Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif

sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi saling ketergantungan efektif diantara anggota kelompok Sugandi, 2002: 14. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur secara berkelompok.

G. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif

Hakikat model pembelajaran kooperatif akan dibahas dalam beberapa bagian, yaitu definisi pembelajaran kooperatif, unsur-unsur pembelajaran kooperatif, ciri-ciri pembelajaran kooperatif, langkah-langkah pembelajaran kooperatif, tujuan pembelajaran kooperatif, keuntungan dan kelemahan pemebelajaran kooperatif dan macam-macam model pembelajaran kooperatif. 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-keloimpok kecil secara kolabiratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok Slavin, dalam Solihatin, 2007: 5 Menurut Thompson 1995, didalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud dari kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Menurut Holubec dalam Nurhadi, 2004: 60 pembelajaran kooperatif memerlukan pendekatan pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar guna mencapai tujuan bersama. Tiap kelompok terdiri dari 4 – 5 anggota yang heterogen berdasarkan kemampuan akademik, jenis kelamin dan ras. Ada 5 unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan, akuntabilitas individu, keterampilan antarpersonal, peningkatan interaksi tatap maka dan pemrosesan. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan- keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pernyataan atau tugas yang direncanakan untuk dikerjakan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan Slavin, 1995 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-keloimpok kecil secara kolabiratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Dimana dalam pembelajaran koopeatif siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pernyataan atau tugas yang direncanakan untuk dikerjakan. 2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Johnson Johnson dalam Trianto, 2009 : 60-61 mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa. Dalam belajaran kooperetif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok. b. Interaksi antar siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa. Hal ini terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alammi karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama. c. Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: a membentu siswa yang membutuhkan bantuan dan b siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng“ pada hasil kerja siswa dan teman sekelompoknya. d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan, seorang siswa dituntut belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus. e. Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik. 3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Menurut Ibrahim 2000 Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif, siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling ketergantungan satu sama lain untuk mencapai penghargaan bersama, mereka akan berbagi pengharagaan tersebut seandainya mereka berhasil dalam kelompok. Ciri dari pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah: a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, kemampuan sedang, dan kemampuan rendah. c. Bilamungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda. d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama sehingga mereka belajar untuk menghargai satu sama lain meskipun mereka berbeda ras, budaya, kelas sosial maupun kemampuan. 4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Karli dan Yuliariatiningsih 2002: 72 mengemukakan langkah- langkah dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a. Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai. b. Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil. c. Guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individu maupun kelompok. d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Keempat langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif di atas diuraikan sebagai berikut: a. Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran. Guru juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan sosial yang diharapkan dapat dikembangkan oleh guru selama berlangsungnya proses pembelajaran. Selain itu, guru juga mengorganisir materi tugas-tugas yang dikerjakan bersama-sama dalam dimensi kerja kelompok oleh siswa melalui keaktifan semua anggota kelompok. b. Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam penyampaian materi pelajaran, pemahaman dan pendalamannya akan dilakukan siswa ketika belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Pemahaman dan konsepsi guru terhadap siswa secara individual sangat menentukan kebersamaan dari kelompok yang dibentuk oleh guru dalam proses pembelajaran. c. Dalam melakukan kegiatan observasi terhadap siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa, baik secara individual maupun kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. d. Langkah selanjutnya adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Guru juga memberikan penekanan terhadap nilai, sikap, dan perilaku sosial yang dikembangkan dan dilatih oleh para siswa dalam kelas. Ibrahim 2000: 10 mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang terdiri atas 6 langkah, yaitu: a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. b. Menyajikan informasi. c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar. e. Evaluasi. f. Memberikan penghargaan. Langkah-langkah di atas menunjukkan bahwa pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Langkah ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan kedalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Langkah terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu agar siswa dapat termotivasi dalam mengikuti model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok. Jadi pembelajaran kooperatif sangat positif dalam menumbuhkan kebersamaan dalam belajar pada setiap siswa sekaligus menuntut kesadaran dari siswa untuk aktif dalam kelompok, karena jika ada siswa yang pasif dalam kelompok maka hal itu dapat mempengaruhi kualitas pelaksanaan pembelajaran kooperatif khususnya berkaitan dengan rendahnya kerjasama dalam kelompok. 5. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Johnson Johnso dalam Trianto, 2009: 57 menyatakan bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah Louisell Descamps, 1992 dalam Trianto, 2009: 57. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dari belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik, memperbaiki hubungan dengan teman yang berbeda etnis dan kemampuan dan mengembangkan keterampilan untuk memacahkan masalah dengan cara berdiskusi kelompok. 6. Keuntungan dan Kelemahan Pembeajaran Kooperatif a. Keuntungan pembelajaran kooperatif Keuntungan pembelajaran kooperatif menurut Gulley dalam Jack R. Gibb antara lain: 1 Anggota-anggota kelompok mempunyai lebih banyak sumber belajar dari pada individual. 2 Anggota kelompok-kelompok sering terstimulus oleh anggota yang lain. 3 Kelompok lebih mungkin menghasilkan keputusan yang lebih baik. 4 Komitmen anggota kelompok mungkin merasa lebih kuat. 5 Partisipasi dapat meningkatkan pemahaman personal dan sosial. b. Kelemahan pembelajaran kooperatif Kemungkinan negatif model pembelajaran kooperatif menurut Gulley dalam Jack R. Gibb antara lain: 1 Diskusi dapat memakanmenghabiskan waktu. 2 Diskusi dapat sia-sia. 3 Diskusi dapat menekan keyakinan. 7. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif a. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Pembelajaran kooperatif model GI dikembangkan oleh Herbert Thelen, dan diperluas serta disempurnakan oleh Sharan dan kawan- kawannya dari Universitas Tel Aviv. Model ini merupakan model kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit diimplementasikan Arends, 2008: 14. Tipe Group Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas. Tipe ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip belajar demokrasi. Tipe ini dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah sehingga guru dapat memperbaiki kesalahannya. Guru yang menggunakan model GI biasanya membagi kelasnya menjadi kelompok- kelompok heterogen yang masing-masing beranggota 5 atau 6 orang. Akan tetapi, di beberapa kasus, kelompok mungkin juga dibentuk dari minat mereka yang sama terhadap topik tertentu. Siswa memilih topik-topik untuk dipelajari, melakukan investigasi mendalam terhadap sub-sub topik yang dipilih, dan melakukan presentasi kelas b. Model STAD Student Team Achievement Divisions Pembelajaran kooperatif model STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. Model STAD dianggap paling sederhana dan paling mudah dipahami Slavin dalam Arends, 2008: 13. Inti dari pembelajaran kooperatif model STAD yaitu diawali dengan guru menyajikan informasi akademis baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis, kemudian siswa dibagi dalam beberapa kelompok, masing-masing terdiri dari 4 atau 5 anggota kelompok, yang anggotanya heterogen baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya-jawab, atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Setelah itu, siswa diberi kuis individu sesuai dengan materi yang telah dibahas. Kemudian kuis diberi skor dan tiap individu akan memperoleh skor kemajuan. Skor kemajuan bukan didasarkan pada skor absolut siswa, melainkan seberapa banyak skor itu bertambah dari rata-rata skor sebelumnya. Setiap minggu diumumkan kelompok-kelompok dengan skor perkembangan tertinggi. Kelompok yang memenuhi kriteria tertentu mendapat penghargaansertifikat. c. Model Jigsaw Pembelajaran kooperatif model jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Langkah- langkah inti dalam model Jigsaw antara lain siswa ditempatkan ke dalam tim belajar heterogen beranggota 5 sampai 6 orang. Berbagai materi akademis disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari satu porsi materinya. Selanjutnya, para anggota dari tim-tim yang berbeda, tetapi membicarakan topik yang sama bertemu untuk belajar dan saling membantu dalam mempelajari topik tersebut. Kelompok ini disebut dengan kelompok “ahli”. Setelah itu, siswa kembali ke kelompok “asal” dan mengajarkan sesuatu yang telah mereka pelajari dalam kelompok “ahli” kepada anggota-anggota lain di timnya masing-masing. Setelah pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa mengerjakan kuis secara individu yang berkaitan dengan semua topik yang telah dipelajari. d. Pendekatan Struktural Pendekatan terakhir dalam pembelajaran kooperatif yaitu pendekatan struktural yang dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan-kawan Sugiyanto, 2010: 48. Walaupun mempunyai banyak persamaan dengan pendekatan sebelumnya, pendekatan ini memberikan penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang dimaksud Kagan dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh anggota kelas dan siswa memberikan jawaban setelah tunjuk jari. Stuktur yang dikembangkan Kagan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual Arends, 2008: 15. Macam-macam pendekatan struktural yaitu sebagai barikut: 1 Numbered Heads Together NHT NHT dikembangkan oleh Kagan 1998 dalam Arends, 2008: 16. Dalam model pembelajaran ini, guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggota 3 sampai 5 orang. Masing-masing anggota diberi nomor. Kemudian guru mengajukan pertanyaan atau soal kepada kelompok, dan mereka mendiskusikan serta memastikan bahwa setiap anggota kelompok tahu jawabannya. Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang nomornya dipanggil menjawab pertanyaan tersebut. 2 Think-Pair-Share ‘Think-Pair-Share’ dikembangkah oleh Lyman 1985 dalam Arends, 2008: 15 dan kawan-kawannya dari Universitas Maryland. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran kooperatif terstruktur yang memiliki tiga tahap, tahap pertama yaitu siswa memikirkan sebuah persoalan yang diajukan oleh guru secarai ndividu, tahap kedua yaitu siswa berdiskusi dengan pasangannya dan saling bertukar pendapat. Tahap ketiga yaitu membagikan jawaban kepada seluruh kelaspresentasi kelas.

H. Pembelajaran Kooperatif Tipe Berpasangan

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square (Tps) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII H di Mts pembangunan uin Jakarta

0 15 161

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DAN THINK PAIR SHARE Perbedaan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Square Dan Think Pair Share Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sukodono Sragen Tahu

0 1 15

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DAN THINK PAIR SHARE Perbedaan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Square Dan Think Pair Share Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sukodono Sragen Tahu

0 1 11

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SQUARE MENGGUNAKAN AUTOGRAPH DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SQUARE TANPA AUTOGRAPH.

0 1 28

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ditinjau berdasarkan motivasi, keterlibatan dan hasil belajar siswa kelas VII A SMP Pangudi Luhur Gantiwarno.

0 0 295

KETERLIBATAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ‘THINK-PAIR-SQUARE’ PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS

0 31 473

Keterlibatan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square di SMP Pangudi Luhur Gantiwarno kelas VII B - USD Repository

0 0 286