Kerajaan Sunda Kerajaan Hindu-Budha

Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII

h. Kerajaan Sunda

Berita tentang kerajaan Hindu di Jawa Barat setelah kerajaan Tarumanagara terdapat dalam naskah Carita Parahyangan, sebuah sumber berbahasa Sunda Kuno yang ditulis sekitar abad ke-19. Dalam Carita Parahyangan diceritakan bahwa Sanjaya adalah anak dari Sena yang berkuasa di Galuh. Sanjaya disebut sebagai menantu raja Sunda yang bernama Tarusbawa, dan bergelar Tohaan di Sunda. Mendengar nama Sanjaya dan Sena Kalian tentu masih ingat bahwa kedua nama itu tercantum juga dalam prasati Canggal 732 M, yang menceritakan asal usul raja pertama dari dinasti Sanjaya di Kerajaan Mataram Lama. Bila kita bandingkan isi Carita Parahyangan dengan prasasti Canggal, ada Aktivitas Kelompok Berdasarkan daftar silsilah di atas, mana raja-raja yang pernah memerintah di Majapahit. Siapakah 4 orang putri turunan Kertanegara itu dan siapa Sri Indreswari Dara Petak yang dinikahi oleh Kertarajasa? Diskusikan dengan teman sekelasmu Tunggul Ametung Ken Dedes Ken Umang Anusapati Mahisa Wongateleng Tohjaya Seminingrat Ranggawuni Mahesa Cempaka Kertanegara Lembu Tal Raden Wijaya Kertarajasa Gayatri + + + + Sri Inyeswari + T r i b u w a n a Tunggal Bumi Jaya Negara Hayam Wuruk Ken Arok Di unduh dari : Bukupaket.com Indonesia Pada Masa Hindu-Budha Gambar 8.14 Peta Kerajaan Sunda. Sumber:Tempo,Agustus 2002 kemungkinan Sanjaya di sana adalah orang yang sama. Sedangkan Sannaha dalam prasasti Canggal, kemungkinan Sena dalam Carita Parahyangan. Dengan demikian, di Jawa Barat pada masa itu ada kerajaan yang berpusat di Galuh dengan rajanya Sanjaya. Sumber lain yang menyebutkan adanya kerajaan di Jawa Barat adalah prasasti Sahyang Tapak 1030. Prasasti ini ditemukan di tepian Sungai Citatih, Cibadak, Sukabumi dengan menggunakan bahasa Jawa Kuno, huruf Kawi. Dalam prasasti ini disebutkan tentang adanya raja yang bernama Sri Jayabhupati yang memiliki kekuasaannya di Pakuan Padjajaran. Dia beragama Hindu. Setelah raja Jayabhupati wafat ibukota kerajaan dipindahkan lagi dari Pakuan Padjajaran ke Kawali Ciamis oleh Rahyang Niskala Wastu Kencana raja pengganti Jayabhupati. Di Kawali ini Wastu Kencana mendirikan keraton Surawisesa, membuat saluran air di sekeliling keraton, dan membangun desa-desa untuk kepentingan rakyatnya. Rahyang Niskala Wastu Kencana selanjutnya digantikan Rahyang Dewa Niskala Rahyang Ningrat Kancana. Dewa Niskala sendiri nantinya digantikan oleh Sri Baduga Maharaja. Raja ini meninggal setelah tujuh tahun memerintah di Galuh. Ia tewas dalam peristiwa Bubat 1357 setelah Sri Baduga menolak memberikan Dyah Pitaloka sebagai upeti untuk Hayam Wuruk Raja Majapahit. Kerajaan Sunda selanjutnya diperintah oleh Hyang Bunisora 1357- 1371, Prabu Niskala Wastu Kancana 1371-1374, Tohaan 1475-1482, dan Ratu Jayadewata 1482- 1521. Menurut prasasti Batutulis pemerintahan Ratu Jayadewata ada di ibukota lama Pakuan Padjajaran. Di unduh dari : Bukupaket.com Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII Kerajaan Sunda ini selanjutnya mulai terancam oleh perkembangan Banten dan Cirebon yang sudah menjadi pelabuhan yang dikuasai oleh orang-orang Islam. Merasa khawatir dengan perkembangan baru di pesisir utara, Sang Ratu Jayadewata mengutus Ratu Samiam Prabu Surawisesa ke Malaka untuk meminta bantuan pasukan Portugis memerangi orang-orang Islam. Menurut berita Portugis, utusan yang dipimpin Ratu Samiam itu datang pada tahun 1512 dan 1521. Ratu Samiam atau Prabu Surawisesa menurut carita Parahyiangan menjadi raja Sunda pada tahun 1521-1535. Tindakan yang dilakukan oleh kerajaan Sunda itu tidak disukai oleh kerajaan Demak. Di bawah kepemimpinan Sultan Trenggono, ia berusaha bertindak untuk menghentikan pengaruh Portugis di Jawa. Dikirimlah menantunya yang bernama Fatahillah untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa dan menguasai pelabuhan tersebut. Keadaan tersebut secara politis menekan kerajaan Sunda. Selanjutnya pada masa Raja Nuisya Mulya, kerajaan Sunda runtuh pada tahun 1579 akibat adanya serangan dari Kesultanan Banten di bawah pemerintahan Maulana Yusuf.

i. Kerajaan Bali