yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui transformasi pengalaman individu siswa. Pendapat Kolb ini intinya menekankan bahwa
dalam belajar siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya mengkontruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari dan siswa harus didorong untuk aktif
berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah proses memahami struktur-struktur serta konsep-konsep dalam teori
matematika melalui pengenalan masalah kontekstual. Masalah-masalah kontekstual digunakan untuk membantu penguasaan teori. Dengan
mengkaitkan masalah yang pernah dihadapi dengan teori yang dipelajari atau sebaliknya, maka struktur dan konsep yang ada pada teori tersebut akan
menjadi lebih jelas bagi siswa.
D. Teori Belajar Matematika
Teori belajar matematika mengungkapkan tentang bagaimana anak belajar dan metode mengajar mana yang baik dan sesuai digunakan untuk anak pada
saat anak belajar. Model belajar penemuan Discovery Learning yang dikemukakan oleh
Jorme Bruner, yaitu bahwa belajar sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling
baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna
Dahar, 1988: 125. Menurut Bruner dalam Suyono, 2011: 89, seiring dengan terjadinya pertumbuhan kognitif, para pembelajar harus melalui tiga
tahap pembelajaran. Tiga tahap perkembangan intelektual tersebuat adalah: 1.
Enaktif enactive Seorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi-aksi terhadap
objek. Dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan keterampilan dan pengetahuan motorik seperti meraba, menggigit,
menggenggam, mencengkeram, menyentuh dan sebaagainya. Anal-anak harus diberi kesempatan bermain dengan berbagai bahanalat pembelajaran
tertentu agar dapat memahami bagaimana bahanalat itu bekerja. 2.
Ikonik iconic Pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-model dan gambar-
gambar dan visualisasi verba. Anak-anak mencoba memahami dunia sekitarnya melalui bentuk-bentuk perbandingan komparasi dan
perumpamaan tamsil, dan tidak lagi memerlukan manipulasi objek-objek pembelajaran secara langsung.
3. Simbolik
Siswa sudah mampu menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah- istilah yang abstrak. Dalam memahami dunia sekitarnya anak-anak belajar
melalui simbol-simbol bahasa, lagika, matematika dan sebagainya. Komunikasi dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol. Huruf
dan lambang bilangan merupakan contoh sistem simbol. Fase simbolik merupakan tahap final dalam pembeljaran.
Bruner selanjutnya menegaskan bahwa guru yang efektif harus membantu pembelajar dan membimbingnya untuk melewati ketiga fase ini dengan suatu
proses yang disebut scaffolding berupa bimbingan yang diberikan oleh seorang pembelajar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran dengan
persoalan-persoalan terfokus dan interaksi yang bersifat positif. Inilah cara siswa membangun pemahaman. Pada akhirnya melalui scaffolding ini, siswa
dibimbing menjadi pembelajar yang mandiri. Tujuan pokok pendidikan menurut Bruner adalah guru harus memandu
para siswanya sehingga mereka dapat membangun basis pengetahuannya sendiri dan bukan diajari melalui memoriasi hafalan rote memorization.
Informasi-informasi baru dipahami siswa dengan cara mengklasifikasikannya berlandaskan pengetahuan terdahulu yang telah dimilikinya. Menurut Bruner,
interkoneksi antara pengetahuan baru dengan pengetahuan terdahulu menghasilkan reorganisasi dari struktur kognitif, yang kemudian menciptakan
makna dan mengizinkan individu memahami secara mendalam informasi baru yang diberikan Clabaugh, 2009.
E. Pembelajaran Matematika