struktur yang abstrak dan menguasai konsep atau prinsip matematika sehingga dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
4. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan Pembelajaran matematika adalah melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan. Misalnya melalui kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi, dan imkosistensi. Mengembangkan aktifitas kreatif yang
melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan
serta mencoba-coba. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Mengembangkan
kemampuan menyampaikan
informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan Suherman,
2003.
F. Model Pembelajaran Matematika
Dalam pembelajaran
matematika, terdapat
beberapa model
pembelajaran yang dapat diterapkan di dalam kelas, antara lain: 1.
Model Pembelajaran Klasikal Menurut Suherman 2001: 214, pengajaran klasikal adalah
model pembelajaran yang biasa kita lihat sehari-hari. Pada model ini, biasanya guru mengajar beberapa siswa yang diasumsikan mempunyai
minat dan kecepatan belajar yang relatif sama, sehingga kondisi
belajar siswa secara individual baik menyangkut kecepatan, kesulitan, dan minat belajar siswa sukar untuk diperhatikan guru. Lebih lanjut
Suherman menjelaskan, bahwa pada umumnya cara guru dalam menentukan kecepatan menyajikan dan tingkat kesukaran materi
berdasarkan informasi kemampuan siswa secara umum. Semua kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru, dan banyaknya materi,
kecepatan guru mengajar, serta hal-hal lainnya sepenuhnya ada di tangan guru.
Menurut Zainurie 2007: 1, urutan kegiatan pembelajaran klasikal yaitu diawali dengan guru menjelaskan definisimateri,
kemudian membuktikan rumus, memberi contoh soal, dan terakhir memberi latihan soal yang hampir sama dengan contoh soal. Jadi
proses pembelajaran terpusat pada guru dan siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran klasikal
mempunyai banyak
kelemahan, diantaranya adalah pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman
peserta didik, peserta didik menjadi penerima secara pasif, serta pembelajaran bersifat abstrak dan teoritis. Pembelajaran klasikal dapat
diminimalisir jika didukung dengan buku teks pelajaran yang relevan dan kontekstual. Relevan berarti sesuai dengan kebutuhan peserta
didik, sedangkan kontekstual berarti mengaitkan antara materi yang disajikan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
peserta didik mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Depdiknas, 2002: 1.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran klasikal adalah suatu model pembelajaran dimana guru
mengasumsikan kemampuan semua siswanya relatif sama dan proses pembelajaran berpusat pada guru, sehingga siswa kurang dilibatkan
secara aktif dalam proses pembelajaran. 2.
Model Pembelajaran Individual Pembelajaran individual memberi kesempatan kepada siswa
untuk menentukan sendiri tempat, waktu dan kapan dirinya merasa siap untuk menempuh ulangan atau ujian Suherman, 2001: 216.
Adapun ciri-ciri pembelajaran individual adalah sebagai berikut:
a. Siswa belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing, tidak
pada kelasnya. b.
Siswa belajar secara tuntas, karena siswa akan ujian jika telah merasa siap.
c. Setiap unit yang dipelajari memuat tujuan pembelajaran khusus
yang jelas. d.
Keberhasilan siswa diukur berdasarkan pada sistem mutlak. Siswa berkompetisi dengan angka, bukan dengan temannya.
Salah satu model pembelajaran individual yang sangat populer adalah pembelajaran dengan modul, yaitu suatu pembelajaran yang
memanfaatkan suatu paket pembelajaran yang memuat unit konsep pembelajaran yang dapat dipelajari oleh siswa sendiri self
instruction . Asumsi yang mendasari sistem pengajaran individual
adalah bahwa setiap siswa bisa belajar sendiri tanpa atau dengan sedikit bantuan dari pengajar Anita Lie, 2010: 26.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran individual adalah pembelajaran yang dilakukan oleh siswa sendiri
yaitu dengan membaca buku atau modul dari sekolah. Asumsi yang mendasari sistem pengajaran individual adalah bahwa setiap siswa
bisa belajar sendiri tanpa atau dengan sedikit bantuan dari pengajar Dalam pembelajaran ini, siswa bekerja secara individu dan terbiasa
dengan berpikir sendiri tanpa adanya masukkan atau campur tangan daripihak lain khususnya sesama teman. Hal ini dapat menimbulkan
sifat individualis yang tinggi dan kurangnya kepekaan sosial terhadap sesamanya membuat siswa kurang memahami bahwa teman dapat
dijadikan sumber belajar yang baik. 3.
Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran
yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui
berpikir rasional Rustaman, 2003: 206. Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan
sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi
belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau
tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi
saling ketergantungan efektif diantara anggota kelompok Sugandi, 2002: 14. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya
persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara
individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif adalah
satu pembelajaran
yang dikembangkan dari teori kontruktivisme yang memberi kesempatan
kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur secara berkelompok.
G. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif