tidak sebagus yang digambarkan di brosur atau website yang mereka lihat Tjiptono, 2005.
e. Gap 5
Gap antara harapan konsumen dengan layanan yang diterima atau dirasakan service gap. Gap ini dapat menimbulkan sejumlah konsekuensi
negatif, seperti kualitas yang buruk negatively confirmed quality dan masalah kualitas; komunikasi dari mulut ke mulut yang negatif; dampak
negatif terhadap citra perusahaan; dan kehilangan konsumen. Gap ini terjadi apabila konsumen mengukur kinerja perusahaan berdasarkan
kriteria yang berbeda, atau bisa juga mereka keliru menginterpretasikan kualitas jasa yang bersangkutan. Sebagai contoh seorang dokter mungkin
ingin selalu mengunjungi pasiennya demi menunjukkan perhatiannya, namun itu bisa dipersepsikan keliru oleh pasien dan diinterpretasikan
sebagai indikasi bahwa ada masalah serius berkenaan dengan penyakit yang dideritanya Tjiptono, 2005.
D. Diagram Kartesius
Dengan diagram Kartesius yang merupakan suatu bangun persegi empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-
titik x dan y, di mana x merupakan rata-rata skor tingkat pelaksanaan atau kinerja seluruh faktor atau atribut dan y adalah rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh
faktor yang mempengaruhi harapan.
Harapan Kuadran I
Kuadran II Prioritas Utama
Pertahankan Prestasi Y
Kuadran III Kuadran IV
Prioritas Rendah Berlebihan
Kenyataan X
Supranto, 2006
Gambar 2. Diagram Kartesius
Keterangan: 1.
Kuadran I Prioritas Utama Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor yang dinggap mempengaruhi
kepuasan konsumen dan termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting bagi konsumen. Akan tetapi pihak perusahaan belum
melaksanakannya sesuai dengan keinginanan konsumen, sehingga menimbulkan rasa kekecewaaanrasa tidak puas Supranto, 2001. Variabel-
variabel yang termasuk dalam kuadran ini perlu menjadi perhatian perusahaan secara serius Sudharto, 2007.
2. Kuadran II Pertahankan Prestasi
Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor yang dianggap penting oleh konsumen telah dilaksanakan dengan baik dan dapat memuaskan konsumen
maka kini kewajiban dari perusahaan adalah mempertahankan kinerjanya Supranto, 2001.
3. Kuadran III Prioritas Rendah
Kuadran ini menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan, pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap
kurang penting dan kurang memuaskan Supranto, 2006. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini tidak perlu dipersoalkan walau tidak
memuaskan konsumen karena konsumen tidak menganggap penting Sudharto, 2007.
4. Kuadran IV Berlebihan
Kuadran ini menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting
tetapi sangat memuaskan Supranto,2006.
E. Apotek
1. Definisi Apotek
Berdasarkan PP No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker. Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat, selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian . Apotek
merupakan tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat
Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004.
2. Definisi Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Standar Kefarmasian adalah
pedoman untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian ada fasilitas produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien Direktorat Jendral Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2009. 3.
Tujuan dan Fungsi Apotek
Tugas dan fungsi Apotek adalah : a.
Tempat seorang profesi Apoteker yang sudah mengucapkan sumpah profesi dapat melakukan tugas dan memberikan pengabdiannya;
b. Suatu sarana yang digunakan oleh Apoteker sebagai tempat penyaluran
sediaan farmasi, perbekalan kesehatan farmasi kepada masyarakat; c.
Sarana yang digunakan untuk melakukan peracikan, pencampuran, dan penyerahan obat Sulasmono, 2007.
F. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Berdasarkan Kepermenkes No. 1027 tahun 2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek, Apotek merupakan suatu tempat dilakukannya
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat. Dari pengertian tersebut Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Apoteker untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004.
Adapun Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek menurut KepMenKes No 1027MenKesSKIX2004 antara lain :
1. Pengelolaan Sumber Daya
a. Sumber Daya Manusia
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku Apotek harus dikelola oleh seorang Apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan Apotek, Apoteker
senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan
yang baik,
mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai menempatkan pimpinan
dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier, dan membantu memberi pendidikan dan
memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan. 2. Sarana dan Prasarana
Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis
kata Apotek. Apotek harus dapat dengan mudah
diakses oleh
anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah
dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan
penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh Apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan Apotek harus
dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan pengerat , seranggapest. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin.
Apotek harus memiliki : 1
Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien. 2
Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosurmateri informasi.
3 Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan
meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien 4
Ruang racikan. 5
Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien. Perabotan Apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan
barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi
ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan. 3. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya.
Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang
berlaku meliputi
: perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat
memakai sistim FIFO First In First O ut dan FEFO First Expire First Out 1. Perencanaan.
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu
diperhatikan : a. Pola penyakit.
b. Kemampuan masyarakat. c. Budaya masyarakat.
2. Pengadaan. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan
sediaan farmasi harus melalui jalur resmi. 3. Penyimpanan.
a. Obat bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekuran –
kurangnya memuat nomor batch dan tanggal kadaluarsa. b. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak
dan menjamin kestabilan bahan. d. Administrasi.
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di Apotek, perlu dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi :
1. Administrasi Umum. Pencacatan, pengarsipan, pelaporan narkotika,
psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Administrasi Pelayanan. Pengarsipan resep, pengarsipan cacatan
pengobatan pasien,
pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat. 2.
Pelayanan a.
Pelayanan Resep 1
Skrining resep a
persyaratan administrative •
Nama,SIP dan alamat dokter. •
Tanggal penulisan resep. •
Tanda tanganparaf dokter penulis resep. •
Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien. •
Nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta. •
Cara pemakaian yang jelas. •
Informasi lainnya. b
Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian
c Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan. 2
Penyiapan obat a
Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan
peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket
yang benar. b
Etiket Etiket harus jelas dan dapat dibaca
c Kemasan obat yang diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.
d Penyerahan Obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat
dilakukan oleh Apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.
e Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi
obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta
makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. f
Konseling Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,
Pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar
dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu
seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
g Monitoring Penggunaan Obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
cardiovascular , diabetes , TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya.
Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004.
G. Resep