Respon kognitif Varibel DRM

kognitif. Respon kognitif merupakan pelengkap pada pengukuran sikap standar dalam mengevaluasi keefektifan komunikasi. Pengukuran sikap standar dapat menyingkap apakah suatu komunikasi meninggalkan kesan yang menguntungkan atau tidak pada pemirsa Durianto, 2003:72-73. Kesan tersebut terbagi dalam 3 kategori, yaitu: a. Kesan terhadap produk pesan product message thoughts. Support arguments, atau argumen yang positif akan terbentuk jika khalayak percaya pada pesan iklan dan produknya. Sebaliknya, jika khalayak tidak percaya maka akan terbentuk counterarguments, atau argumen yang negatif mengenai produk ataupun pesannya. b. Kesan terhadap sumber pesan source-oriented thoughts sumber pesannya yaitu model, bintang iklan, ataupun perusahaan pengiklan menentukan apakah pesan iklan tersebut bisa diterima dengan baik oleh khalayak atau tidak. Source derogations, sumber pesan yang tidak disukai dan ditolak, akan terjadi jika khalayak memiliki stereotype pandangan buruk terhadap sumber pesan. Namun, sumber pesan disukai, source bolster, akan memudahkan khalayak menerima pesan dengan baik. c. Kesan terhadap daya tarik iklan ad execution thoughts. Pertama, Ad execution – related thoughts, berarti kreatifitas iklan, kualitas efek visual, warna, suara, atau musiknya berpengaruh pada brand. Kedua, Attitude toward the ad, artinya reaksi suka atau tidak suka pada iklan akan berdampak pada perilaku pembelian Belch, 2004:157.

4. Respon afektif

Respon afektif menggambarkan perasaan dan emosi yang dihasilkan sebuah stimulus Durianto, 2003:73. Variasi tanggapan afektif dapat berupa penilaian positif, negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan Durianto, 2003:87. Menjelakan bahwa respon afektif berupa suka atau tidak suka. Sedangkan yang mengarah pada level yang lebih kuat seperti hasrat desire, preferensi preference dan pendirian conviction a. Hasrat desire Keinginan wants digambarkan sebagai hal yang banyak dipengaruhi oleh hasrat. “Aku menginginkan sesuatu” menyatakan secara tidak langsung besarnya hasrat. Hasrat desire didasarkan pada harapan wishes dan perasaan sangat membutuhkan cravings Wells; Burnett; Moriarty, 2006:109. Iklan yang berisi pesan emosianal harus dapat membangkitkan hasrat khalayak untuk mengkosumsi produk. b. Preferensi preference Konsumen yang memiliki keinginan atau hasrat untuk membeli belum tentu akan langsung membeli produk yang ditawarkan pengiklan karena ada begitu banyak pilihan produk merek lain. Oleh karena itu, dalam hal inilah pentingnya membangun preferensi konsumen. Pengiklan perlu menekankan mutu, nilai, daya guna dan ciri lainnya yang menyangkut kelebihan produk. c. Pendirian conviction Pendirian conviction artinya konsumen yakin terhadap pesan iklan yang akan menjadi kenyataan Wells; Burnett; Moriarty, 2006:114. Tahap ini merupakan tahap respon afektif yang paling kuat dimana pembeli merasa yakin dengan pasti bahwa tindakannya jika membeli produk tersebut merupakan tindakan yang tepat. Hal ini akan mengarahkan konsumen pada respon behavior yang diharapkan pengiklan.

5. Sikap terhadap iklan Respon Behavior

Sikap konsumen terhadap suatu iklan dapat berpengaruh signifikan bagi pembentukan sikap konsumen yang mendukung terhadap produk yang diiklankan. Jika iklan disukai maka konsumen juga menunjukkan sikap positif terhadap produk dari sisi konsumen Durianto, 2003:73-74.

2.4 Kerangka Pemikiran

Giant Sun City Sidoarjo sebagai perusahaan yang bergerak dibidang swalayan menggunakan iklan spanduk sebagai media komunikasi massa untuk memberikan informasi pada masyarakat tentang iklan retail Giant Sun City Sidoarjo. Bahwa dengan menggunakan iklan spanduk, iklan yang disampaikan kepada masyarakat sudah efektif atau belum. Iklan spanduk sebagai media komunikasi massa memiliki efek dari pesan yang disampaikan kepada pemirsanya. Efek komunikasi massa, dibagi menjadi dua, yaitu efek primer dan efek sekunder.