4. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran dilakukan diakhir pembelajaran saat penelitian. Hal ini dilakukan untuk melihat pemahaman siswa akan materi, dan
menganalisis keefektifan alat peraga sebagai alat bantu belajar. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan mamberikan soal-soal post
test, dan dilakukan pada akhir pembelajaran. 5.
Rencana Pelaksanaan a.
Pelaksanaan penelitian dilapangan akan dilaksanakan kurang lebih 6 kali, dengan rincian :
- Pertemuan pertama adalah pemberian soal pre-test
- Pertemuan kedua sampai kelima adalah pemberian materi
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan alat peraga bola bermuatan
- Pertemuan keenam adalah pemberian soal post-test
b. Pelaksanaan penelitian akan dibantu oleh guru kelas, mengingat
susahnya berkomunikasi dengan anak tuna rungu.
46
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Persiapan Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Penelitian dilakukan di SLB Yapenas. Subyek penelitian adalah 2 orang siswa kelas V SD SLB B, dimana mereka memiliki keterbatasan
dalam pendengaran atau tuna rungu . SLB Yapenas adalah sekolahan yang didirikan yayasan Yapenas. Jenjang pendidikan disekolah ini
adalah SD, SMP dan SMA. Dalam penelitian ini peneliti adalah fasilitator yang menyediakan alat peraga dan membantu serta sebagai
pengamat, materi yang akan dibahas disini adalah operasi hitung bilangan bulat yang dibatasi dalam pengurangan dan penjumlahan
menggunakan alat bantu berupa alat peraga yang diberi nama bola bermuatan. Materi penjumlahanan pengurangan bilangan bulat
sebelumnya telah diterima siswa pada saat kelas IV SD. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu.
Tujuan dilakukannya observasi adalah untuk melihat kegiatan pembelajaan sehari-hari dan melihat model pembelajaran yang
dilakukan di SLB Yapenas, sehingga dapat membantu dalam merancang pmbelajaran penelitian, selain itu kegiatan observasi juga
dilakukan untuk membantu peneliti mengakrabkan diri dengan siswa
yang akan dijadikan obyek penelitian sehingga dapat membantu dalam kelancaran penelitian.
Dari kegiatan observasi, peneliti melihat kurikulum yang digunakan di SLB Yapenas sama dengan sekolah-sekolah umumnya,
hanya saja pemberian materi pembelajarannya mengikuti kemampuan dan pemahaman siswa karena seperti diketahui bersama bahwa siswa-
siswa di SLB mempunyai keistimewaan tersendiri. Yang berbeda dari sekolah umum adalah, di SLB Yapenas pembelajaran reguler hanya
dilakukan dari hari senin sampai rabu, sementara hari kamis sampai sabtu dilakukan pelatihan keterampilan seperti menjahit, berkebun,
pantomim,dan sebagainya. Untuk usia, rata-rata anak tuna rungu B di SLB Yapenas memiliki usia yang sesuai dengan kelasnya seperti pada
anak-anak pada sekolah umum, karena anak-anak tuna rungu memiliki IQ yang sama dengan anak-anak pada umurnya, hanya saja
perkembangannya terhambat karena keterbatasan pendengaran yang dimiliki, sehingga dalam pembelajaran dikelas mereka tidak hanya
menerima materi pembelajaran saja, melainkan masih juga harus belajar berbicara dan belajar menuliskan dan memaknai berbagai kata,
beban belajar yang lebih banyak ini membuat siswa mudah lupa akan bahan pelajaran yang baru diberikan.
Peneliti melihat pula karakter-karakter yang dimiliki siswa, yaitu : Ika : Ika adalah anak yang aktif. Banyak mengemukakan pendapat-
pendapatnya dan selalu mengemukakan pendapatnya dengan keras. Ika
sudah terhitung lancar dalam menggunakan bahasa verbal. Ika memiliki kepercayaan diri yang tinggi, ia selalu aktif menjawab
pertanyaan dan pernyataan yang diberikan oleh guru. Daya tangkapnya terhadap pelajaran cepat, namun Ika juga cenderung cepat puas,
sehingga jika ia merasa bisa, kemudian ia berhenti belajar, dan tidak mencoba hal-hal lain lagi. Ika juga mudah bosan, jadi jika
mengerjakan soal-soal, ia akan bersemangat diawalnya kemudian jika ia tidak bisa mengerjakannya, ia memilih menyerah. Ika rajin bertanya
saat dia kurang mengerti pembelajaran yang diberikan, meskipun tidak bertanya scara langsung, melainkan menggunakan bahasa verbal atau
ekspresi wajahnya. Pengelolaan emosi Ika kurang baik, jika ia sedang marah atau memiliki masalah dengan temannya, akan berpengaruh
pada belajarnya, ia jadi tidak mau memperhatikan guru, tidak mau mendengarkan guru, bahkan pernah tidak masuk sekolah karena
bermasalah dengan temannya. Dyah : Dyah aktif dalam pembelajaran, dan selalu fokus dalam
pelajaran. Jika dibandingkan dengan Ika, kemampuan dalam menangkap pelajaran yang dimiliki Dyah lebih rendah, namun Dyah
lebih tekun dan selalu memperhatikan penjelasan guru saat pembelajaran berlangsung. Dyah rajin mencatat hal-hal penting saat
pembelajaran berlangsung. Dyah tidak terlalu banyak bicara dan bertanya, namun selalu menjawab dan menanggapi pertanyaan ataupun
pernyataan guru dengan baik, menggunakan bahasa verbal maupun