2009 menyebutkan bahwa penyerahan dan pelayanan obat
berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker. Dalam aspek pelayanan kefarmasian pengelolaan resep menjadi prioritas di samping Obat Wajib Apotek
OWA, obat keras, narkotika, psikotropika, obat bebas, obat bebas terbatas, obat tradisional, kosmetik, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya Hartini
dan Sulasmono, 2007. Berdasarkan Permenkes No. 922 Menkes Per X 1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek Pasal 17 menyebutkan resep harus dirahasiakan dan disimpan di Apotek dengan baik dalam jangka waktu 3
tiga tahun, resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan pada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas
kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan perundangundangan yang berlaku, dan salinan resep harus ditanda tangani oleh
Apoteker.
H. Landasan Teori
Kepermenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 merupakan standar pemerintah untuk Apotek. Standar yang dugunakan mempunyai 3 parameter yaitu
pengelolaan Sumber Daya Manusia, pelayanan dan evaluasi mutu pelayanan. Untuk dapat melihat apakah standar tersebut sudah diterapkan di Apotek dapat
dilihat dari kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan akan dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang diberikan oleh Apotek untuk memenuhi kebutuhan,
keinginan dan harapan pelanggan. Tingkat kepuasan akan tergantung dari pelayanan yang diberikan. Jika harapan sama dengan kenyataan maka konsumen
akan puas akan tetapi jika harapan lebih dari pada kenyataan maka pelanggan tidak akan puas. Ketidak puasan pelanggan menandakan standar yang diberikan
belum dapat dilaksanakan dengan baik, tetapi jika pelanggan sudah puas maka dapat disimpulkan bahwa standar dari Kepermenkes RI Nomor
1027MENKESSKIX2004 sudah dapat terlaksana dengan baik.
I. Hipotesis
Ho : Tidak adanya perbedaan bermakna antara kenyataan dan harapan pelanggan di Apotek pada kecamatan Gondokusuman, Danurejan dan Jetis Kota
Yogyakarta jika dilihat dari Kepermenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 dan empati.
H1 : Adanya perbedaan bermakna antara kenyataan dan harapan pelanggan di Apotek pada kecamatan Gondokusuman, Danurejan dan Jetis Kota
Yogyakarta jika dilihat dari Kepermenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 dan Empati.
34
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
observasional karena tidak terdapat perlakuan terhadap subyek uji. Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah kuesioner pada pasien resep dan
wawancara pada Apoteker pengelola Apotek. Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya
sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta. Hasil penelitian ditekankan pada gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya Azwar,
2010 Penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor risiko dengan faktor efek melalui pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yang sama atau point
time approach. Saat yang sama artinya tiap subyek hanya diobservasi satu kali
dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat observasi pada waktu yang sama setiap harinya Pratiknya, 2001.
Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk
mengungkapkan fakta. Hasil penelitian ditekankan pada gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari pelayanan yang diberikan.