Kerajaan Mataram Lama berpusat di Jawa Timur

Indonesia Pada Masa Hindu-Budha diketahui nama-nama raja yang memerintah, yaitu Daksa 913-919, Wawa 919-924, Tulodhong 924- 929, dan Mpu Sindok 929-948. Pada tahun 929 M ia memindahkan ibukota kerajaan dari Medang ke Daha Jawa Timur.

e. Kerajaan Mataram Lama berpusat di Jawa Timur

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Mpu Sindok memindahkan ibukota kerajaan Mataram dari Medang Jawa Tengah ke Daha Jawa Timur. Selanjutnya Mpu Sindok ini mendirikan dinasti baru yang bernama Isanawangsa dan menjadikan Walunggaluh sebagai pusat Kerajaan. Mpu Sindok ini memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan 948 M. Mpu Sindok kemudian digantikan oleh Sri Isana Tunggawijaya yang memerintah sebagai Ratu. Ia menikah dengan Raja Sri Lokapala dan dikaruniai seorang putra yang bernama Sri Makutawang Swardhana Berdasarkan Prasasti Pucangan yang berangka tahun 1019, berikut ini silsilah raja yang memerintah di Mataram Jawa Timur. Pada akhir abad ke-10 M, Mataram selajutnya diperintah oleh Sri Dharmawangsa yang memerintah sampai tahun 1016 M. Ia adalah salah seorang keturunan Mpu Sindok. Berdasarkan berita dari Cina, disebutkan bahwa Dharmawangsa pada tahun 990 M mengadakan serangan ke Sriwijaya sebagai upaya mematahkan monopoli perdagangan Sriwijaya. Serangan tersebut gagal, malahan Sriwijaya berhasil menghasut Raja Wurawari sekitar Banyumas untuk menyerang istana Dharmawangsa pada tahun 1016. Mpu Sindok 929-947 Sri Isanatunggawijaya Sri Lokapala Sri Makutawangsawardhana Sri Dharmawangsa Gunapriadharmptani Udayana raja Bali Airlangga Marakata Anak Wungsu + + Di unduh dari : Bukupaket.com Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII Dari sini mulai terjadi kehancuran Dharmawangsa, setelah Wurawari melakukan penyerangan ke istana. Peristiwa ini menewaskan seluruh keluarga raja termasuk Dharmawangsa sendiri, dan hanya Airlangga yang berhasil menyelamatkan diri. Airlangga berhasil menyelamatkan diri bersama Purnarotama dengan bersembunyi di Wonogiri hutan gunung. Di sana ia hidup sebagai seorang pertapa. Pada tahun 1019, Airlangga menantu Dharmawangsa dinobatkan menjadi raja menggantikan Dhamawangsa oleh para pendeta Budha. Ia segera mengadakan pemulihan hubungan baik dengan Sriwijaya. Airlangga membantu Sriwijaya ketika diserang Raja Colamandala dari India Selatan. Selanjutnya tahun 1037, Airlangga berhasil mempersatukan kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Dharmawangsa. Airlangga juga memindahkan ibukota kerajaannya dari Daha ke Kahuripan. Pada tahun 1042, Airlangga menyerahkan kekuasaanya pada putrinya yang bernama Sangrama Wijaya Tunggadewi. Namun, putrinya itu menolak dan memilih untuk menjadi seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri. Selanjutnya Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi dua kerajaan yaitu sebagai berikut. 1. kerajaan Janggala di sebelah timur diberikan kepada putra sulungnya Garasakan Jayengrana dengan ibukota di Kahuripan Jiwana meliputi daerah sekitar Surabaya sampai Pasuruan 2. Kerajaan Panjalu Kediri di sebelah barat diberikan kepada putra bungsunya yang bernama Samarawijaya Jayawarsa, dengan ibukota di Kediri Daha, meliputi daerah sekitar Kediri dan Madiun. Perkembangan selanjutnya yang memerintah di Kediri antara lain raja Jayawarsa, Jayabaya, Sarwewara, Gandara, Kameswara,dan Kertajaya. Kerajaan Kediri pada masa Kertajaya ini akhirnya dikalahkan oleh dari Tumapel daerah kekuasaan Kediri pada tahun 1222 dalam pertempuran di Ganter. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Kerajaan Panjalu Kediri

f. Kerajaan Singhasari