Meganthropuis Paleojavanicus Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Kehidupan Manusia Pada Masa Pra-Aksara di Indonesia Sumber: www.g-o.de Gambar 2.3 Tengkorak Pithecanthropus Erectus yang di temukan Eugene Dubois. berpikirnya masih rendah karena volume otaknya 900 cc, sedangkan volume otak manusia modern lebih dari 1000cc. Kemudian kalau dibandingkan dengan kera, volume otak kera tertinggi 600 cc. Jadi, jenis manusia purba ini belum mencapai taraf ukuran otak manusia modern. Diperkirakan jenis manusia ini hidup antara 1 juta-600.000 tahun yang lalu atau pada zaman paleolithikum zaman batu tua. Fosil sejenis Pithecantropus lainnya ditemukan oleh G.H.R Von Koenigswald pada tahun 1936 di dekat Mojokerto. Dari gigi tengkorak diperkirakan usia fosil ini belum melebihi usia 5 tahun. Kemungkinan tengkorak tersebut anak dari Pithecanthropus Erectus dan von Koenigswald menyebutnya dengan nama Pithecantropus Mojokertensis. Von Koenigswald di tempat yang sama menemukan fosil yang diberi nama Pithecantropus Robustus.

2. Meganthropuis Paleojavanicus

Pada tahun 1941, von Koeningwald di daerah menemukan sebagian tulang rahang bawah yang jauh lebih besar dan kuat dari rahang Pithecanthropus. Geraham-gerahamnya menunjukkan corak-corak kemanusiaan, tetapi banyak pula sifat keranya. Von Koeningwald menganggap mahluk ini lebih tua daripada Pithecanthropus. Mahluk ini ia beri nama Meganthropuis Paleojavanicus mega = besar, karena bentuk tubuhnya yang lebih besar. Diperkirakan hidup pada 2 juta sampai satu juta tahun yang lalu.

3. Homo Soloensis dan Homo Wajakensis

Von Koenigswald dan Wedenreich menemukan kembali sebelas fosil tengkorak pada tahun 1931-1934 di dekat Desa Ngandong, lembah Bengawan Solo. Sebagian dari jumlah fosil itu telah hancur, tetapi ada beberapa yang dapat memberikan informasi bagi penelitiannya. Von Koeningswald menilai hasil temuannya ini bahwa mahluk itu lebih tinggi tingkatannya daripada Pithecanthropus Erectus, bahkan sudah dapat dikatakan manusia. Mahluk ini oleh von Koeningswald disebut Homo Soloensis manusia dari Solo. Selanjutnya di dekat Wajak sebuah desa yang tak jauh dari Tulungagung Kediri ditemukan sebuah tengkorak yang disebut Homo Wajakensis. Jenis manusia purba ini tinggi tubuhnya antara 130–210 cm, dengan berat badan kira-kira 30–150 kg. Mukanya lebar dengan hidung yang masih lebar, mulutnya masih menonjol. Di unduh dari : Bukupaket.com Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII Dahinya masih menonjol, walaupun tidak seperti Pithecanthropus. Manusia ini hidup antara 25.000–40.000 tahun yang lalu. Cara hidup jenis Homo ini mengalami kemajuan dibandingkan jenis sebelumnya. Mereka telah membuat alat-alat dari batu maupun tulang. Binatang-binatang buruannya yang berhasil ditangkap dikuliti lalu dibakar. Umbian-umbian merupakan jenis makanan dengan cara dimasak. Walaupun masakannya masih sangat sederhana, tetapi ini menunjukkan adanya kemajuan dalam cara berpikir mereka dibandingkan dengan jenis manusia purba sebelumnya. Perubahan-perubahan yang terjadi di alam merupakan tantangan bagi manusia. Dalam menghadapi tantangan alam maka manusia berpikir bagaimana cara menghadapinya agar dapat bisa bertahan hidup. Untuk menghadapi tantangan alam maka manusia menciptakan berbagai alat. Peralatan-peralatan hidup manusia ini mengalami perkembangan, mulai dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks, misalnya alat-alat dari batu, mulai dari yang kasar sampai yang halus bahkan sampai pada bentuknya yang mulai beragam. Jenis alat yang digunakanpun berkembang, misalnya mulai dari bahan dari batu sampai dengan logam. Proses perubahan itu dapat dikatakan sebagai perubahan budaya yang dimiliki oleh manusia. Peralatan- peralatan yang diciptakan oleh manusia merupakan hasil kebudayaannya. Selain terjadi perubahan dalam kehidupan budaya, pada diri manusia terjadi pula perubahan dalam kehidupan sosial-ekonomi. Secara itrahnya manusia adalah mahluk sosial, artinya mahluk yang selalu berinteraksi dengan yang lainnya sesama Gambar 2.4 Para peneliti kehidupan pra- aksara di Indonesia. Sumber: Lukisan Sejarah, Di unduh dari : Bukupaket.com Kehidupan Manusia Pada Masa Pra-Aksara di Indonesia

E. Perkembangan Kehidupan

Pra-Aksara di Indonesia manusia. Interaksi ini terjadi disebabkan oleh adanya ketergantungan kebutuhan antara yang satu dengan yang lainnya. Kebutuhan ini bisa berbentuk kebutuhan biologis maupun kebutuhan materi. Kebutuhan biologis maka manusia akan melakukan perkawinan sehingga membentuk suatu keluarga. Antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya saling berhubungan dan membentuk suatu kelompok. Pembentukan suatu kelompok pada masa lalu berhubungan dengan kebutuhan materi. Mereka secara bersama-sama mencari makanan yang disediakan oleh alam. Pencarian makanan secara berkelompok ini penting karena menyangkut keamanan, sebab pada saat itu masih banyak binatang buas dan tantangan alam yang sangat keras. Pembentukan kelompok seperti ini bisa dikatagorikan ke dalam kebutuhan ekonomi. Dengan demikian, kebutuhan sosial dan ekonomi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Tabel 2.1 Jenis-Jenis Manusia Purba di Dunia Tempat Ditemukan Penemu Jenis manusia purba Chou kou tien, Cina Davidson Black dan Franz Weidenreich Sinanthropus Pekinensis Homo Pekinensis Taung Bechunaland, Afrika Selatan Raymond Dart Austrolopihecus Africanus Broken Hill, Rhodesia Raymond Dart dan Robert Brom Homo Rhodesiensis Heidelberg, Jerman Rudolf Virchow Homo Heidelbergensis atau Homo Neanderthalesis Sumber: Dokumen Penulis Pada saat makanan tumbuhan dan binatang yang disediakan alam itu berlimpah maka tingkat kehidupan manusia pada waktu itu cukup berburu dan mengumpulkan makanan. Tetapi ketika bahan makanan mulai menipis dan tidak ada lagi, timbulah Di unduh dari : Bukupaket.com Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII kemampuan manusia untuk mengolahnya. Perubahan yang terjadi pada alam ini, akan berpengaruh kepada kehidupan manusia. Mereka tidak lagi hidup berpindah-pindah nomaden, tetapi mulai pada kehidupan yang menetap. Berikut ini tahapan kehidupan manusia pada masa pra-aksara di Indonesia.

1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Manusia pada masa ini sangat tergantung pada sumber daya alam. Kebutuhan hidup mereka ada pada alam. Agar dapat bertahan hidup, manusia pada masa ini berburu dan mengumpulkan makanan. Untuk itu tidak mengherankan jika mereka hidupnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang ada sumber makanan. Binatang apa yang dapat diburu? Binatang yang dapat mereka buru, antara lain babi, rusa, burung atau menangkap ikan di sungai, danau dan pantai. Perburuan yang mereka lakukan di hutan-hutan, di sekitar daerah di mana mereka tinggal. Binatang yang berhasil ditangkap biasanya mereka bakar sebelum dimakan. Dengan demikian pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia pada masa ini sudah mengenal api. Selain berburu, mereka juga mengumpulkan umbi-umbian atau tumbuh- tumbuhan yang bisa dimakan. Guna menghadapi tantangan alam yang begitu keras, terutama dari serangan binatang buas mereka perlu bekerja sama. Tidak mengherankan jika hidup mereka pada masa ini berkelompok. Dengan berkelompok akan memudahkan mereka untuk menaklukan binatang buas atau binatang buruan. Hidup berkelompok memudahkan perburuan dan keamanan. Alat apakah yang mereka gunakan untuk berburu dan mengumpulkan makanan? Berdasarkan alat- alat yang ditemukan manusia purba pada masa ini menggunakan alat dari batu, tulang, dan kayu. Bentuk alat-alat yang digunakan itu masih kasar dan sangat sederhana. Contoh alat-alat yang ditemukan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, antara lain chopper. Alat yang terbuat dari batu ini berupa kapak genggam karena jenis kapak yang tidak bertangkai. Cara menggunakan kapak ini yaitu dengan cara digenggam dengan tangan. Adapun fungsinya Gambar 2.5 Lukisan yang di buat di dinding gua, peninggalan manusia pra-aksara. Sumber: Lukisan Sejarah, Di unduh dari : Bukupaket.com Kehidupan Manusia Pada Masa Pra-Aksara di Indonesia dapat digunakan untuk memukul atau menggali. Diperkirakan yang membuat dan menggunakan jenis kampak ini adalah jenis manusia purba Pithecantrhopus. Daerah-daerah penemuan jenis kapak genggam antara lain Pacitan, Sukabumi, Ciamis, Gombong, Bengkulu, Lahat, Awangbangkal, Cabbenge, Bali, Flores, dan Timor. Selain kapak genggam, ditemukan pula alat lainnya yang terbuat dari tulang-belulang binatang. Bagian tulang yang digunakan biasanya bagian tanduk dan kaki. Alat dari tulang ini dipergunakan untuk mengorek atau menggali umbi-umbian. Selain untuk mengorek atau menggali umbi-umbian, alat ini dapat digunakan sebagai ujung tombak untuk keperluan perburuan dan menangkap ikan. Alat-alat lainnya yang ditemukan adalah alat- alat serpih atau disebut dengan lakes. Bentuk alat ini sederhana dan dibuat kecil-kecil sekali dengan ukuran antara 10-20 cm. Berdasarkan bentuknya, alat-alat serpih ini berfungsi sebagai pisau, gurdi atau penusuk. Berdasarkan alat-alat yang ditemukan, masa berburu dan mengumpulkan makanan ini masuk pada masa palaeolithikum atau zaman batu tua. Ciri utama dari zaman ini, alat-alat dibuat sangat sederhana, kasar dan tidak halus karena belum diasah. Jenis manusia pendukung masa palaeolithukum adalah jenis pithecantrhopus.

2. Masa Bercocok Tanam