Efektivitas penggunaan alat peraga bola bermuatan pada operasi hitung bilangan bulat untuk anak tuna rungu (SLB B) di SLB Yapenas kelas V SD.

(1)

i

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA BOLA BERMUATAN

PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT UNTUK ANAK TUNA RUNGU (SLB B) DI SLB YAPENAS KELAS V SD

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

Disusun Oleh: Elisabet Viviana

081414027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

Karya Kecil ini ku Persembahkan untuk Yang ku Cinta

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Kedua Orang Tua ku Agustinus Sutrisno dan Maria Suyati

Adikku Dominika Sintia dan kakak Yoh.Juni Irawan

Yohanes Nataka Okoyko Sahabat, Keluarga dan Orang-orang tersayang

For in the gospel a righteousness from God is revealed,a righteousness that is by faith from first to last. Just as it is written:


(5)

v

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah.

Yogyakarta,

Penulis


(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Elisabet Viviana

Nomor Mahasiswa : 081414027

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Efektivitas Penggunaan Alat Peraga Bola Bermuatan Pada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat Untuk Anak Tuna Rungu (SLB B) Di SLB Yapenas Kelas V SD”

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Dengan demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya . Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal 28 Februari 2013 Yang menyatakan


(7)

vii

ABSTRAK

Elisabet Viviana. 2013. Efektivitas Penggunaan Alat Peraga Bola Bermuatan pada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat untuk Anak Tuna Rungu (SLB B) di SLB Yapenas Kelas V SD. Skripsi. Program Studi : Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1)mengetahui keterlibatan dan hasil yang dicapai siswa tuna rungu dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga bola bermuatan untuk materi operasi hitung bilangan bulat (2) mengetahui minat dan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika setelah pembelajaran menggunakan bantuan alat peraga bola bermuatan dalam pembelajaran matematika untuk materi operasi hitung bilangan bulat (3) mengetahui efektifitas penggunaan alat peraga bola bermuatan dalam pembelajaran matematika untuk materi operasi hitung bilangan bulat pada anak tuna rungu yang ditunjukkan dari keterlibatan, minat dan aktivitas siswanya.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif, disini peneliti mendeskripsikan kejadian dengan cara mengamati dan mengumpulkan data kualitatif . Sedangkan data mengenai hasil belajar siswa yang berupa angka-angka dideskripsikan secara kuantitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: (1) mengamati tingkah laku dan respon siswa SLB B selama pembelajaran berlangsung. Kemudian mengisi lembar observasi untuk mengetahui minat, aktifitas dan keterlibatan siswa. (2) Memberikan soal pre test dan post test (3) melakukan wawancara kepada siswa dan guru (4) dokumentasi.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SLB B Yapenas Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah dua orang siswa. Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan alat peraga bola bermuatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Siswa mau terlibat dan memberikan respon positif selama pembelajaran berlangsung. Siswa cepat memahami penjelasan dari guru dan menjawab pertanyaan guru dengan benar (2) Aktifitas siswa SLB B Yapenas kelas V dalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat baik, dimana siswa aktif selama pembelajaran dan terbantu dengan adanya alat peraga dalam pengerjaan soal-soal yang diberikan , siswa mau menjawab pertanyaan dan menyampaikan ide-idenya selama pembelajaran , siswa mau berdiskusi dengan temannya dan bekerja sama (3) Terdapat peningkatan hasil belajar yang dicapai kedua siswa yang terlihat dari hasil nilai pre-test dan post-test dimana siswa pertama memperolah nilai 53,57 pada pre-test dan kemudian 75 pada post-test. Sedangkan siswa kedua memperolah nilai 46,43 pada pre-test dan kemudian 67,86 pada post-test. Jadi mereka mendapatkan nilai lebih tinggi pada pos-test. (4) Siswa memiliki minat yang baik dalam pembelajaran menggunakan alat peraga ditunjukkan dengan siswa berkonsentrasi dan mengikuti pelajaran dengan baik, siswa senang, termotivasi dan semangat dalam belajar. Secara


(8)

viii

umum, keterlibatan, aktifitas, minat, dan hasil belajar siswa selama kegiatan pembelajaran sangat baik.

Kata – kata kunci : pembelajaran matematika untuk anak tuna rungu, pembelajaran matematika dengan topik operasi hitung bilangan bulat, alat peraga bola bermuatan.


(9)

ix

ABSTRACT

Elisabet Viviana. 2013.The Effectiveness of Using Charged Ball Learning Aids on the Topic of Integer Arithmetic Operation for Deaf Student (SLB B) in The Fifth Grade of Elementary School. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program , Department of Mathematics and Science Education ,Faculty of Teachers Training and Education , Sanata Dharma University.

The purpose of this research were : (1) To know the students’ involvement and the result achieved by deaf students in mathematics learning by using charged ball learning aids on the topic of integer arithmetic operation (2) To know the students’ interest and activity on learning of mathematics using charged ball learning aids on the topic of integer arithmetic operation (3) To know the effectiveness of using charged ball learning aids in the learning of mathematics on the topic of integer arithmetic operation for deaf students shown by student’s involvement, interest, and activity.

The kind of this research were qualitative descriptive and quantitative, in this case the researcher described the learning by observing and collecting qualitative data .The data collection in this research was conducted by: (1) Observing the behavior and the response of students during the SLB B students learning process. And then, filling out the observation sheet for knowing students’ interest, activity, and involvement. (2) Giving pre-test and post-test (3)Doing an interview for the students and the teacher (4) Documentation.

The subjects of this research were the fifth grade of SLB B Yapenas Elementary School Yogyakarta 2012/2013 school year which consisted of two students. The researcher did the research by using charged ball learning aids.

The research results showed that (1) The students wanted to get involved and give a positive response during the learning process .The students understood quickly the teacher’s explanation and answered the teacher’s question correctly (2) The student’s activity after using learning aids was good.The students were more active during the learning and were helped by the learning aids in answering the questions that had been given ,the students wanted to answer the question and deliver the ideas during learning , the students wanted to discuss with their friends and worked together. (3)There was improvement of the two student’s study results which was seen from the pre-test and post-test scores. The first student got 53,57 on pre-test and then she got 75 on post-test. While the second student got 46,43 on pre-test and than she got 67,86 on post-test. So they had a higher score on post test. (4) The student had a good interest during the learning process using


(10)

x

learning aids shown by student’s attention, the students felt happy, motivated and had a high spirit in the learning. Generally, the students’ involvement, activity, interest and study result during the learning process were very good.

Key Words : mathematics learning for deaf students, mathematics learning with

i

nteger arithmetic operation topic, charged ball learning aids.


(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan dan kasih setia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas bantuan, gagasan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing dan dosen pembimbing akademik, atas kesabaran, pengarahan, dan saran yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP.

3. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M. Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

5. Dosen-dosen Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas ilmu yang telah diajarkan selama ini.

6. Bapak Marjani, M.Pd selaku kepala sekolah SLB Yapenas Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Ibu Sayekti Ningsih, S.Pd selaku guru kelas V SLB B Yapenas Yogyakarta dan Bapak Tri Rukmana, S.Pd selaku guru konsultan, yang dengan tulus dan sabar membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Siswa-siswa SLB B Yapenas kelas V, Ika dan Dyah atas kesediaan terlibat dalam penelitian ini.

9. Segenap staff sekretariat JPMIPA yang senantiasa membantu penulis dalam segala hal terutama berkaitan dengan administrasi.


(12)

xii

10. Kedua orang tua, atas kasih sayang, doa, serta dukungannya sehingga penulis bisa menjadi seperti sekarang ini.

11. Adikku tersayang Dominika Sintia dan Ludgardis Venny Christy Adoro Te, dan kakakku Yohanes Juni Irawan yang selalu menyayangi dan mendoakan serta memberi semangat agar penulis cepat menyelesaikan skripsi ini.

12. Johanes Nataka Okoyko, atas kasih sayang, perhatian, penghiburan, doa dan bantuannya saat penyusunan skripsi ini hingga selesai.

13. Sahabat-sahabatku Aga, Paulina, William, Zita, Tito, fr. Alfon, Mas Wawan, Martin dan Titi Theodore. Sahabat kos ”VIKE” : Jessika, Agnes, Jeanet, Novi dan Ani atas semua dukungan dan semangat yang kalian berikan selama penulis mengerjakan skripsi ini.

14. Semua teman seperjuanganku PMat’08, terutama Dhika, Maria, Gustin, Fanny, Lana, Bayu terimakasih atas kerjasamanya dan perjuangan bersama selama ini. 15. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang telah

memberikan bantuan, bimbingan, kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan dan dikembangkan lebih lanjut sehingga skripsi ini dapat lebih bermanfaat.

Yogyakarta, 28 Februari 2013

Penulis


(13)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah... 4


(14)

xiv

F. Batasan Istilah ... 6

G. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Belajar ... 9

B. Belajar Matematika ... 10

C. Hasil Belajar ... 11

D. Minat terhadap Matematika ... 13

E. Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran... 14

F. Aktivitas Belajar ... 15

G. Alat Peraga ... 17

H. Efektivitas Pembelajaran ... 19

I. Bilangan Bulat ... 20

J. Bola Bermuatan ... 21

K. Tuna Rungu ... 28

1. Pengertian Anak Tuna Rungu ... 28

2. Klasifikasi Anak Tuna Rungu ... 29

3. Perkembangan dan Dampak Anak Tuna Rungu ... 33

4. Metode Komunikasi Anak Tuna Rungu... 34

5. Karakteristik Anak Tuna Rungu ... 35

L. Kerangka Berpikir ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37


(15)

xv

C. Objek Penelitian ... 37

D. Variabel Penelitian ... 37

E. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

F. Jenis Data ... 38

G. Instrumen Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 39

H. Teknik Pengumpulan Data dan Validitas Data ... 40

I. Teknik Analisis Data ... 42

J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 43

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Deskripsi Persiapan Pelaksanaan Penelitian ... 46

1. Persiapan Penelitian ... 46

2. Pelaksanaan Penelitian di Lapangan (di dalam kelas) ... 51

a. Pertemuan Pertama ... 51

b. Pembahasan Pertemuan Pertama ... 54

c. Pertemuan Kedua ... 56

d. Pembahasan Pertemuan Kedua ... 58

e. Pertemuan Ketiga ... 59

f. Pembahasan Pertemuan Ketiga... 64

g. Pertemuan Keempat ... 66

h. Pembahasan Pertemuan Keempat ... 70

i. Pertemuan Kelima ... 71

j. Pembahasan Pertemuan Kelima ... 75


(16)

xvi

a. Pengambilan Data untuk pre-test dan post-test ... 76 b. Penyajian Data pre-test dan post-test ... 76 B. Pengambilan Data Saat Pembelajaran di Kelas ... 81 C. Penyajian Data Berdasarkan Instrumen Saat Pembelajaran di Kelas .. 81 1. Hasil Observasi Pertemuan Kedua ... 82

a. Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas pada

Pertemuan Kedua ... 82 b. Pembahasan Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas pada

Pertemuan Kedua ... 83 c. Hasil Observasi Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran

pada Pertemuan Kedua ... 84 d. Pembahasan Hasil Observasi Keterlibatan Siswa

dalam Pembelajaran di Kelas pada Pertemuan Kedua ... 85 e. Hasil Observasi Minat Siswa dalam Pembelajaran

pada Pertemuan Kedua ... 86 f. Pembahasan Hasil Observasi Minat Siswa dalam

Pembelajaran di Kelas pada Pertemuan Kedua. ... 88 2. Hasil Observasi Pertemuan Ketiga ... 89

a. Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas pada

Pertemuan Ketiga ... 89 b. Pembahasan Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas

pada Pertemuan Kedua ... 90 c. Hasil Observasi Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran


(17)

xvii

d. Pembahasan Hasil Observasi Keterlibatan Siswa

dalam Pembelajaran di Kelas pada Pertemuan Ketiga ... 92 e. Hasil Observasi Minat Siswa dalam Pembelajaran

pada Pertemuan Ketiga... 93 f. Pembahasan Hasil Observasi Minat Siswa dalam

Pembelajaran di Kelas pada Pertemuan Ketiga ... 95 3. Hasil Observasi Pertemuan Keempat ... 96

a. Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas pada

Pertemuan Keempat ... 96 b. Pembahasan Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas

pada Pertemuan Keempat ... 97 c. Hasil Observasi Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran

pada Pertemuan Keempat ... 98 d. Pembahasan Hasil Observasi Keterlibatan Siswa

dalam Pembelajaran di Kelas pada Pertemuan Keempat ... 99 e. Hasil Observasi Minat Siswa dalam Pembelajaran

pada Pertemuan Keempat ... 100 f. Pembahasan Hasil Observasi Minat Siswa dalam

Pembelajaran di Kelas pada Pertemuan Keempat ... 102 4. Hasil Observasi Pertemuan Kelima ... 103

a. Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas pada

Pertemuan Kelima ... 103 b. Pembahasan Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas


(18)

xviii

c. Hasil Observasi Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran

pada Pertemuan Kelima ... 105

d. Pembahasan Hasil Observasi Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran di Kelas pada Pertemuan Kelima... 106

e. Hasil Observasi Minat Siswa dalam Pembelajaran pada Pertemuan Kelima ... 107

f. Pembahasan Hasil Observasi Minat Siswa dalam Pembelajaran di Kelas pada Pertemuan Kelima ... 108

D. Pengambilan Data Wawancara... 109

E. Penyajian Data Wawancara ... 109

1. Hasil Wawancara dengan Guru ... 110

2. Hasil Wawancara dengan Dyah dan Ika ... 110

F. Hambatan-Hambatan yang Terjadi... 111

G. Pembahasan Secara Umum ... 112

BAB V PENUTUP ... 115

A. Kesimpulan ... 115

B. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 119


(19)

xix

Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa Soal Pre-Test Bagian A ... 78

Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa Soal Pre-Test Bagian B ... 78

Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa Soal Pre-Test Bagian C ... 78

Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Soal Post-Test Bagian A ... 80

Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa Soal Post-Test Bagian B ... 80

Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Soal Post-Test Bagian C ... 80

Tabel 4.7 Hasil Observasi (Final) Aktivitas Dyah pada Pertemuan Kedua oleh Ketiga Observer ... 82

Tabel 4.8 Hasil Observasi (Final) Aktivitas Ika pada Pertemuan Kedua oleh Ketiga Observer ... 83

Tabel 4.9 Hasil Observasi (Final) Keterlibatan Dyah pada Pertemuan Kedua oleh Ketiga Observer ... 84

Tabel 4.10 Hasil Observasi (Final) Keterlibatan Ika pada Pertemuan Kedua oleh Ketiga Observer ... 85

Tabel 4.11 Hasil Observasi (Final) Minat Dyah pada Pertemuan Kedua oleh Ketiga Observer ... 86


(20)

xx

Tabel 4.13 Hasil Observasi (Final) Aktivitas Ika pada Pertemuan Ketiga oleh Ketiga Observer ... 89

Tabel 4.14 Hasil Observasi (Final) Aktivitas Dyah pada Pertemuan Ketiga

oleh Ketiga Observer ... 90

Tabel 4.15 Hasil Observasi (Final) Keterlibatan Dyah pada Pertemuan Ketiga oleh Ketiga Observer ... 91

Tabel 4.16 Hasil Observasi (Final) Keterlibatan Ika pada Pertemuan Ketiga

oleh Ketiga Observer ... 92

Tabel 4.17 Hasil Observasi (Final) Minat Dyah pada Pertemuan Ketiga oleh Ketiga Observer ... 93

Tabel 4.18 Hasil Observasi (Final) Minat Ika pada Pertemuan Ketiga oleh

Ketiga Observer ... 94

Tabel 4.19 Hasil Observasi (Final) Aktivitas Dyah pada Pertemuan Keempat

oleh Ketiga Observer ... 96

Tabel 4.20 Hasil Observasi (Final) Aktivitas Ika pada Pertemuan Keempat

oleh Ketiga Observer ... 97

Tabel 4.21 Hasil Observasi (Final) Keterlibatan Dyah pada Pertemuan Keempat oleh Ketiga Observer ... 98


(21)

xxi

oleh Ketiga Observer ... 99

Tabel 4.23 Hasil Observasi (Final) Minat Dyah pada Pertemuan Keempat

oleh Ketiga Observer ... 100

Tabel 4.24 Hasil Observasi (Final) Minat Ika pada Pertemuan Keempat oleh Ketiga Observer ... 101

Tabel 4.25 Hasil Observasi (Final) Aktivitas Dyah pada Pertemuan Kelima

oleh Ketiga Observer ... 103

Tabel 4.26 Hasil Observasi (Final) Aktivitas Ika pada Pertemuan Kelima oleh Ketiga Observer ... 104

Tabel 4.27 Hasil Observasi (Final) Keterlibatan Dyah pada Pertemuan

Kelima oleh Ketiga Observer ... 105

Tabel 4.28 Hasil Observasi (Final) Keterlibatan Ika pada Pertemuan Kelima

oleh Ketiga Observer ... 105

Tabel 4.29 Hasil Observasi (Final) Minat Dyah pada Pertemuan Kelima oleh Ketiga Observer ... 107

Tabel 4.30 Hasil Observasi (Final) Minat Ika pada Pertemuan Kelima oleh


(22)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran... 121 Lampiran 2 Kisi-Kisi Soal Pre Test dan Post Test ... 134 Lampiran 3 Soal Pre Test ... 135 Lampiran 4 Soal Post Test... 137 Lampiran 5 Kunci Jawaban Soal Pre Test ... 139 Lampiran 6 Kunci Jawaban Soal Post Test ... 141 Lampiran 7 Instrumen Observasi Aktifitas Siswa di Kelas ... 143 Lampiran 8 Instrumen Observasi Keterlibatan Siswa di Kelas ... 144 Lampiran 9 Instrumen Observasi Minat Siswa di Kelas ... 145 Lampiran 10 Lembar Hasil Observasi Selama Penelitian... 146 Lampiran 11 Hasil Pre Test ... 218 Lampiran 12 Hasil Post Test ... 222 Lampiran 13 Foto Penelitian ... 226 Lampiran 15 Surat Ijin Observasi ... 228 Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian ... 229 Lampiran 15 Surat Keterangan Penelitian ... 230


(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika memiliki peranan yang amat penting dalam dunia pendidikan, karena dengan matematika manusia diajarkan untuk berpikir logis, kritis, teoritis, rasional, dan percaya diri. Maka penting bagi siswa untuk menguasai dengan baik materi-materi matematika yang diajarkan sehingga siswa dapat mengembangkan dengan baik ilmu pengetahuan yang mereka miliki sehingga tujuan pendidikan tercapai.

Matematika bagi kebanyakan anak didik adalah salah satu pelajaran cukup sulit. Hal ini menjadi salah satu tantangan bagi para pengajar matematika untuk membuat pembelajaran matematika lebih menarik, menyenangkan dan mudah dimengerti oleh anak didik.

Pembelajaran dengan alat peraga adalah salah satu alternatif cara untuk mempermudah anak didik dalam pembelajaran terutama dalam penanaman konsep dan juga merupakan salah satu cara untuk membuat pembelajaran matematika lebih menarik, menyenangkan dan mudah dimengerti oleh peserta didik.

Saat ini penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika banyak digunakan hanya disekolah-sekolah formal biasa. Padahal, seperti kita ketahui bersama, terdapat juga sekolah untuk anak berkebutuhan khusus /sekolah luar biasa (SLB) yang juga membutuhkan penggunaan


(24)

alat peraga dalam pembelajaran matematika dan juga membutuhkan perhatian yang lebih dalam perkembangan pembelajaran matematikanya.

Sekolah luar biasa adalah sekolah yang menangani siswa-siswa yang memiliki kebutuhan khusus (anak-anak luar biasa) .Salah satu sekolah luar biasa di Yogyakarta yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus adalah SLB Yapenas. Anak-anak luar biasa didefinisikan sebagai anak-anak yang berbeda dari anak-anak biasa dalam hal ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, kemampuan komunikasi, tingkah laku sosial,ataupun ciri-ciri fisik (Jamilah K.A Muhammad,2008:36).

Dan salah satu kategori siswa berkebutuhan khusus yang ditangani adalah Tuna Rungu atau yang sering diklasifikasikan dalam anak berkelainan bagian B. Menurut Klirk (dalam Mohammad Efendi, 2006:58) anak yang lahir dengan kelainan pendengaran atau kehilangan pendengaran pada masa kanak-kanak sebelum bahasa dan bicaranya terbentuk disebut anak tuna rungu. Karena memiliki keterbatasan dalam pendengaran, maka anak tuna rungu juga memiliki hambatan-hambatan dalam perkembangannya, terutama dalam pembelajaran disekolah. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan pembelajaran yang ditujukan kepada anak tuna rungu kelas V SD di SLB Yapenas menggunakan alat peraga bola bermuatan untuk materi operasi hitung bilangan bulat. Sebelumnya siswa Tuna Rungu kelas V SD di SLB Yapenas telah mendapatkan materi operasi hitung bilangan bulat saat kelas


(25)

IV SD, namun berdasarkan observasi dan informasi dari guru kelas, siswa mengalami hambatan dalam pembelajaran, siswa kurang dapat memahami pembelajaran karena materi yang cukup sulit dan siswa mudah lupa terhadap materi yang diajarkan, hal ini disebabkan karena selain belajar tentang pelajaran disekolah, siswa juga masih harus belajar berkomunikasi, sehingga beban pelajaran yang harus diterima menjadi lebih berat. Dari kegiatan observasi juga guru menyampaikan bahwa selama ini pembelajarn disekolah kebanyakan hanya berpusat pada guru, sementara siswa senang jika belajar menggunakan metode bermain sambil belajar. Sebelumnya juga, telah dilakukan uji coba alat peraga yang lainnya pada materi operasi hitung bilangan bulat. Yaitu alat peraga otelo matematika dan panggaris bilangan. Berdasarkan keterangan dari guru ketika beberapa jenis alat peraga diperkenalkan, siswa lebih tertarik pada alat peraga bola bermuatan. Maka alat peraga bola bermuatan dipilih, karena sesuai dengan materi ajar, dan disini juga siswa dapat bermain sambil belajar. Peneliti juga akan meneliti apakah pembelajaran menggunakan alat peraga bola bermuatan efektif untuk digunakan pada anak tuna rungu, yang dapat ditunjukkan dengan meningkatnya minat, perhatian, pemahaman, keterlibatan, serta hasil belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan bulat. Maka peneliti memilih judul

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA BOLA


(26)

BULAT UNTUK ANAK TUNA RUNGU (SLB B) DI SLB YAPENAS KELAS V SD.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti yang diuraikan diatas, peneliti melihat beberapa permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini antara lain : 1. Pembelajaran yang dilakukan selama ini, terutama di SLB (Sekolah

Luar Biasa) Yapenas hanya berpusat pada guru, kebanyakan hanya menggunakan metode ceramah.

2. Siswa cenderung cepat bosan jika belajar matematika hanya menggunakan metode ceramah,dan siswa mudah lupa materi pembelajaran, sehingga berpengaruh pada minat dan prestasi belajar siswa akan matematika.

C. Pembatasan Masalah.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Alat peraga yang digunakan disini adalah Bola Bermuatan untuk materi Operasi Hitung Bilangan Bulat . Materi operasi hitung disini dibatasi pada operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Alat peraga Bola Bermuatan dipilih karena dirasa tepat untuk siswa karena dapat menarik perhatian siswa (berdasarkan hasil observasi sebelum pengamatan saat siswa diminta memilih alat peraga) dan sesuai dengan materi ajar, selain itu diharapkan juga alat peraga dapat membantu menanamkan


(27)

konsep dengan baik dan siswa terbantu untuk mengingat lebih lama materi yang diterima karena siswa dapat langsung mempraktekkan pembelajaran menggunakan alat peraga. Dengan penelitian ini peneliti ingin mengetahui keterlibatan siswa, minat siswa, aktivitas siswa, dan hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran menggunakan alat peraga bola bermuatan. Keterlibatan disini dilihat dari peran siswa selama pembelajaran di kelas secara keseluruhan sedangkan aktivitas siswa disini lebih ditekankan pada perilaku siswa saat menggunakan alat peraga bola bermuatan.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah disajikan diatas, maka dirumuskan pokok masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlibatan dan aktivitas siswa Tuna Rungu dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga Bola Bermuatan untuk materi Operasi hitung bilangan bulat?

2. Bagaimana hasil yang dicapai siswa Tuna Rungu dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga Bola Bermuatan untuk materi operasi hitung bilangan bulat?

3. Bagaimana minat siswa dalam penggunaan alat peraga bola bermuatan pada pembelajaran matematika untuk materi operasi hitung bilangan bulat?


(28)

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui keterlibatan dan hasil yang dicapai siswa tuna rungu dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga bola bermuatan untuk materi operasi hitung bilangan bulat.

2. Mengetahui minat dan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika setelah pembelajaran menggunakan bantuan alat peraga bola bermuatan dalam pembelajaran matematika untuk materi operasi hitung bilangan Bulat.

3. Mengetahui efektivitas penggunaan alat peraga bola bermuatan dalam pembelajaran matematika untuk materi operasi hitung bilangan bulat pada anak tuna rungu yang ditunjukkan dari keterlibatan, minat dan aktivitas siswanya.

F. Batasan Istilah.

Untuk menghindari penafsiran-penafsiran yang berbeda, maka peneliti membatasi beberapa istilah yang terkait sebagai berikut :

1. Alat Peraga Matematika

Menurut Djoko Iswandji (dalam Th. Widyantini dan Sigit TG, 2010 :4 ) alat peraga matematika adalah seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat, dihimpun, atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan/mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika.


(29)

2. Efektivitas

Efektivitas adalah suatu keberhasilan yang diharapkan dalam suatu kegiatan. Jika semakin tinggi efektivitasnya maka semakin tinggi keberhasilan suatu kegiatan. Keberhasilan yang hendak dicapai ialah siswa dapat berkembang dari segi intelektual yang terlihat dari hasil belajar, sensori motorik yang terlihat dari keterlibatan dan aktivitasnya selama pembelajaran di kelas dan sikap yang terlihat dari minatnya selama pembelajaran di kelas.

3. Hasil yang Dicapai Siswa

Hasil yang dicapai siswa dalam hal ini meliputi hasil yang bersifat kuantitatif (seperti kemajuan dalam prestasi) dan hasil yang bersifat kualitatif (seperti keberanian menyatakan ide, kemampuan bernalar atau berargumentasi, perubahan sikap, kemandirian,dan sebagainya).

4. Minat

Minat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah, keinginan.

5. Keterlibatan

Keterlibatan diartikan sebagai siswa berperan sebagai partisipan dalam proses belajar mengajar.

6. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah kegiatan dan kesibukan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran yang menghasilkan perubahan-perubahan


(30)

dalam pengetahuannya dan dapat menimbulkan perbuatan belajar (Sardiman A. M, 1987: 97).

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini: 1. Bagi Universitas

Untuk menambah kepustakaan dan untuk pandangan dalam penelitian sejenis.

2. Bagi Guru

Dapat menambah pengetahuan, menjadi reverensi baru mengenai salah satu alat peraga (Bola Bermuatan) dan dapat membantu guru untuk menentukan metode yang tepat untuk membuat pembelajaran menjadi lebih menarik.

3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang pendidikan, sehingga nantinya dapat diterapkan saat menjadi guru.

4. Bagi Siswa

Manambah pengetahuan dan wawasan siswa, terutama tentang penggunaan alat peraga bola bermuatan.


(31)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Menurut Suyono dan Hariyanto (2011:9) Belajar adalah suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperolah pengetahuan, peningkatan keterampilan, memperbaiki perilaku, sifat dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pengalaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulag kali melahirkan pengetahuan (knowledge), atau a body of knowledge.

Hilgard bersama-sama dengan Marquis (dalam Suyono dan Hariyanto (2011:12)) menyatakan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri sendiri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan lain-lain sehingga terjadi perubahan dalam diri.

Gagne (1997) dalam Suyono dan Hariyanto (2011:12) menyatakan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses mencari ilmu dan berpengaruh pada


(32)

perubahan tingah laku manusia yang terlihat dari perubahan minat, sikap dan peningkatan manusia dalam aktivitasnya. Belajar didapat dari kontak manusia dengan alam melalui pengalaman-pengalaman dan latihan-latihan yang dialaminya.

B. Belajar Matematika

Hudoyo (1979:96) mengemukakan bahwa hakikat matematika berkenan dengan ide-ide, struktur – struktur dan hubungan- hubungannya dengan konseptur menurut aturan yang logis. Jadi matematika berkenaan dengan konsep – konsep yang abstrak. Selanjutnya dikemukakan bahwa apabila matematika dipandang sebagai struktur dari hubungan-hubungan maka simbol-simbol formal diperlukan untuk memanipulasi aturan yang beroperasi didalam struktur-struktur.

(sumber : http://aditya067.wordpress.com/2012/01/09/hakikat-matematika/ ) Belajar matematika banyak menggunakan konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep yang abstrak disini berpengaruh terhadap pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika. Disinilah guru berperas sangat penting, dalam membantu menyampaikan konsep-konsep abstrak yang ada pada matematika sehingga lebih mudah unruk dipahami oleh siswa. Disini diperlukan kekreatifan dari guru itu sendiri sebagai fasilitator belajar.

Depdiknas (2003:6) menyatakan bahwa dalam mempelajari matematika diperlukan usaha guru untuk:


(33)

1. Menggunakan dan menyediakan alat peraga atau media pembelajaran yang menarik bagi siswa.

2. Memberikan kesempatan belajar matematika di berbagai tempat dan keadaan.

3. Memberikan kesempatan menggunakan matematika untuk berbagai keperluan.

4. Mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai alat untuk memecahkan matematika baik disekolah maupun dirumah.

5. Menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam pengembangan matematika.

(sumber : http://lpmpjateng.go.id/web/index.php/arsip/karya-tulis-ilmiah/757- mengatasi-masalah-pembelajaran-matematika-sma-materi-transformasi-geometri diakses pada 8 Desember 2012)

C. Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Nana Sudjana (2010:22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni: 1. Informasi verbal

Kapasitas informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuan yang telah seseorang dapatkan secara lisan.


(34)

2. Keterampilan intelektual

Keterampilan intelektual merupakan kemampuan yang didapatkan dari proses belajar sehingga seseorang dapat memperbedakan , menguasai konsep, aturan dan memecahkan masalah

3. Strategi Kognitif

Strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan cara berpikir dengan cara merekam, membuat sintesis dan analisis.

4. Sikap

Sikap adalah kecenderungan untuk merespon stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut.

5. Keterampilan Motorik

Keterampilan motorik merupakan suatu keterampilan dalam melakukan/ melaksanakan yang menunjukkan suatu susunan keterampilan yang tinggi dalam arti perbuatan yang dimiliki siswa secara spesifik, lancar, dan efisien. (sumber : http://alyaqanitha.wordpress.com/2009/02/08/ketrampilan-motorik-dan-sikap/ diakses pada 29 Januari 2013). Keterampilan motorik seseorang dapat dilihat dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot serta anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut.


(35)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa berasarkan hasil dari belajar. Hasil belajar dapat dilihat pada seorang siswa melalui keterampilan, ingatan, sikap, dan kemampuan untuk mengkomunikasikan pengetahuan yang telah diterimanya. Hal ini dapat dilihat salah satunya dengan memberikan soal-soal yang terkait dengan pembelajaran, dan menyatakan hasil belajar melalui skor (nilai berupa angka).

D. Minat terhadap Matematika

Minat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah, keinginan.

Menurut Winkel (1987 : 105) minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Perasaan merupakan faktor psikis yang nonintelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat/gairah belajar. Dengan melalui perasaannya, siswa mengadakan penelitian yang agak spontan terhadap pengalaman – pengalaman belajar di sekolah.

Sardiman A.M (1986:76) mengartikan minat sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara siuasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Menurut Bernard,


(36)

minat timbul tidak secara tiba-tiba/ spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja.

Berdasarkan pengertian para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah keinginan pada diri seseorang karena tertarik pada sesuatu hal sebagai akibat dari partisipasi, pengalaman dan kebiasaan. Sedangkan minat terhadap matematika berarti keinginan dan ketertarikan tersebut dihubungkan dengan pengalaman dan partisipasi dalam pembelajaran matematika yang ditunjukkan dengan gairah dan perasaan senang terhadap pembelajaran.

E. Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran

Keterlibatan siswa diartikan sebagai siswa berperan sebagai partisipan dalam proses belajar mengajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:56-60), keaktifan siswa dapat didorong oleh peran guru. Guru berupaya untuk memberi kesempatan siswa untuk aktif, baik aktif mencari, memproses dan mengelola perolehan belajarnya.

Untuk dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar guru dapat melakukannya dengan; keterlibatan secara langsung siswa baik secara individual maupun kelompok; penciptaan peluang yang mendorong siswa untuk melakukan eksperimen, upaya mengikutsertakan siswa atau memberikan tugas kepada siswa untuk memperoleh informasi dalam sumber luar kelas atau sekolah supaya upaya melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan pesan pembelajaran.


(37)

Adapun kualitas dan kuantitas keterlibatan siswa dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal . Internal faktor meliputi faktor fisik, motivasi dalam belajar, kepentingan dalam aktivitas yang diberikan, kecerdasan dan sebagainya. Sedangkan eksternal faktor meliputi guru, materi pembelajaran, media, alokasi waktu, fasilitas dan sebagainya.

F. Aktivitas Belajar

Menurut Paul B. Diedrich (Sardiman A. M, 2008: 101), aktivitas belajar dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi antara lain:

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.


(38)

6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Aktivitas sangat penting dalam proses pembelajaran, pembelajaran di kelas tidak dapat berlangsung jika tidak ada aktivitas belajar siswa-siswi. Aktivitas belajar adalah kegiatan dan kesibukan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuannya dan dapat menimbulkan perbuatan belajar. Perbuatan belajar ini akan membawa perubahan pada diri seseorang untuk memperoleh suatu kecakapan/pengetahuan baru. Aktivitas belajar siswa adalah inti dari kegiatan belajar di sekolah. Dari beberapa uraian di atas, jelas bahwa dalam kegiatan belajar, subjek didik/siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik (Sardiman A. M, 2008: 97).


(39)

G. Alat peraga

Menurut Djoko Iswandji (dalam Th. Widyantini dan Sigit TG, 2010 :4 ) alat peraga matematika adalah seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat, dihimpun, atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan/mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika.

Ruseffendi (1990: 2) mengatakan bahwa alat peraga matematika yaitu alat untuk menerangkan atau mewujudkan matematika. Karena itulah dalam pengajaran matematika kita sering menggunakan alat peraga. Ruseffendi (1990 : 1) mengemukakan dengan alat peraga :

(1) Proses belajar mengajar termotivasi. Baik murid maupun guru, terutama murid, minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang, tertarik, dan karena itu akan bersikap positif terhadap pengajaran matematika.

(2) Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkrit dan karena itu lebih dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah.

(3) Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda sekitar akan lebih dapat dipahami.

(4) Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model matematika yang dapat dipakai sebagai obyek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru, menjadi bertambah banyak.


(40)

Selain dari fungsi atau faedah tersebut dimuka, penggunaan alat peraga itu dapat dikaitkan dengan salah satu atau beberapa dari :

1. Pembentukan konsep. 2. Pemahaman konsep. 3. Latihan dan penguatan.

4. Pelayanan terhadap perbedaan individual ; termasuk pelayanan terhadap anak lemah dan anak berbakat.

5. Pengukuran; alat peraga dipakai sebagai alat ukur.

6. Pengamatan dan penemuan sendiri ide-ide dan relasi baru serta penyimpulannya secara umum ; alat peraga sebagai obyek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti.

7. Pemecahan masalah pada umumnya. 8. Pengundangan untuk berfikir.

9. Pengundangan untuk berdiskusi. 10.Pengundangan partisipasi aktif.

Alat peraga sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran matematika untuk membantu guru meningkatkan ketertarikan siswa terhadap matematika. Dengan alat peraga kegiatan pembelajaran tidak hanya berlangsung formal seperti pembelajaran biasanya. Karena dengan alat peraga siswa dapat bermain-main sambil belajar. Alat peraga juga

memudahkan penerimaan suatu konsep yang jelas dengan segera, dapat merangsang pikiran, juga dapat memberikan penerangan dan penjelasan yang baru dan nyata.


(41)

H. Efektivitas Pembelajaran

The Liang Gie dalam Ensiklopedia Administrasi (1989:108) mendefinisikan efektifitas sebagai berikut :

“Suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya

efek atau akibat yang dikehendaki. Jika seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki, maka orang itu dikatakan efektif kalau memang menimbulkan akibat dari yang

dikehendakinya itu”

Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperolah, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperolah, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasan pengguna.

(sumber:http://www.scribd.com/doc/73910034/Konsep-Efektivitas-Pembelajaran , diakses pada 16 mei 2012)

Pembelajaran dikatakan efektif bila dalam prosesnya setiap elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta didik merasa senang, puas dan membawa kesan serta hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat diantaranya dengan melihat keterlibatan, hasil belajar dan aktivitas siswa selama pembelajaran dikelas.


(42)

I. Bilangan Bulat

Menurut B. Harahap dan ST. Negoro (1979: 7), bilangan bulat adalah bilangan-bilangan yang terdiri atas semua bilangan asli, nol dan semua lawan bilangan asli. Dengan demikian bilangan bulat meliputi:

a. Bilangan asli (bilangan bulat positif) b. Bilangan nol dan

c. Bilangan bulat negatif atau lawan bilangan asli.

Berdasarkan Ensiklopedia Matematika, bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan bulat positif {1, 2, 3, ... }, bilangan bulat negatif {..., -3, -2, -1}, dan nol {0}. Jadi, himpunan bilangan bulat dapat dituliskan seperti berikut :{... , -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...}.

Dengan diagram digambarkan sebagai berikut :

Bilangan bulat negatif Bilangan 0 Bilangan bulat positif

Melalui garis bilangan di atas, anak dapat melihat dan memahami dimanakah letak bilangan bulat negatif, bilangan bulat positif, dan bilangan nol. Nol dapat dianggap sebagai batas antara bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif. Bilangan bulat negatif berada di sebelah kiri bilangan nol dan bilangan bulat positif berada di sebelah kanan bilangan nol. Semakin jauh ke kiri dari nol letak bilangan bulat negatif,


(43)

maka nilainya akan semakin kecil. Sedangkan semakin jauh ke kanan dari nol letak bilangan bulat positif, maka nilainya akan semakin besar.

J. Bola Bermuatan

Bola bermuatan adalah alat peraga dalam bentuk suatu permainan yang dapat membantu siswa dalam penanaman konsep operasi hitung bilangan bulat, terutama dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan positif-negatif. Alat peraga ini terdiri dari bola-bola yang memiliki dua warna yang berbeda. Asumsikan bola-bola tersebut bermuatan positif dan negatif. (jumlah bola dapat disesuaikan dengan kebutuhan).

Buat kesepakatan bahwa: a. = +1

b. = -1

c. = 0

+

-

+

-

+

-

-

-

-

-

+

+

+

+

+

-

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-


(44)

Penggunaan alat peraga:

a. Operasi Penjumlahan

1) Bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif Contoh: (+3) + (+2) =... .

Langkah-langkah:

a) Ambil tiga buah bola bermuatan positif dan masukkan ke dalam kotak

b) Karena penjumlahan maka terjadi proses penambahan atau penggabungan sehingga ambil lagi dua buah bola bermuatan positif dan masukkan ke dalam kotak

c) Hitung semua bola yang ada dalam kotak, sehingga didapatkan (+3) + (+2) = (+5).

2) Bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif Contoh: (+6) + (-2) =... .

+

+

+

+

+

+

+

+


(45)

Langkah-langkah:

a) Ambil enam buah bola bermuatan positif dan masukkan ke dalam kotak

b) Karena penjumlahan maka terjadi proses penambahan atau penggabungan. Sehingga ambil lagi dua bola negatif dan masukkan kedalam kotak.

c) Sebelumnya telah disepakati bahwa sepasang bola positif dan negatif bernilai 0 (nol). Maka keluarkan semua pasangan bola yang bernilai 0, pada contoh ini ada dua pasang bola bernilai nol sehingga didapatkan (+4) + 0 + 0 = (+4). Hasil dari (+6) + (-2) = (+4).

3) Bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif Contoh: (-4) + (-1) =

Langkah-langkah:

+

+

+

+

+

+

-

+

+

+

+

+

+

-

Keluarkan pasangan

bola bernilai 0


(46)

a) Ambil empat bola bermuatan negatif dan masukkan ke dalam kotak

b) Karena penjumlahan maka terjadi proses penambahan atau penggabungan. Sehingga, ambil satu lagi bola bermuatan negatif dan masukkan ke dalam kotak.

c) Terdapat lima bola bermuatan negatif di dalam kotak sehingga hasilnya di dapat (-4) + (-1) = (-5) b. Operasi Pengurangan

1) Bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif Contoh: (+4) – (+6) =... .

Langkah-langkah:

a) Ambil empat buah bola bermuatan positif dan masukkan ke dalam kotak

-

-

-

-

-

-

-

-

-

+

+

+

+


(47)

b) Lakukan proses pengurangan dengan mengambil enam buah bola bermuatan positif tetapi bola yang ada di dalam kotak masih kurang sehingga kita mengingat kembali sifat bilangan bulat yaitu suatu bilangan bila ditambah nol hasilnya tidak berubah. c) Kita ambil dua pasang bola bermuatan positif dan

negatif ke dalam kotak sehingga di dalam kotak telah ada enam buah bola bermuatan positif sehingga dapat dilakukan proses pengurangan.

d) Sekarang ambilah enam buah bola bermuatan positif dan didapatkan dua buah bola bermuatan negatif yang ada di dalam kotak. Sehingga

(+4) – (+6) = -2

2) Bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif Contoh: (+2) – (-3) = ... .

Langkah-langkah:

+

+

+

+

+

+

-

-

Tambahkan pasangan bola bernilai

0

-

-


(48)

a) Ambil dua buah bola bermuatan positif dan masukkan ke dalam kotak.

b) Lakukan proses pengurangan dengan mengambil tiga buah bola bermuatan negatif tetapi ternyata di dalam kotak hanya terdapat dua buah bola bermuatan positif sehingga kita mengingat kembali sifat bilangan bulat yaitu suatu bilangan bila ditambah nol hasilnya tidak berubah.

c) Kita ambil tiga pasang bola bermuatan positif dan negatif ke dalam kotak sehingga di dalam kotak telah ada tiga buah bola bermuatan negatif sehingga dapat dilakukan proses pengurangan.

d) Sekarang ambilah tiga buah bola bermuatan negatif dan didapatkan lima buah bola bermuatan positif yang ada di dalam kotak. Sehingga

(+2) – (-3) = (+5)

+

+

+

+

+

+

+

-

-

-

Tambahkan pasangan

bola bernilai 0

+

+

+

+


(49)

3) Bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif Contoh: (-4) – (-3) =

Langkah-langkah:

a) Ambilah empat buah bola bermuatan negatif dan masukkan ke dalam kotak

b) Lakukan proses pengurangan dengan mengambil tiga buah bola bermuatan negatif. Dari empat buah bola bermuatan negatif diambil tiga buah bola bermuatan negatif lalu dihitung bola yang masih ada di dalam kotak adalah satu bola bermuatan negatif. Sehingga (-4) – (-3) = -1.

Pada pembelajaran selanjutnya, tekankan bahwa penulisan bilangan positif (+) dapat tidak mengikutsertakan lambang bilangannya. Jadi (+1) bisa juga dituliskan 1. Tekankan pula pada pembacaan soal, agar keterangan identitas bilangan dan operasi hitung dapat dibedakan. Misalnya untuk (+3) – (-2) = (+5) dibaca positif dua dikurangi negatif dua sama dengan

positif lima.

- -

-

-


(50)

K. Tuna Rungu

1. Pengertian anak Tuna Rungu

Pendengaran adalah salah satu sarana yang sangat penting untuk membantu kita dalam menerima pengetahuan baru dari sekitar kita dan salah satu sarana paling penting dalam berkomunikasi. Dalam susunan pancaindera, telinga sebagai indera pendengaran merupakan organ untuk

melengkapi informasi yang diperoleh melalui penglihatan (Mohammad

Efendi, 2006: 55).

Proses pendengaran dikategorikan normal apabila sumber bunyi didekat teliga yang memancarkan getaran-getaran suara dan menyebar ke sembarang arah dapat tertangkap dan masuk kedalam telinga sehingga membuat gendang pendengaran menjadi bergetar. Didalam telinga terdapat organ-organ yang sangat penting yang dapat menyerap getaran suara dan kemudian merubah getaran suara dari rangsangan mekanik ke rangsangan elektrik. Selanjutnya melalui syaraf rangsang tersebut diteruskan kepusat pengertian. Dipusat pengertian, suara mengalami proses pengolahan dan pemahaman melalui tanggapan akustik. Disinilah timbulnya kesadaran seseorang terhadap suara atau bunyi. Organ-organ tersebut antara lain martil (malleus), landasan (incus), sanggurdi (stapes), selaput jendela lonjong (oval window), dan organ menyerupai rumah siput yang berisi cairan endolymphe dan perilymphe serta bulu-bulu halus (organ corti) (Mohammad Efendi, 2006: 56). Jika dari salah sato organ-organ diatas ada yang mengalami gangguan dalam menjalankan fungsinya,


(51)

maka akan mengalami kelainan pendengaran. Berkelainan pendengaran sering disebut dengan Tuna Rungu.

2. Klasifikasi Anak Tuna Rungu

Ketajaman pendengaran seseorang diukur dan dinyatakan dalam satuan bunyi deci-Bell (disingkat dB). Penggunaan satuan tersebut untuk membantu dalam interpretasi hasil tes pendengaran dan pengelompokan dalam jenjangnya (Mohammad Efendi, 2006: 58).

Kehilangan pendengaran pada 27 dB hingga 70 dB berarti adalah tahap kekurangan pendengaran, sedangkan kehilangan pendengaran pada 71 dB keatas adalah tahap ketulian. Kurang pendengaran adalah berarti tahap pendengaran ketika individu masih dapat memahami dan mendengarkan ucapan dari orang lain, sedangkan tahap ketulian berarti adalah tahap ketika individu mengalami masalah dalam memahami dan mendengarkan ucapan dari orang lain.

Ditinjau dari kepentingan tujuan pendidikannya, anak tunarungu dikelompokkan menjadi :

a. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 dB. Ciri-ciri:

- Kemampuan mendengar masih baik

- Tidak mengalami kesulitan memahami pembicaraan dan masih dapat mengikuti sekolah biasa (tempat duduk perlu diperhatikan agar dekat dengan guru).


(52)

- Perlu diperhatikan kekayaan perbendaharaan bahasanya sehingga perkembangan berbicara bisa maksimal.

- Disarankan menggunakan alat bantu pendengaran agar bisa mempertajam pendengaran.

b. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB (mild losses)

Ciri-ciri:

- Dapat mengerti percakapan biasa dengan jarak sangat dekat. - Tidak kesulitan dalam menyampaikan isi hati.

- Tidak dapat menangkap percakapan yang lemah.

- Sulit menangkap pembicaraan dari lawan bicara yang tidak searah dengan pandangannya (berhadapan).

- Perlu mendapat bimbingan yang baik dan intensif.

- Ada kemungkinan mengikuti persekolahan biasa, namun sebaiknya untuk permulaan dimasukkan dalam kelas khusus. - Disarankan menggunakan alat bantu dengar (hearing aid)

- Kebutuhan layanan pendidikan : membaca bibir, latihan pendengaran, latihan bicara artikulasi, latihan kosakata.

c. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 40-60 dB (moderate losses)

Ciri-ciri:

- Dapat mengerti percakapan keras pada jarak dekat (kurang lebih satu meter)


(53)

- Sering terjadi miss-understanding saat diajak berbicara. - Mengalami kelainan bicara terutama pada huruf konsonan. - Kesulitan menggunakan bahasa yang benar

- Perbendaharaan kosakata terbatas.

- Kebutuhan layanan pendidikan : latihan artikulasi, latihan membaca bibir, latihan kosakata, perlu alat bantu dengar.

d. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 dB (severe losses)

Ciri-ciri:

- Sulit membedakan suara

- Tidak memiliki kesadaran bahwa benda-benda disekitarnya memiliki getaran suara.

- Kebutuhan layanan pendidikan : perlu layanan khusus dalam belajar berbicara dan bahasa, latihan pendengaran intensif, membaca bibir, dan latihan pembentukan kosakata.

e. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran 75 dB keatas (profound losses)

Ciri-ciri:

- Hanya dapat mendengar suara keras sekali pada jarak kurang lebih satu inci.

- Meskipun sudah menggunakan alat pengeras suara biasanya tidak dapat memahami dan menangkap suara.


(54)

- Kebutuhan layanan pendidikan : membaca bibir, latihan mendengar untuk kesadaran bunyi, latihan membentuk dan membaca ujaran dengan menggunakan metode-metode ajaran yang khusus, seperti tacticle kinestetic.

Ditinjau dari terjadinya ketunarunguan, klasifikasi anak tunarungu adalah sebagai berikut:

a. Tunarungu Konduktif

Ketunarunguan tipe konduktif terjadi karena organ-organ yang berfungsi sebagai penghantar suara dibagian luar, seperti liang telinga, selaput gendang, serta tiga tulang pendengaran mengalami gangguan. Gangguan pendengarannya jarang melebihi rentangan 60-70 dB.

b. Tunarungu Perseptif

Ketunarunguan tipe perseptif terjadi karena terganggunya organ-organ pendengaran bagian dalam dan terjadi saat suara yang diterima oleh telinga bagian dalam yang mengubah rangsangan mekanis menjadi rangsangan elektris tidak dapat meneruskan getaran ke otak. Sehingga tunarungu perseptif sering disebut tunarungu saraf.

c. Tunarungu Campuran

Ketunarunguan tipe campuran ini adalah gabungan dari tunarungu konduktif dan perseptif.


(55)

3. Perkembangan dan Dampak Anak Tunarungu

Perkembangan anak-anak tunarungu tergantung dari tingkat kerusakan pendengaran. Namun, secara garis besar anak-anak tunarungu memiliki permasalahan yang besar untuk berkomunikasi. Karena memiliki keterlambatan dan kesulitan dalam komunikasi, tak jarang anak tunarungu mengalami keterlambatan gangguan mental.

Pada diri penderita seringkali dihinggapi rasa keguncangan sebagai akibat tidak mampu mengontrol lingkungannya. Kondisi ini semakin tidak menguntungkan bagi penderita tunarungu yang harus berjuang dalam meniti tugas perkembangannya. Disebabkan rentetan yang muncul akibat gangguan pendengaran ini, penderita akan mengalami berbagai hambatan dalam meniti perkembangannya, terutama pada aspek bahasa, kecerdasan dan penyesuaian sosial (Mohammad Efendi, 2006: 71,72).

Selain kesulitan dalam menerima rangsangan bunyi, anak-anak tunarungu juga akan mengalami kesulitan dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa sebagai akibatnya.

Perkembangan anak tunarungu dapat dilihat dalam aspek berikut: a. Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

Manusia berkomunikasi dengan mimik muka, sentuhan, gerak tangan, gerak badan, mendengar dan bertutur kata Anak tuna rungu memiliki hambatan dalam mendengar dan bertutur kata (JamilahK.A Muhammad,2008:68).


(56)

b. Perkembangan Sosial dan Emosi

Perkembangan sosial dan emosi anak-anak yang memiliki masalah pendengaran sangat dipengaruhi oleh pengalaman mereka, perlakuan yang diterima, dan melalui kemampuan berkembang mereka sendiri untuk membuat mereka mampu mengungkapkan perasaan mereka, keinginan, kebutuhan, dan untuk memahami kebutuhan orang lain (Jamilah K.A Muhammad,2008:68,69).

c. Perkembangan Kognitif

Keterlambatan penguasaan bahasa, memperlambat perkembangan kognitif anak tunarungu.

d. Perkembangan Fisik dan Motorik

Perkembangan fisik dan motorik anak tuna rungu sama dengan anak normal pada umumnya.

4. Metode Komunikasi Anak Tuna Rungu

Metode komunikasi untuk anak tunarungu antara lain: a. Metode auditory oral

- Menekankan pada proses penggunaan alat bantu pendengaran, penglihatan dan sentuhan

- Menekankan pada metode membaca bibir (lip reading)

- Melatih anak mendengarkan bunyi dan mengklasifikasi bunyi-bunyi yang berbeda


(57)

b. Metode membaca bibir

- Metode ini baik untuk anak yang konsentrasinya tinggi dan penglihatannya baik.

c. Metode bahasa isyarat

- Bahasa isyarat digunakan dengan menggabungkan perkataan dengan makna dasar.

d. Metode komunikasi universal

- Metode yang menggabungkan gerakan jari, isyarat, membaca gerak bibir, penuturan, dan isyarat manual-visual.

e. Penuturan isyarat (cued speech)

- Menggunakan simbol tangan untuk memandu bunyi-bunyian.

5. Karakteristik Kecerdasan Anak Tuna Rungu

Kecerdasan anak tuna rungu sebenarnya tidak berbeda dengan anak normal. Tingkat kecerdasannya ada yang diatas rata-rata maupun dibawah rata-rata. Menurut Furth, kemampuan kognitif anak tunarungu tidak mengalami hambatan kecuali konsep yang tergantung pada pengalaman bahasa.Kecerdasan anak tunarungu dapat berkembang dengan baik dengan dorongan dari lingkingan sekitarnya dan kesempatan-kesempatan bagi anak tunarungu sendiri untuk mengembangkan kecerdasannya.


(58)

L. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini peneliti merancang pembelajaran untuk anak tuna rungu di SLB B Yapenas kelas V SD berkaitan dengan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, dimana pembelajaran akan dilakukan dengan bantuan alat peraga bola bermuatan. Alat pegara disini berguna untuk menjembatani siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa lebih memahami dan mengingat lebih lama mengenai konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, karena dengan bantuan penggunaan alat peraga siswa dapat bereksplorasi dan merangsang daya pikirnya, siswa dapat bermain sambil belajar dalam menghitung, dan melihat secara langsung pola perhitungan menggunakan alat peraga sehingga materi dapat bertahan lebih lama dalam ingatan siswa, bukan sekedar hafalan saja. Selain itu, penelitian disini dilakukan kepada siswa tuna rungu dimana siswanya memiliki keterbatasan pada salah satu indra yaitu pendengaran, dengan bantuan alat peraga siswa tuna rungu dapat menggunakan kemampuan indra lainnya untuk lebih memahami konteks pembelajaran.

Dengan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga ini, diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan, hasil belajar dan minat siswa terhadap materi pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.


(59)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dikatakan kualitatif karena data yang diperoleh sesuai dengan apa adanya dan untuk menganalisa aktivitas, minat dan keterlibatan siswa berdasarkan instrumen pengamatan aktivitas siswa. Sedangkan data mengenai hasil belajar siswa yang berupa angka-angka dideskripsikan secara kuantitatif.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi tunarungu di kelas V SLB B Yapenas yang terletak di Jln. Sepak Bola, Nglaren, Condong Catur, Depok, Sleman dan berjumlah 2 orang.

C. Obyek Penelitian

Obyek Penelitian disini adalah efektivitas penggunaan alat peraga bola bermuatan pada materi operasi hitung bilanga bulat untuk anak tuna rungu (SLB B) di SLB Yapenas kelas V SD.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas adalah variabel yang diperkirakan menjadi penyebab berubahnya variabel terikat. Variabel bebas disini adalah penggunaan alat peraga bola bermuatan.


(60)

2. Variabel terikat adalah variabel yang muncul karena mendapat pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat disini adalah minat, keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. 2. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SLB B Yapennas.

F. Jenis Data

Dalam penelitian ini terdapat beberapa jenis data, antara lain : 1. Data keterlibatan, minat dan aktivitas siswa.

Data ini diperoleh dari pengamatan saat penelitian berlangsung untuk melihat keterlibatan, minat dan aktifitas siswa selama pembelajaran.

2. Data hasil belajar siswa

Data ini didapat dengan menggunakan hasil pre-test dan post-test. Pre-test dan post-test berupa soal isian singkat yang sudah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru yang mengajar kelas V di SLB Yapennas.


(61)

G. Instrumen Pembelajaran dan Istrumen Penelitian

1. Rancangan Pembelajaran

Instrumen rancangan pembelajaran disini berupa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang dalam pembuatannya mengikuti kebutuhan akan penggunaan alat peraga bola bermuatan.

2. Lembar pengamatan atau observasi a. Lembar pengamatan

Lembar pengamatan disini digunakan untuk mengamati dan mencatat kegiatan dan partisipasi dan tingkah laku anak tuna rungu yang menjadi subyek penelitian saat penelitian dikelas berlangsung.

b. Lembar Wawancara

Wawancara disini dilakukan dengan bantuan lembar wawancara secara tertulis dan dibantu oleh guru dari siswa yang diamati untuk membantu dalam berkomunikasi dengan anak tunarungu.

c. Lembar Hasil Belajar Siswa

Lembar hasil belajar siswa pada penelitian disini berupa 1. Tes awal (pre-test) untuk melihat pemahaman siswa

dan merangsang daya ingat siswa terhadap materi operasi hitung bilangan bulat.


(62)

2. Test akhir (post-test) untuk melihat pengaruh-pengaruh penggunaan alat peraga terhadap pembelajaran yang terjadi.

H. Teknik Pengumpulan Data dan Validitas Data

1. Teknik Pengumpulan Data a. Pengamatan/ observasi

Pada penelitian ini, pengamatan dilakukan untuk memperoleh data kualitatif. Pengamatan disini dilengkapi dengan lembar pengamatan yang berfungsi untuk mencatat tingkah laku siswa selama pembelajaran. Mengingat adanya kesulitan dalam berkomunikasi dengan anak tuna rungu, disini peneliti dibantu oleh guru dalam pelaksanaannya.

b. Wawancara

Wawancara disini dilakukan oleh pewawancara kepada anak tunarungu yang menjadi subyek penelitian. Sebelum melakukan wawancara, pewawancara terlebih dahulu menuliskan garis besar pertanyaan pada lembar wawancara untuk mempermudah proses wawancara mengingat sulitnya berkomunikasi dengan anak tunarungu. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat dikembangkan sesuai dengan jawaban siswa. Dalam kegiatan wawancara, pewawancara dibantu juga oleh guru pengampu subyek penelitian untuk mempermudah pemahaman dalam komunikasi.


(63)

Inti pertanyaan yang diajukan saat wawancara adalah mengenai kegiatan atau kesulitan yang dialami siswa selama penelitian berlangsung.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengambil gambar-gambar yang berisi kegiatan siswa selama penelitian berlangsung dan saat pelaksanaan wawancara.

2. Validitas Data Pengamatan

Lembar pengamatan atau observasi disini digunakan untuk mengamati aktivitas,keterlibatan, dan minat siswa selama pembelajaran berlangsung. Jadi, terdapat tiga lembar pengamatan yaitu :

a. Lembar pengamatan aktivitas siswa dikelas

b. Lembar pengamatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran c. Lembar pengamatan minat siswa dalam pembelajaran

Lembar pengamatan disini diisi oleh tiga orang observer, dimana setiap satu orang observer mengisi ketiga lembar pengamatan yang disediakan dengan menjawab Ya jika keadaan di kelas sesuai dengan butir-butir yang diamati.

Sementara untuk validitas data yang diperoleh dilakukan dengan cara mengambil jawaban terbanyak berdasarkan isian lembar pengamatan dari ketiga observer. Jadi misalkan terdapat satu jawaban


(64)

Ya dan dua jawaban Tidak, maka yang diambil adalah jawaban yang terbanyak yaitu Tidak.

I. Teknik Analisis Data

1. Analisis Validitas untuk Tes Hasil Belajar

Uji validitas dilakukan untuk menguji suatu data penelitian, sehingga diketahui apakah data yang digunakan mempunyai kualitas yang baik atau tidak. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain adalah :

a. Validitas Isi

Dalam validitas isi, peneliti membuat instrument sesuai dengan kisi-kisi materi tersebut. (Lampiran 2)

b. Penilaian Pakar

Instrumen tes hasil belajar, angket penelitian dan wawancara yang telah dibuat, ditunjukkan pada pakar (dalam hal ini guru pengampu mata pelajaran matematika dan dosen pembimbing) untuk mendapat kritik dan saran agar instrumen tersebut baik dan dapat digunakan

2. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa

Tes belajar yang diperoleh siswa merupakan hasil belajar siswa secara individual, yaitu hasil pre-test dan pos-test. Tes hasil belajar siswa dianalisis dengan membandingkan nilai pre-test dan post-test anak tunarungu.


(65)

3. Analisis Hasil Wawancara

Hasil wawancara dianalisis secara deskriptif. Wawancara sebagai salah satu alat untuk mengevaluasi dan merefleksi proses pembelajaran yang telah berlangsung.

J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa persiapan yaitu:

a. Bertemu dengan Kepala Sekolah untuk bertanya-tanya tentang perijinan observasi dan penelitian.

b. Berdiskusi dengan kepala sekolah dan guru tentang pelaksanaan observasi dan penelitian, meminta saran dan meminta informasi tentang pembelajaran di SLB.

c. Mempersiapkan surat observasi.

d. Observasi. Melihat bagaimana anak tunarungu saat proses pembelajaran sambil belajar berkomunikasi dengan anak tuna rungu.

e. Mempersiapkan alat peraga yang akan dipakai untuk penelitian. f. Berkonsultasi dan memperkenalkan alat peraga kepada guru

kelas, dan meminta saran-saran dari guru kelas untuk kepentingan penelitian.


(66)

g. Mempersiapkan surat untuk penelitian dan instrumen-instrumen yang dibutuhkan untuk penelitian.

2. Rencana Kegiatan

Peneliti dalam penelitiannya dibantu oleh guru kelas yang juga membantu peneliti dalam berkomunikasi dengan anak tunarungu. Kegiatan yang akan dilakukan antara lain:

a. Kegiatan Pembelajaran :

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2) Mempraktekkan penggunaan alat peraga 3) Melakukan evaluasi setelah pembelajaran

b. Untuk melihat keefektifan alat peraga bola bermuatan, yang dilakukan adalah:

1) Mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa saat pembelajaran berlangsung.

2) Mengamati respon-respon siswa yang muncul saat pembelajaran berlangsung.

3. Alat Peraga yang Digunakan

Peneliti menggunakan alat peraga bola bermuatan pada materi operasi hitung bilangan bulat. Alat peraga disini terdiri dari :

1) Bola dengan 2 warna berbeda yang bermuatan positif dan negatif. 2) Keranjang bola untuk tempat bola saat pengoperasian bilangan.


(67)

4. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran dilakukan diakhir pembelajaran saat penelitian. Hal ini dilakukan untuk melihat pemahaman siswa akan materi, dan menganalisis keefektifan alat peraga sebagai alat bantu belajar. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan mamberikan soal-soal (post test), dan dilakukan pada akhir pembelajaran.

5. Rencana Pelaksanaan

a. Pelaksanaan penelitian dilapangan akan dilaksanakan kurang lebih 6 kali, dengan rincian :

- Pertemuan pertama adalah pemberian soal pre-test

- Pertemuan kedua sampai kelima adalah pemberian materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan alat peraga bola bermuatan

- Pertemuan keenam adalah pemberian soal post-test

b. Pelaksanaan penelitian akan dibantu oleh guru kelas, mengingat susahnya berkomunikasi dengan anak tuna rungu.


(68)

46

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Persiapan Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Penelitian dilakukan di SLB Yapenas. Subyek penelitian adalah 2 orang siswa kelas V SD SLB B, dimana mereka memiliki keterbatasan dalam pendengaran atau tuna rungu . SLB Yapenas adalah sekolahan yang didirikan yayasan Yapenas. Jenjang pendidikan disekolah ini adalah SD, SMP dan SMA. Dalam penelitian ini peneliti adalah fasilitator yang menyediakan alat peraga dan membantu serta sebagai pengamat, materi yang akan dibahas disini adalah operasi hitung bilangan bulat yang dibatasi dalam pengurangan dan penjumlahan menggunakan alat bantu berupa alat peraga yang diberi nama bola bermuatan. Materi penjumlahanan pengurangan bilangan bulat sebelumnya telah diterima siswa pada saat kelas IV SD. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu. Tujuan dilakukannya observasi adalah untuk melihat kegiatan pembelajaan sehari-hari dan melihat model pembelajaran yang dilakukan di SLB Yapenas, sehingga dapat membantu dalam merancang pmbelajaran penelitian, selain itu kegiatan observasi juga dilakukan untuk membantu peneliti mengakrabkan diri dengan siswa


(69)

yang akan dijadikan obyek penelitian sehingga dapat membantu dalam kelancaran penelitian.

Dari kegiatan observasi, peneliti melihat kurikulum yang digunakan di SLB Yapenas sama dengan sekolah-sekolah umumnya, hanya saja pemberian materi pembelajarannya mengikuti kemampuan dan pemahaman siswa karena seperti diketahui bersama bahwa siswa-siswa di SLB mempunyai keistimewaan tersendiri. Yang berbeda dari sekolah umum adalah, di SLB Yapenas pembelajaran reguler hanya dilakukan dari hari senin sampai rabu, sementara hari kamis sampai sabtu dilakukan pelatihan keterampilan seperti menjahit, berkebun, pantomim,dan sebagainya. Untuk usia, rata-rata anak tuna rungu B di SLB Yapenas memiliki usia yang sesuai dengan kelasnya seperti pada anak-anak pada sekolah umum, karena anak-anak tuna rungu memiliki IQ yang sama dengan anak-anak pada umurnya, hanya saja perkembangannya terhambat karena keterbatasan pendengaran yang dimiliki, sehingga dalam pembelajaran dikelas mereka tidak hanya menerima materi pembelajaran saja, melainkan masih juga harus belajar berbicara dan belajar menuliskan dan memaknai berbagai kata, beban belajar yang lebih banyak ini membuat siswa mudah lupa akan bahan pelajaran yang baru diberikan.

Peneliti melihat pula karakter-karakter yang dimiliki siswa, yaitu : Ika : Ika adalah anak yang aktif. Banyak mengemukakan pendapat-pendapatnya dan selalu mengemukakan pendapat-pendapatnya dengan keras. Ika


(70)

sudah terhitung lancar dalam menggunakan bahasa verbal. Ika memiliki kepercayaan diri yang tinggi, ia selalu aktif menjawab pertanyaan dan pernyataan yang diberikan oleh guru. Daya tangkapnya terhadap pelajaran cepat, namun Ika juga cenderung cepat puas, sehingga jika ia merasa bisa, kemudian ia berhenti belajar, dan tidak mencoba hal-hal lain lagi. Ika juga mudah bosan, jadi jika mengerjakan soal-soal, ia akan bersemangat diawalnya kemudian jika ia tidak bisa mengerjakannya, ia memilih menyerah. Ika rajin bertanya saat dia kurang mengerti pembelajaran yang diberikan, meskipun tidak bertanya scara langsung, melainkan menggunakan bahasa verbal atau ekspresi wajahnya. Pengelolaan emosi Ika kurang baik, jika ia sedang marah atau memiliki masalah dengan temannya, akan berpengaruh pada belajarnya, ia jadi tidak mau memperhatikan guru, tidak mau mendengarkan guru, bahkan pernah tidak masuk sekolah karena bermasalah dengan temannya.

Dyah : Dyah aktif dalam pembelajaran, dan selalu fokus dalam pelajaran. Jika dibandingkan dengan Ika, kemampuan dalam menangkap pelajaran yang dimiliki Dyah lebih rendah, namun Dyah lebih tekun dan selalu memperhatikan penjelasan guru saat pembelajaran berlangsung. Dyah rajin mencatat hal-hal penting saat pembelajaran berlangsung. Dyah tidak terlalu banyak bicara dan bertanya, namun selalu menjawab dan menanggapi pertanyaan ataupun pernyataan guru dengan baik, menggunakan bahasa verbal maupun


(1)

(2)

(3)

vii

ABSTRAK

Elisabet Viviana. 2013. Efektivitas Penggunaan Alat Peraga Bola Bermuatan pada Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat untuk Anak Tuna Rungu (SLB B) di SLB Yapenas Kelas V SD. Skripsi. Program Studi : Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1)mengetahui keterlibatan dan hasil yang dicapai siswa tuna rungu dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga bola bermuatan untuk materi operasi hitung bilangan bulat (2) mengetahui minat dan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika setelah pembelajaran menggunakan bantuan alat peraga bola bermuatan dalam pembelajaran matematika untuk materi operasi hitung bilangan bulat (3) mengetahui efektifitas penggunaan alat peraga bola bermuatan dalam pembelajaran matematika untuk materi operasi hitung bilangan bulat pada anak tuna rungu yang ditunjukkan dari keterlibatan, minat dan aktivitas siswanya.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif, disini peneliti mendeskripsikan kejadian dengan cara mengamati dan mengumpulkan data kualitatif . Sedangkan data mengenai hasil belajar siswa yang berupa angka-angka dideskripsikan secara kuantitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: (1) mengamati tingkah laku dan respon siswa SLB B selama pembelajaran berlangsung. Kemudian mengisi lembar observasi untuk mengetahui minat, aktifitas dan keterlibatan siswa. (2) Memberikan soal pre test dan post test (3) melakukan wawancara kepada siswa dan guru (4) dokumentasi.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SLB B Yapenas Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah dua orang siswa. Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan alat peraga bola bermuatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Siswa mau terlibat dan memberikan respon positif selama pembelajaran berlangsung. Siswa cepat memahami penjelasan dari guru dan menjawab pertanyaan guru dengan benar (2) Aktifitas siswa SLB B Yapenas kelas V dalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat baik, dimana siswa aktif selama pembelajaran dan terbantu dengan adanya alat peraga dalam pengerjaan soal-soal yang diberikan , siswa mau menjawab pertanyaan dan menyampaikan ide-idenya selama pembelajaran , siswa mau berdiskusi dengan temannya dan bekerja sama (3) Terdapat peningkatan hasil belajar yang dicapai kedua siswa yang terlihat dari hasil nilai pre-test dan post-test dimana siswa pertama memperolah nilai 53,57 pada pre-test dan kemudian 75 pada post-test. Sedangkan siswa kedua memperolah nilai 46,43 pada pre-test dan kemudian 67,86 pada post-test. Jadi mereka mendapatkan nilai lebih tinggi pada pos-test. (4) Siswa memiliki minat yang baik dalam pembelajaran menggunakan alat peraga ditunjukkan dengan siswa berkonsentrasi dan mengikuti pelajaran dengan baik, siswa senang, termotivasi dan semangat dalam belajar. Secara


(4)

viii

umum, keterlibatan, aktifitas, minat, dan hasil belajar siswa selama kegiatan pembelajaran sangat baik.

Kata – kata kunci : pembelajaran matematika untuk anak tuna rungu, pembelajaran matematika dengan topik operasi hitung bilangan bulat, alat peraga bola bermuatan.


(5)

ix

ABSTRACT

Elisabet Viviana. 2013.The Effectiveness of Using Charged Ball Learning Aids on the Topic of Integer Arithmetic Operation for Deaf Student (SLB B) in The Fifth Grade of Elementary School. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program , Department of Mathematics and Science Education ,Faculty of Teachers Training and Education , Sanata Dharma University.

The purpose of this research were : (1) To know the students’ involvement and the result achieved by deaf students in mathematics learning by using charged ball learning aids on the topic of integer arithmetic operation (2) To know the students’ interest and activity on learning of mathematics using charged ball learning aids on the topic of integer arithmetic operation (3) To know the effectiveness of using charged ball learning aids in the learning of mathematics on the topic of integer arithmetic operation for deaf students shown by student’s involvement, interest, and activity.

The kind of this research were qualitative descriptive and quantitative, in this case the researcher described the learning by observing and collecting qualitative data .The data collection in this research was conducted by: (1) Observing the behavior and the response of students during the SLB B students learning process. And then, filling out the observation sheet for knowing students’ interest, activity, and involvement. (2) Giving pre-test and post-test (3)Doing an interview for the students and the teacher (4) Documentation.

The subjects of this research were the fifth grade of SLB B Yapenas Elementary School Yogyakarta 2012/2013 school year which consisted of two students. The researcher did the research by using charged ball learning aids.

The research results showed that (1) The students wanted to get involved and give a positive response during the learning process .The students understood quickly the teacher’s explanation and answered the teacher’s question correctly (2) The student’s activity after using learning aids was good.The students were more active during the learning and were helped by the learning aids in answering the questions that had been given ,the students wanted to answer the question and deliver the ideas during learning , the students wanted to discuss with their friends and worked together. (3)There was improvement of the two student’s study results which was seen from the pre-test and post-test scores. The first student got 53,57 on pre-test and then she got 75 on post-test. While the second student got 46,43 on pre-test and than she got 67,86 on post-test. So they had a higher score on post test. (4) The student had a good interest during the learning process using


(6)

x

learning aids shown by student’s attention, the students felt happy, motivated and had a high spirit in the learning. Generally, the students’ involvement, activity, interest and study result during the learning process were very good.

Key Words : mathematics learning for deaf students, mathematics learning with

i

nteger arithmetic operation topic, charged ball learning aids.


Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Operasi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Negatif Melalui Metode Demonstrasi Dengan Menggunakan Alat Peraga (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas Iv Mi Sirojul Athfal Bekasi)

2 56 145

Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Block Dienes Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Perkalian Dan Pembagian (Penelitian Quasi Eksperimen Pada Kelas Ii Mi Al Hidayah Depok)

3 16 240

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA MINIATUR DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM ANAK TUNA GRAHITA KELAS 5 SD DI SLB B C DHARMA ANAK BANGSA KLATEN

3 35 82

PENGGUNAAN METODE MAKE A-MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT PADA SISWA TUNARUNGU KELAS V DI SLB B TUNAS HARAPAN KARAWANG.

0 0 39

PENGGUNAAN ALAT PERAGA KOIN BERMUATAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT.

0 1 47

Penggunaan alat peraga kartu hitung pada pembelajaran materi operasi hitung perkalian bilangan bulat bagi siswa tunarungu kelas VII SMP di SLB N 1 Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

1 7 132

Aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat di SLB B Yapenas kelas V dengan menggunakan alat peraga bola bermuatan.

0 0 185

Bab 01 – Bilangan Bulat – 07 Penggunaan Operasi Hitung Bilangan Bulat untuk Menyelesaikan Masalah

0 0 1

Efektivitas penggunaan alat peraga bola bermuatan pada operasi hitung bilangan bulat untuk anak tuna rungu (SLB B) di SLB Yapenas kelas V SD - USD Repository

0 0 253

Aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat di SLB B Yapenas kelas V dengan menggunakan alat peraga bola bermuatan - USD Repository

0 0 183