Analisis dan Pembahasan PELAKSANAAN PENELITIAN, PENYAJIAN DATA,

Median Standar deviasi Sd 5. Wawancara Data wawancara diperoleh dari transkip wawancara. Transkip wawancara dapat dilihat pada lampiran D.

C. Analisis dan Pembahasan

Jumlah siswa kelas VII-B adalah 20 orang. Dari 20 siswa tersebut, semuanya mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe ‘Think-Pair-Square’pada pokok bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel dari awal sampai akhir.

1. Pembelajaran Dengan Metode Kooperatif Tipe ‘Think-Pair-Square’

a. Keterlaksanaan RPP

Data hasil pengamatan pada lembar keterlaksanaan RPP pada tabel 4.2 sampai dengan tabel 4.5 akan dianalisis untuk mencari pesentase keterlaksanaan RPP seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya halaman 63. Berikut ini perhitungan untuk mencari presentase keterlaksanaan dari RPP: Pertemuan I Jumlah item total = 13 Jumlah item yang terlaksana = 13 Presentase keterlaksanaan RPP = Pertemuan II Jumlah item total = 13 Jumlah item yang terlaksana = 13 Presentase keterlaksanaan RPP = Pertemuan III Jumlah item total = 13 Jumlah item yang terlaksana = 13 Presentase keterlaksanaan RPP = Pertemuan IV Jumlah item total = 13 Jumlah item yang terlaksana = 13 Presentase keterlaksanaan RPP = Rata-rata dari presentase keterlaksanaan RPP Dari hasil perhitungan diatas didapat rata-rata dari keterlaksanaan RPP pertemuan I sampai dengan pertemuan IV adalah 100. Karena 100 80, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode „Think-Pair-Square’ pada pokok bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel di kelas VII-B SMP Pangudi Luhur Gantiwarno terlaksana dengan baik.

b. Pembelajaran Kooperatif Tipe ‘Think-Pair-Square’

Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif dengan tipe „Think-Pair-Square‟. Kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif dimana siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang, diberi kesempatan untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas demi mencapai tujuan bersama. 1 Presentasi Kelas Sesuai dengan langkah pembelajaran kooperatif, pada awal pembelajaran, guru melaksanakan presentasi kelas yaitu mengingatkan siswa pada materi yang mendukung materi yang akan dipelajari siswa dan telah dipelajari sebelumnya. Dengan adanya presentasi kelas yang dilakukan oleh guru, diharapkan siswa dapat lebih siap dalam mengikuti pelajaran dan lebih mudah dalam menerima materi baru yang akan dipelajari. Kegiatan presentasi kelas yang dilakukan oleh guru dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 4.1 Guru Melaksanakan Presentasi Kelas Dari gambar diatas, terlihat bahwa pada saat guru melaksanakan presentasi kelas, siswa menanggapinya dengan antusias, yaitu dengan memperhatikan, menjawab bila guru memberikan pertanyaan, dan mengajukan pertanyaan jika ada yang belum dimengerti. 2 Diskusi Kelompok Setelah presentasi kelas, siswa dibagi dalam kelompok- kelompokkecil 4 orang yang anggotanya heterogen baik tingkat kemampuan akademis maupun jenis kelamin. Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing. a ‘Think’ Berpikir Sesuai dengan pembelajaran „Think-Pair-Square’yang dikembangkankan oleh Spencer Kagan, siswa melakukan tahap awal yaitu taha p „Think‟. Tahap ini merupakan ciri khas dari model pembelajaran „Think-Pair-Square’ dimana siswa diberikan waktu untuk berpikir sendiriindividu untuk memahami permasalahan serta memikirkan langkah penyelesaiannya, yang kemudian pemikiranide-idenya tersebuat akan didiskusikan dengan pasangannya pada tahap berikutnya. Tahap „Think‟ yang dilakukan oleh siswa dapat dilihat dari gambar dibawah ini: Gambar 4.2 Tahap ‘Think’ Yaitu Siswa Berpikir Sendiriindividu Pada gambar diatas siswa terlihat fokus dan tenanga dalam membaca, memahami, dan memikirkan pemecahan soal- soal yang ada di LKS. b ‘Pair’ Berpasangan Setelah tahap ‘Think’, siswa melaksanakan tahap berikutnya yaitu taha p „Pair‟. Hal ini sesuai dengan tahapan pada metode pembelajaran „Think-Pair-Square’, dimana pada tahap ‘Pair’ ini, siswa berdiskusi secara berpasangan untuk mendiskusikan ide-ide yang diperoleh dari pemikiran individu, bekerja sama dan saling membantu, sehingga diperoleh penyelesaian terbaik. Tahap „Pair‟ yang di lakukan oleh siswa dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 4.3 Tahap ‘Pair’ Yaitu Siswa Berdiskusi Berpasangan Dari gambar di atas, terlihat bahwa siswa saling bekerja sama dengan pasangannya untuk memecahkan persoalan yang mereka hadapi. Dalam diskusi berpasangan terjadi proses bertukar pikiran dalam menyelesaikan masalah, serta saling bertanya dan menjelaskan. Hal ini memperlihatkan adanya unsur saling ketergantungan yang bersifat positif yang sesuai dengan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif menurut Johnson Johnson 1994 dalam Trianto, 2009: 60-61. c ‘Square’ Berempat Setelah diskusi berpasangan selesai, siswa melanjutkan tahap berikutnya sesuai dengan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan , yaitu tahap „Square‟, dimana siswa membagikan jawaban mereka kepada teman dalam kelompok berempat. Mereka saling membagikan jawaban yang mereka miliki pada saat diskusi berpasangan, mencocokkan, mendiskusikan hasil yang diperoleh saat berdiskusi berpasangan, dan melanjutkan pekerjaan yang belum selesai sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Hal ini memperlihatkan adanya unsur interaksi antar siswa yang semakin meningkat. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama Johnson Johnson 1994, dalam Trianto 2009: 60-61. Tahap „Square‟ yang dilakukan oleh siswa dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 4.4 Tahap ‘Square’ Yaitu Siswa Berbagi Jawaban dan Berdiskusi Dalam Kelompok Berempat Dalam gambar diatas, terlihat bahwa siswa saling mencocokkan jawaban dan berdiskusi kembali dalam kelompok berempat untuk melanjutkan kembali mengerjakan LKS. Pada proses diskusi berempat siswa saling mengemukakan pendapat, saling bertanya dan membantu teman lain yang belum paham. 3 Presentasi Kelompok Setelah selesai berdiskusi dan mendapatkan jawaban kelompok, perwakilan dari masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan jawaban mereka kepada teman satu kelas. Karena waktu yang dimiliki terbatas, maka satu kelompok mempresentasikan satu jawaban soal. Dengan melakukan presentasi kelas maka dapat melatih siswa untuk lebih percaya diri, berpikir kritis dalam menanggapi suatu masalah, dan saling membantu serta memotivasi antar anggota kelompok. Siswa melakukan presentasi kelompok dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 4.5 Perwakilan Kelompok Melakukan Presentasi Kelompok Dari gambar di atas, terlihat siswa perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan jawaban mereka kepada siswa satu kelas dan menjelaskan proseslangkah-langkah pengerjaannya. Dalam tahap ini terjadi proses interaksi dan melakukan koreksi bersama. 4 Penghargaan Kelompok Penghargaan kelompok diambil dari nilai rata-rata hasil belajar siswa. Hal ini menggambarkan keberhasilan kelompok dalam bekerjasama memahami materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe „Think-Pair-Square’. Untuk penjabaran tentang analisis penghargaan kelompok dapat dilihat pada sub bab analisis dan pembahasan.

2. Keterlibatan Siswa

Keterlibatan adalah suatu keadaan dimana siswa ikut berperan secara aktif dalam suatu kegiatan. Dalam hal ini kegiaatan yang dimaksud adalah proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe „Think- Pair- Square’.

a. Keterlibatan Siswa Secara Kelompok

Dari data hasil pengamatan keterlibatan siswa pada tabel 4.6 sampai dengan tabel 4.10 dapat dibuat tabel keterlibatan siswa secara kelompok berikut: Tabel 4.13 Keterlibatan Siswa Secara Kelompok Jenis keterlibatan Newton Archimedes Pythagoras Euclides Gauss Siswa mengajukan pertanyaan 27 29 37 27 29 Siswa menjawab pertanyaan 18 22 24 15 21 Siswa berdiskusi dalam kelimpok 33 42 44 41 41 Siswa mengemukakan pendapatgagasan 16 19 18 21 20 Siswa mengemukakan pendapat atas jawaban teman 10 12 24 17 16 Siswa membantu teman 27 26 28 26 24 Jumlah 131 150 175 147 151 Tabel 4.13 diatas akan digunakan untuk menghitung interval kriteria keterlibatan siswa secara kelompok dengan menggunakan skala Likert 3 seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya halaman 65. Adapun perhitungan dengan menggunakan skala Likert 3 tersebut adalah sebagai berikut : Skor tertinggi A Skor terendah B C Interval kriteria keterlibatan siswa secara kelompok dapat dilihat pada tabel 4.12 dibawah ini: Tabel 4.14 Interval Kriteria Keterlibatan Kelompok dengan Skala Likert 3 Kriteria Keterlibatan Kelompok Skor Interval Tinggi 160,4 Sedang Rendah Berdasarkan interval kriteria keterlibatan siswa secara kelompok pada tabel 4.14, maka hasil perhitungn kriteriaketerlibatan siswa secara kelompok dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.15 Hasil Perhitungn Keterlibatan Siswa Secara Kelompok No Nama Kelompok Skor Total Keiteria Keterlibatan 1 Newton 131 Rendah 2 Archimedes 150 Sedang 3 Pythagoras 175 Tinggi 4 Euclides 147 Sedang 5 Gauss 151 Sedang Dari tabel 4.15 terlihat bahwa kelompok yang mempunyai tingkat keterlibatan siswa secara kelompok tinggi berjumlah 1 kelompok, kelompok yang mempunyai tingkat keterlibatan siswa secara kelompok sedang berjumlah 3 kelompok, dan kelompok yang mempunyai tingkat keterlibatan siswa secara kelompok rendah berjumlah 1 kelompok. Untuk mengetahui presentase tingkat keterlibatan siswa secara kelompok menurut tabel 4.15, maka dilakukan perhitukan presentase tingkat keterlibatan siswa secara kelompok sebagai berikut: Presentase untuk kelompok dengan kriteria keterlibatan tinggi: Presentase untuk kelompok dengan kriteria keterlibatan sedang: Presentase untuk kelompok dengan kriteria keterlibatan rendah: Dari tabel 4.15 dan perhitungan presentase keterlibatan siswa secara kelompok, dapat dibuat tabel kesimpulan berikut ini: Tabel 4.16 Keterlibatan Siswa Secara Kelompok Beserta Presentasenya No Kriteria eteribatan siswa secara kelompok Jumlah Presentase 1 Tinggi 1 20 2 Sedang 3 60 3 Rendah 1 20 Dari tabel 4.14 dan tabel 4.16 dapat dibuat grafik keterlibatan siswa secara kelompok berikut: Gambar 4.6 Diagram Keterlibatan Siswa Secara Kelompok Dari tabel 4.16 dan gambar 4.6 terlihat bahwa kriteria keterlibatan siswa secara kelompok terbanyak adalah sedangyang berjumlah 3, dengan presentase 60. Sedangkan kriteria keterlibatan siswa secara kelompok tinggi berjumlah 1, dengan presentase 20 dan kriteria keterlibatan siswa secara kelompok rendah berjumlah 1, dengan presentase 20. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa keterlibatan siswa secara kelompok dalam pembelajaran dengan metode „Think-Pair- Square ‟ adalah sedang.

b. Keterlibatan Siswa Secara Individu Dalam Kelompok

Keterlibatan siswa secara individu dalam kelompok dapat dianalisis dengan menggunakan tabel 4.15. Berikut ini adalah penjabarannya: Tabel 4.17 Keterlibatan Siswa Secara Individu Dalam Kelompok Siswa Kriteria keterlibatan 1 Tinggi 2 Rendah Siswa Kriteria keterlibatan 3 Sedang 4 Sedang 5 Rendah 6 Sedang 7 Tinggi 8 Rendah 9 Tinggi 10 Sedang 11 Sedang 12 Tinggi 13 Sedang 14 Rendah 15 Sedang 16 Sedang 17 Sedang 18 Sedang 19 Sedang 20 Sedang Dari tabel 4.17 terlihat bahwa siswa dengan keterlibatan secara individu dalam kelompok tinggi berjumlah 4 orang, siswa dengan keterlibatan secara individu dalam kelompok sedang berjumlah 12 orang dan siswa dengan keterlibatan secara individu dalam kelompok rendah berjumlah 4 orang. Untuk mengetahui presentase tingkat keterlibatan siswa secara individu dalam kelompok menurut tabel 4.17, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut: Presentase untuk keterlibatan siswa secara individu dalam kelompok tinggi Presentase untuk keterlibatan siswa secara individu dalam kelompok sedang Presentase untuk keterlibatan siswa secara individu dalam kelompok rendah Dari tabel 4.17 dan perhitungan presentase keterlibatan siswa secara individu dalam kelompok, dapat dibuat tabel kesimpulan berikut: Tabel 4.18 Kriteria Keterlibatan Siswa Secara Individu dalam Kelompok Beserta Presentasenya. No Kriteria keteribatan siswa secaraindividu dalam kelompok Jumlah Presentase 1 Tinggi 4 20 2 Sedang 12 60 3 Rendah 4 20 Dari tabel 4.14 dan tabel 4.18 dapat dibuat diagram keterlibatan siswa secara individu dalam kelompok berikut: Gambar 4.7 Diagram Keterlibatan Siswa Secara Individu Dalam Kelompok Dari tabel 4.18 dan gambar 4.7 terlihat bahwa kriteria keterlibatan siswa secara individu dalam kelompok paling banyak adalah sedang yang berjumlah 12, dengan presentase 60. Sedangkan kriteria keterlibatan siswa secara individu dalam kelompok tinggi berjumlah 4, dengan presentase 20 dan kriteria keterlibatan siswa secara individu dalam kelompok rendah berjumlah 4, dengan presentase 20. Dapat disimpulkan bahwa kriteria keterlibatan siswa secara individu dalam kelompok pada pembelajaran dengan metode „Think- Pair-Square ‟ adalah sedang.

c. Keterlibatan Siswa Secara Kelompok Pada Tiap-tiap Jenis

Keterlibatan Dari data hasil pengamatan keterlibatan siswa pada tabel 4.6 sampai dengan tabel 4.10 dapat dibuat tabel keterlibatan siswa secara kelompok pada tiap-tiap jenis keterlibatan berikut: Tabel 4.19 Keterlibatan Siswa Secara Kelompok Pada Tiap-tiap Jenis Keterlibatan No Jenis keterlibatan Newton Archimedes Pythagoras Euclides Gauss Jumlah 1 Siswa mengajukan pertanyaan 27 29 37 27 29 122 2 Siswa menjawab pertanyaan 18 22 24 15 21 82 3 Siswa berdiskusi dalam kelimpok 33 42 44 41 41 168 4 Siswa mengemukakan pendapatgagasan 16 19 18 21 20 78 5 Siswa mengemukakan pendapat atas jawaban teman 10 12 24 17 16 69 6 Siswa membantu teman 27 26 28 26 24 104 Dari tabel 4.19 di atas, terlihat bahwa skor tertinggi keterlibatan siswa secara kelompok pada tiap-tip jenis keterlibatan adalah 69 dan skor terendah keterlibatan siswa secara kelompok adalah 168. Sedangkan untuk rata-rata keterlibatan siswa secara kelompok adalah 103,83. Tabel 4.19 di atas akan digunakan untuk menghitung kriteria keterlibatan siswa secara kelompok pada tiap-tiap item keterlibatan dengan menggunakan skala Likert 3. Adapun perhitungan dengan menggunakan skala Likert 3 adalah sebagai berikut: Skor tertinggi A Skor terendah B C Interval kriteria keterlibatan siswa secara kelompok pada tiap-tiap jenis keterlibatan dapat dilihat pada tebel 4.20 dibawah ini : Tabel 4.20 Interval Kriteria Keterlibatan Siswa Secara Kelompok Pada Tiap-tiap Jenis Keterlibatan No Kriteria Keterlibatan Kelompok Skor Interval 1 Tinggi 2 Sedang 3 Rendah Berdasarkan interval kriteria keterlibatan siswa secara kelompok pada tiap-tiap jenis keterlibatan pada tabel 4.20, maka hasil pengamatan kriteria keterlibatan siswa secara kelompok pada tiap-tiap jenis keterlbatan dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.21 Keterlibatan Siswa Secara Kelompok Pada Tiap-tiap Jenis Keterlibatan No Jenis keterlibatan Kriteria keterlibatan 1 Siswa mengajukan pertanyaan Sedang 2 Siswa menjawab pertanyaan Rendah No Jenis keterlibatan Kriteria keterlibatan 3 Siswa berdiskusi dalam kelimpok Tinggi 4 Siswa mengemukakan pendapatgagasan Rendah 5 Siswa mengemukakan pendapat atas jawaban teman Rendah 6 Siswa membantu teman Sedang Dari tabel 4.21 terlihat bahwa keterlibatan siswa secara kelompok pada tiap-tiap jenis keterlibatan dengan kriteria tinggi berjumlah 1, keterlibatan siswa secara kelompok pada tiap-tiap jenis keterlibatan dengan kriteria sedang berjumlah 2, keterlibatan siswa secara kelompok pada tiap-tiap jenis keterlibatan dengan kriteria rendah berjumlah 3. Untuk mengetahui presentase tingkat keterlibatan siswa secara kelompok pada tiap-tiap jenis keterlibatan berdasarkan tabel 4.21, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut: Presentase kelompok pada tiap-tiap jenis keterlibatan tinggi Presentase kelompok pada tiap-tiap jenis keterlibatan sedang Presentase kelompok pada tiap-tiap jenis keterlibatan rendah Berdasarkan tabel 4.21 dan perhitungan presentase keterlibatan siswa secara kelompok pada tiap-tiap jenis keterlibatan, dapat dibuat tabel kesimpulan berikut ini: Tabel 4.22 Kriteria Keterlibatan Siswa Secara Kelompok Pada Tiap- tiap Jenis Keterlibatan Beserta Presentasenya No Kriteria keteribatan siswa secara kelompok pada tiap-tiap jenis keterlibatan Jumlah Presentase 1 Tinggi 1 16,7 2 Sedang 2 33,3 3 Rendah 3 50 Dari tabel 4.20 dan tabel 4.22 dapat dibuat diagram keterlibatan siswa secara kelompok pada tiap-tiap jenis keterlibatan berikut: Gambar 4.8 Diagram Keterlibatan Siswa Secara Kelompok Pada Tiap-tiap Jenis Keterlibatan. Dari tabel 4.22 dan gambar 4.8 terlihat bahwa kriteria keterlibatan siswa secara kelompok pada tiap-tiap jenis keterlibatan yang paling banyak adalah rendah yang berjumlah 3, dengan presentase 50. Sedangkan kriteria keterlibatan siswa secara kelompok pada tiap- tiap jenis keterlibatan sedang yang berjumlah 2, dengan presentase 33,3 dan kriteria keterlibatan siswa secara kelompok tinggi yang berjumlah 1, dengan presentase16,7. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa kriteria keterlibatan siswa secara kelompok pada tiap-tiap jenis keterlibatan dalam pembelajaran dengan metode „Think-Pair-Square‟ adalah rendah.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Anni 2004: 4 merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Dari data hasil belajar siswa pada tabel 4.12 terlihat bahwa nilai tertinggi untuk tes evaluasi adalah 81 dan nilai terandah adalah 15, sedangkan untuk rata-ratanya adalah 50,57. Data pada tabel 4.12 akan digunakan untuk menghitung interval kriteria hasil belajar siswa dengan menggunakan skala Likert 3 seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya halaman 66. Adapun perhitungan dengan menggunakan skala Likert 3 tersebut adalah sebagai berikut : Skor tertinggi A Skor terendah B C Interval kriteria hasil belajar siswa dapat dilihat pada tebel 4.23 dibawah ini : Tabel 4.23 Interval Kriteria Hasil Belajar Siswa No Kriteria Hasil Belajar Siswa Skor Interval 1 Tinggi 2 Sedang 3 Rendah Berdasarkan interval kriteria hasil belajar siswapada tabel 4.23, maka kriteria hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.24 Kriteria Hasil Belajar Siswa No Siswa Hasil Belajar Siswa Kriteria 1 1 49,5 Sedang 2 2 37 Rendah 3 3 65 Tinggi 4 4 81 Tinggi 5 5 68 Tinggi 6 6 32 Rendah 7 7 18 Rendah 8 8 15 Rendah 9 9 75 Tinggi 10 10 65 Tinggi 11 11 73 Tinggi 12 12 68 Tinggi 13 13 38 Sedang 14 14 50 Sedang 15 15 50 Sedang 16 16 56 Sedang 17 17 21 Rendah 18 18 51 Sedang 19 19 68 Tinggi 20 20 31 Rendah Dari tabel 4.24 terlihat bahwa dari 21 siswa yang mengikuti tes evaluasi, terdapat 8 siswa dengan kriteria hasil belajar tinggi, 6 siswa dengan kriteria hasil belajar sedang dan 6 siswa dengan kriteria hasil belajar rendah. Untuk mengetahui presentase hasil belajar siswa, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut: Presentase hasil belajar siswa dengan kriteria tinggi Presentase hasil belajar siswa dengan kriteria sedang Presentase hasil belajar siswa dengan kriteria rendah Berdsarkan tabel 4.24 dan perhitungan presentase hasil belajar siswa, dapat dibuat tabel kesimpulan berikut: Tabel 4.25 Kriteria Hasil Belajar Siswa Beserta Presentasenya No Kriteria Hasil belajar Jumlah siswa Presentase 1 Tinggi 8 40 2 Sedang 6 30 3 Rendah 6 30 Dari tabel 4.23 dan tabel 2.25 dapat dibuat diagramhasil belajar siswa berikut: Gambar 4.9 Diagram Hasil Belajar Siswa Dari tabel 4.25 dan Gambar 4.9 terlihat bahwa hasil belajar siswa yang paling banyak adalah tinggi yang berjumlah 8, dengan presentase 40. Sedangkan hasil belajar siswa sedang yang berjumlah 6, dengan presentase 30 dan hasil belajar siswa rendah yang berjumlah 6, dengan presentase 30. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada pokok bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel di kelas VII-B SMP Pangudi Luhur Gantiwarno dengan menggunakan metode „Think-Pair-Square‟ adalah tinggi. Jika dilihat dari rata-rata nilai tes kemampuan awal dengan rata- rata hasil belajar siswa ternyata rata-rata nilai siswa mengalami kenaikan. Rata-rata nilai tes kemampuan awal adalah 44,05, sedangkan rata-rata hasil belajar siswa adalah 50,575. Untuk memperjelas kenaikan tersebut maka dapat dibuat diagram berikut: Gambar 4.14 Diagram Perbandingan Nilai Rata-rata Kemampuan Awal Siswa dengan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa Dari diagramdi atas terlihat bahwa nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan sebesar 6,525.

4. Wawancara

Hasil analisis wawancara dibagi menjadi dua, yaitu analisis wawancara dengan siswa yang memiliki keterlibatan tinggi tetapi hasil belajarnya rendah dan siswa yang memiliki keterlibatan rendah tetapi hasil belajarnya tinggi. Transkrip wawancara dapat dilihat pada lampiran E. a. Wawancara dengan siswa yang memiliki keterlibatan tinggi tetapi hasil belajarnya rendah. Siswa 1 P : “ Ok. Hhhhmmm.... kamu berapa bersaudara?” S 7 : “anak tunggal mbak.” P : “ow gitu, dirumah sering merasa kesepian nggak?” S 7 : “iya mbak, soalnya orang tua juga sibuk kerja dan pulanya sore- sore terus.” P : “orang tuamu kerja apa?” S 7 : “ibu kerja di pabrik semua mbak.” P : “terus kalau kamu nggak punya teman dirumah gitu apa yang kamu lakukan?” S 7 : “ya dolan mbak.” P : “biasanya main ketempat siapa?” S 7 “ketempat tetangga mbak.” P : “kalau main sampai jam berapa dek?” S 7 “sampai sore mbak, kadang magrib itu baru pulang.” P : “nggak dimari orang tua po?” 50.575 44.05 10 20 30 40 50 60 N il a i Rata-rata Nilai Hasil Belajar Rata-rata Nilai Tes Kemampuan Awal S 7 “ya kadang-kadang mbak, hehehe...” P : “malamnya sering belajar tidak?” S 7 : “tidak mbak, kalau mau ada ulangan aja.” P : “ orang tua sering mengingatkan untuk belajar atau mengerjakan PR tidak?” S 7 : “tidak mbak.” P : “Kemarin kan waktu hari jumat sudah dikasih tahu kalau hari sabtu mau ada ulangan, nah malamnya kamu belajar nggak?” S 7 : “belajar mbak.” P : “belajarnya gimana? Coba ceritakan.” S 7 : “ya baca-baca LKS yang kemarin itu mbak, sama dikerjain lagi.” P : “mengalami kesulitan tidak pada saat belajar kemarin?” S 7 : “ya mbak.” P : „kesulitannya apa?” S 7 : “bingung langkah-langkahnya.” P : „kalau bingung gitu kamu bertanya pada orang tua atau tidak?” S 7 : “tidak mbak.” P : “ kenapa?” S 7 : „malas saja.” P : “kok malas kenapa?” S 7 : “lha kalau ditanya juga nggak mudeng kok.” P : “ow gitu, berati dulu pernah mencoba bertanya ya?” S 7 : “pernah mbak.” P : “kamu kalau belajar biasanya berapa jam?” S 7 : “Cuma sebentar mbak, nggak nyampe 1 jam.” P : “kok cuma sebentar kenapa?” S 7 : “lha bingung mau belajar apa. Hehehe...” Dari cuplikan wawancara di atas,dapat disimpulkan bahwa rendahnya hasil belajar siswa 7 tersebut dikarenakan dirumah kurang mendapatkan perhatian dari orang tua yang dikarenakan orang tuanya sibuk bekerja. Siswa 7 juga merupakan anak tunggal sehingga ketika orang tua bekerja siswa 7 hanya dirumah sendiri. Untuk menghilangkan kesepiannya itu, siswa 7 lebih banyak bermain dan pulang bermainnya pun sampai sore-sore. Siswa tersebut belajar hanya jika akan ada ulang saja, dan ketika dia mengalami kesulitan saat belajar juga enggan bertanya kepada orang tua. Siswa 2 P : “dirumah berapa bersaudara?” S 6 : “tiga mbak.” P : “punya kakak?” S 6 : “punya mbak?” P : “cewek atau cowok?” S 6 : “cewek mbak.” P : “masih sekolah atau sudah kerja?” S 6 : “masih sekolah mbak.” P : “dimana dek?” S 6 : “SMK Kristen mbak?” P : “ow gitu. Kamu kalau dirumah belajarnya rutin tidak?” S 6 : “tidak mbak.” P : “terus belajarnya kapan saja?” S 6 : “ya Cuma kalau ada ulangan mbak.” P : “kalau ada PR itu dikerjain tidak?” S 6 : “kadang-kadang mbak.” P : “kan hari jumat itu sudah diberi tahu kalau hari sabtu ada ulangan. Kamu belajar nggak?” S 6 : “belajar tapi cuma sebentar.” P : “berapa lama?” S 6 : “ya kalau sudah selesai membaca LKS ya sudah.” P : “tidak mencoba mengerjakan soal?” S 6 : “nggak mbak, heheheh...” P : “kenapa?” S 6 : “lha sudah capek.” P : “mengalami kesulitan tidak saat belajar itu?” S 6 : “iya mbak.” P : “kesulitannya gimana? Bisa diceritakan.” S 6 : “ya kadang bingung ini caranya gimana, kok bisa kaya gini.” P : “kamu tanya-tanya sama kakak atau orang tua nggak kalau mengalami kesulitan gitu?” S 6 : “nggak mbak.” P : “kenapa?” S 6 : “lha kalau saya tanya malah kadang-kadang dimarahin kok.” Dari cuplikan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa 2 mendapatkan nilai hasil belajar rendah karena belajarnya kurang maksimal. Dalam belajar siswa 6 hanya membaca saja, tidak berlatih dengan mengerjakan soal. Ketika menemui kesulitan pun siswa 6 tidak berani bertanya kepada kakaknya, yang dikarenakan rasa takut akan dimarahi. Kurang maksimal dalam belajar inilah yang membuat siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal evaluasi sehingga hasilnya juga kurang memuaskan. b. Wawancara dengan siswa yang memiliki keterlibatan rendah tetapi hasil belajarnya tinggi. Siswa 4 P : “kemarin kan kita sudag belajar menggunakan metode „Think-Pair- Square’, perasaan kamu setelah mengikuti pembelajaran itu gimana?” S 4 : “seneng mbak” P : “senengnya keapa?” S 4 : “ya seneng aja mbak. Kan bisa diskusi jadi kalo nggak mudeng bisa tanya-tanya.kalau belajarnya kaya kemarin itu jadi lebih dong.” P : “ow gitu ya. Berati kemarin kamu sering mengajukan pertanyaan?” S 4 : “kadang-kadang mbak.” P : “biasanya kalau tanya sama siapa?” S 4 : “sama teman sekelompok mbak.” P : “kalau ditanya gitu temanmu juga mau menjelaskan?” S 4 : “mau mbak, tapi kadang pakai marah-marah.” P : “marah-marahnya kenapa?” S 4 : “ katanya mengganggu gitu.” P : “terus kalau temanmu marah, apa yang kamu lakukan?” S 4 : “ya diem aja mbak, jadi malas mau ikutan diskusi.” P : “sering ya temanmu marah-marah kalau ditanyain?” S 4 : “sering mbak. Teman-teman yang lain juga pada nggak suka sama dia.” P : “ow gitu ya. Terus waktu proses diskusi itu pernah nggak kamu berpendapat?” S 4 : “pernah mbak.” P : “tentang apa?” S 4 : “pas nyari rumus keliling persegi, soalnya teman saya ngasih rumusnya luas persegi jadi ya saya bilang kalo itu salah.” P : “lalu waktu kamu bilang kalo itu salah, temanmu gimana?” S 4 : “ngeyel pertamanya, terus saya buka buku catatan.” P : “dengan pembelajaran „Think-Pair-Square‟ kamu mera jadi lebih aktif nggak dibandingkan dengan belajar yang biasanya?” S 4 : “iya mbak. Belajarnya jadi lebih santai.” P : “ow gitu ya. Kira-kira dengan pembelajaran kemarin itu membuat kamu lebih mudah memahami materi nggak?” S 4 : “iya mbak. Soalnya kan bisa tanya-tanya.” Siswa 5 P : “kemarin kan kita sudah belajar dengan metode „Think-Pair-Square’. Perasaan kamu gimana?” S 5 : “senang lah mbak.” P : “senangnya gimana? Bisa diceritakan?” S 5 : “ya senang soalnya bisa diskusi, mbaknya juga menjelaskannya pelan-pelan jadinya mudeng.” P : “saat berpikir sendiri itu apa yang kamu lakukan?” S 5 : “membaca mbak sama mikir cara ngerjainnya gimana.” P : “saat berkelompok itu kamu terlibat aktif nggak?” S 5 : “kadang-kadang mbak. P : “terlibatnya gimana?” S 5 : “ya bertanya mbak.” P : “tanya sama siapa?” S 5 :”sama temen.” P : “kalau ada teman ada yang tanya atau minta penjelasan gitu, kamu membantu nggak?” S 5 : “kadang-kadang mbak, tapi banyak nggaknya. Hehehe.....” P : “kamu merasa jadi semakin aktif nggak dengan metode „Think-Pair-Square’ dibandingkan dengan yang biasanya?” S 5 : “iya mbak, sedikit.” P : “menurutmu metode kemarin itu membuat kamu lebih mudah dalam memahami materi nggak?” S 5 : “awalnya biasa saja mbak, tapi ternyata jadi lebih enak belajarnya.” P : “enaknya gimana?” S 5 : “ya jadi lebih mudeng aja mbak, kan dibantu sama teman-teman kalo nggak bisa.” Dari cuplikan wawancara di atas, siswa 4 dan siswa 5 senang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe „Think-Pair-Square’, akan tetapi siswa 4 merasa tidak cocoktidak nyaman dengan salah satu teman kelompoknya sehingga membuat dia menjadi malas-malasan dalam berdiskusi kelompok. Sedangkan siswa 5 kurang terlibat aktif dalam kegiatan kelompok. Akan tetapi, menurut siswa4 dan siswa 5 belajar dengan model pembelajaran kooperatif tip e „Think-Pair-Square’membuat lebih mudah dalam memahami materi yang sedang dipelajari.

5. Korelasi

Perhitungan korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan siswa dengan hasil belajar siswa. Sebelum dilakukan uji korelasi, data keterlibatan siswa dan data hasil belajar siswa dihitung terlebih dahulu normalitasnya dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Hasil dari uji normalitas menunjukkan bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada lampiran I. Berikut perhitungan korelasi antara keterlibatan siswa dengan hasil belajar siswa menggunakan analisis koefisien korelasi jenjang seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya halaman 67. Tabel 4.26 Penskoran Untuk Kriteria Keterlibatan Siswa dan Hasil Belajar Siswa. No Kriteria Skor 1 Tinggi 3 2 Sedang 2 3 Rendah 1 Keterlibatan siswa = X Hasil belajar siswa = Y Tabel 4.27 Korelasi Antara Keterlibatan dengan Hasil Belajar Siswa. Siswa X Y X-Y X-Y 2 1 3 2 -1 1 2 1 1 3 2 3 -1 1 4 2 3 -1 1 5 1 3 -2 4 6 2 1 1 1 7 3 1 2 4 8 1 1 9 3 3 10 2 3 -1 1 11 2 3 -1 1 12 3 3 13 2 2 14 1 2 -1 1 15 2 2 16 2 2 17 2 1 1 1 18 2 2 19 2 3 -1 1 20 2 1 1 1 ฀ α = 0,05 Analisis koefisien korelasi jenjang: 0,715789 Statistik Uji untuk : Untuk t tabel menggunakan tabel nilai kritik sebaran t walpole 1992: 471 t 0,0518 = 1,734 Karena t hitung t tabel , yaitu 18,4504 1,734 maka dapat disimpulkan bahwa keterlibatan siswa dengan hasil belajar siswa mempunyai hubungan yang signifikan. 6. Penghargaan Kelompok Untuk menentukan penghargaan kelompok dilakukan analisis dengan melihat rata-rata nilai tes evaluasi dari setiap anggota kelompok.berikut adalah perhitungan rta-rata nilai tes evaluasi dari masing-masing kelompok:

1. Kelompok Ecluides

Tabel 4.28 Daftar Nilai Tes Evaluasi Kelompok Euclides No Siswa Nilai 1 6 32 2 11 73 3 15 50 4 17 21 Jumlah 131 Rata-rata nilai kelompok Euclides 2. Kelompok Pythagoras Tabel 4.29 Daftar Nilai Tes Evaluasi Kelompok Pythagoras No Siswa Nilai 1 1 49,5 2 7 18 3 9 75 4 12 68 Jumlah 210,5 Rata-rata nilai kelompok Pythagoras 3. Kelompok Archimedes Tabel 4.30 Daftar Nilai Tes Evaluasi Kelompok Archimedes No Siswa Nilai 1 3 65 2 4 81 3 16 56 4 19 68 Jumlah 270 Rata-rata nilai kelompok Archimedes 4. Kelompok Newton Tabel 4.31 Daftar Nilai Tes Evaluasi Kelompok Newton No Siswa Nilai 1 2 37 2 5 68 3 8 15 4 14 50 Jumlah 170 Rata-rata nilai kelompok Newton 5. Kelompok Gauss Tabel 4.32 Daftar Nilai Tes Evaluasi Kelompok Gauss No Siswa Nilai 1 10 65 2 13 38 3 18 51 4 20 31 Jumlah 185 Rata-rata nilai kelompok Gauss Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan penghargaan kelompok untuk bintang 5 diraih oleh kelompok Archimedes dengan nilai rata-rata hasil belajar 67,5. Bintang 4 diraih oleh kelompok Pythagoras dengan nilai rata-rata hasil belajar 52,6. Bintang 3 diraih oleh kelompok Gauss dengan nilai rata-rata hasil belajar 46,25. Bintang 2 diraih oleh kelompok Newton dengan nilai rata-rata hasil belajar 42,5. Bintang 1 diraih oleh kelompok Euclides dengan nilai rata-rata 32,75. 128

BAB V PENUTUP

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square (Tps) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII H di Mts pembangunan uin Jakarta

0 15 161

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DAN THINK PAIR SHARE Perbedaan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Square Dan Think Pair Share Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sukodono Sragen Tahu

0 1 15

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DAN THINK PAIR SHARE Perbedaan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Square Dan Think Pair Share Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sukodono Sragen Tahu

0 1 11

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SQUARE MENGGUNAKAN AUTOGRAPH DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SQUARE TANPA AUTOGRAPH.

0 1 28

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ditinjau berdasarkan motivasi, keterlibatan dan hasil belajar siswa kelas VII A SMP Pangudi Luhur Gantiwarno.

0 0 295

KETERLIBATAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ‘THINK-PAIR-SQUARE’ PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS

0 31 473

Keterlibatan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square di SMP Pangudi Luhur Gantiwarno kelas VII B - USD Repository

0 0 286