Konsep GAP Kesenjangan Kepuasan Pelanggan

� = ∑ �� � �−1 � � = ∑ �� � �−1 � di mana K = Banyaknya atribut fakta yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan Menurut Oktaviani dan Suryana 2006, nilai CSI diatas 50 dapat dikatakan bahwa pengunjung merasa puas, sebaliknya apabila nilai CSI di bawah 50 pengunjung belum dikatakan puas.

C. Konsep GAP Kesenjangan Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan akan terpenuhi apabila proses penyampaian jasa dari si pemberi jasa kepada pelanggan sesuai dengan apa yang dipersepsikan pelanggan. Perbedaan cara penyampaian dari apa yang dipersepsikan pelanggan itu, menurut Parasuraman, Zeithaml, Berry 1985 cit.,Umar, 2002, mencakup lima gap perbedaan, seperti terlihat pada Gambar 1 Hal-hal pokok yang perlu diperhatikan dalam model pada tersebu. antara lain: • Identifikasi atribut kunci kualitas jasa dari sudut pandang manajemen dan pelanggan, • Penekanan pada kesenjangan gap antara pelanggan dan penyedia jasa terutama pada persepsi dan harapan, • Pemahaman tentang implikasi teratasinya kesenjangan yang ada terhadap pengelolaan jasa Tjiptono, 1996. a. Gap 1 Gap antara harapan konsumen dengan persepsi manajemen knowledge gap . Gap ini berarti bahwa pihak manajemen mempersepsikan harapan KONSUMEN PERUSAHAAN Gap 3 Gap 4 Gap 1 Gap 2 Parasuraman, Zeithaml, Berry 1985 cit.,Umar, 2002 Gambar 1. Model Gap Kualitas Jasa konsumen terhadap kualitas jasa secara tidak akurat. Beberapa kemungkinan penyebabnya antara lain adalah informasi yang didapatkan dari riset pasar dan analisis permintaan kurang akurat; interpretasi yang kurang akurat atas informasi mengenai harapan pelangggan; tidak adanya Komunikasi dari mulut ke mulut Kebutuhan pribadi Pengalaman masa lalu Harapan konsumen terhadap pelayanan Persepsi konsumen terhadap pelayanan Komunikasi perusahaan dengan konsumen Cara pelayanan Desain pelayanan dan standar pelayanan Persepsi perusahaan atas harapan konsumen analisis permintaan; buruknya atau tidak adanya aliran informasi ke atas upward information dari staf kontak konsumen ke pihak manajemen; dan terlalu permintaan; buruknya atau tidak adanya aliran informasi ke atas upward information dari staf kontak konsumen ke pihak manajemen; dan terlalu banyak jenjang manajerial yang menghambat atau mengubah informasi yang disampaikan dari karyawan kontak konsumen ke pihak manajemen Tjiptono, 2005. b. Gap 2 Gap antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dengan spesifikasi kualitas layanan jasa standard gap. Gap ini berarti bahwa spesifikasi kualitas jasa tidak konsisten dengan persepsi manajemen terhadap harapan konsumen. Penyebabnya antara lain adalah tidak adanya standar kerja yang jelas; kesalahan perencanaan atau prosedur perencanaan yang tidak memadai; manajemen perencanaan yang buruk; kurangnya penetapan tujuan yang jelas dalam perusahaan; kurangnya dukungan dan komitmen manajemen puncak terhadap perencanaan kualitas jasa; kekurangan sumber daya; dan situasi permintaan berlebihan. Contohnya, manajemen sebuah Apotek meminta para stafnya agar melayani pasien dengan cepat tanpa memperinci standar waktu pelayanan yang dikategorikan cepat Tjiptono, 2005. c. Gap 3 Gap antara spesifikasi kualitas layanan dengan layanan yang diberikan delivery gap. Gap ini berarti bahwa spesifikasi kualitas tidak terpenuhi oleh kinerja dalam memberikan dan menyampaikan layanan. Sejumlah penyebabnya antara lain adalah kurang terlatihnya karyawan; beban kerja terlampau berlebihan; dan standar kinerja tidak dapat dipenuhi karyawan terlalu tinggi dan realistis. Selain itu, mungkin pula karyawan dihadapkan pada standar-standar yang kadang kala saling bertentangan satu sama lain. Misalnya, para perawat di Rumah Sakit diwajibkan meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan pasien, tetapi di saat bersamaan mereka juga diharuskan melayani setiap pasien dengan cepat Tjiptono, 2005. d. Gap 4 Gap antara layanan yang diberikan dengan komunikasi eksternal communication gap. Gap ini berarti bahwa janji-janji yang disampaikan melalui aktivitas komunikasi pemasaran tidak konsisten dengan layanan yang diberikan kepada konsumen. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah perusahaan gagal memenuhi spesifikasi yang ditetapkannya padahal kampanye komunikasi pemasaran sesuai dengan spesifikasi tersebut; kecenderungan untuk melakukan “over promise, under deliver ”. Iklan dan janji maupun slogan perusahaan sering mempengaruhi harapan konsumen. Jika perusahaan memberikan janji yang berlebihan, maka resikonya adalah harapan konsumen bisa membumbung tinggi dan sulit terpenuhi. Contohnya, wisatawan akan sangat kecewa apabila mereka mendapati bahwa objek wisata yang dikunjungi ternyata tidak sebagus yang digambarkan di brosur atau website yang mereka lihat Tjiptono, 2005. e. Gap 5 Gap antara harapan konsumen dengan layanan yang diterima atau dirasakan service gap. Gap ini dapat menimbulkan sejumlah konsekuensi negatif, seperti kualitas yang buruk negatively confirmed quality dan masalah kualitas; komunikasi dari mulut ke mulut yang negatif; dampak negatif terhadap citra perusahaan; dan kehilangan konsumen. Gap ini terjadi apabila konsumen mengukur kinerja perusahaan berdasarkan kriteria yang berbeda, atau bisa juga mereka keliru menginterpretasikan kualitas jasa yang bersangkutan. Sebagai contoh seorang dokter mungkin ingin selalu mengunjungi pasiennya demi menunjukkan perhatiannya, namun itu bisa dipersepsikan keliru oleh pasien dan diinterpretasikan sebagai indikasi bahwa ada masalah serius berkenaan dengan penyakit yang dideritanya Tjiptono, 2005.

D. Diagram Kartesius

Dokumen yang terkait

Kajian pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Gunungkidul.

0 1 175

Kajian pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Bantul.

0 2 159

Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di Kabupaten Sleman periode Oktober-Desember 2006.

0 8 127

Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di Kota Yogyakarta.

0 0 133

Kajian pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Kulon Progo.

0 1 133

Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di Kota Yogyakarta - USD Repository

0 0 131

Kajian pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Bantul - USD Repository

0 0 157

Penilaian kualitas pelayanan berdasarkan KepMenkes RI nomor 1027/MenKes/SK/IX/2004 di apotek pada Kecamatan Kraton, Mantrijeron, Mergangsan dan Wirobrajan Kota Yogyakarta periode Februari tahun 2012 - USD Repository

0 0 113

Penilaian kualitas pelayanan berdasarkan KepMenkes RI nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di Apotek pada Kecamatan Kotagede, Pakualaman, dan Umbulharjo Kota Yogyakarta periode Februari tahun 2012 - USD Repository

0 0 140

Evaluasi kualitas pelayanan apotek berdasarkan KEPERMENKES RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 di Kecamatan Gondokusuman, Danurejan dan Jetis Kota Yogyakarta periode Maret-Mei 2012 - USD Repository

0 1 143