Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya tujuan dari sebuah perusahaan adalah memaksimalkan nilai dari perusahaan tersebut, mencapai laba yang maksimal, dan pertumbuhan yang berkesinambunagan dari usahanya sehingga perusaan tersebut dapat tetap exist di industri tempat perusahaan tersebut melakukan aktivitasnya serta dapat melakukan ekspansi usaha lebih luas lagi. Tujuan perusahaan tersebut adalah mutlak bagi setiap perusahaan dengan tidak membedakan jenis usahanya. Oleh sebab itu perusahaan dituntut untuk dapat melakukan kegiatan operasionalnya secara efisien dan efektif, sehingga perusahaan yang dapat mengelola aktivanya dengan lebih efektif dan efisien akan mendapatkan laba yang lebih baik pula, sama halnya pada perusahaan perkebungan kelapa sawit yang mana sedang sangat berkembang pesat pada saat ini di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis khususnya kelapa sawit juga berusaha untuk mencapai pengembalian return atau laba terbesar yang bisa diperoleh dari memaksimalkan sumber daya dan aktiva yang mereka miliki untuk dapat memaksimalkan laba perusahaan, namun demikian ada beberapa sasaran lain yang terkait dengan laba, misalnya keinginan untuk menghasilkan produk dan pelayanan yang bermutu, keinginan untuk memberikan imbalan pada karyawan, keinginan untuk membantu pertumbuhan bisnis di daerah tempat perusahaan melakukan kegiatan operasionalnya dan keinginan untuk memperoleh citra sebagai “warga masyarakat” yang baik Pahan, 2007: 8. Universitas Sumatera Utara Laba merupakan penerimaan yang masih tersisa dari hasil penjualan setelah semua beban temasuk bunga dan pajak dibayarkan. Kenaikan laba perusahaan dapat dilatar belakangi oleh berbagai faktor, antara lain seperti: tingkat penjualan, beban operasi perusahaan, investasi yang dilakukan dan sebagainya. Dalam meningkatkan nilai perusahaan sebagai tujuan perusahaan maka kemampuan untuk membukukan laba yang tinggi tidaklah cukup. Masih diperlukan kemampuan lainnya dari perusahaan seperti: kemampuan mengelola arus kas, piutang perusahaan, persediaan serta mengelola aktiva yang dimiliki oleh perusahaan khususnya aktiva tetap pada perusahaan perkebunan kelapa sawit. Analisis perkembangan kinerja keuangan perusahaan, dapat diperoleh melalui analisis terhadap data keuangan perusahaan yang tersusun dalam laporan keuangan. Analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari susut pandang manajemen, analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi di masa depan dan yang lebih penting sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan Brigham dan Houston, 2001:78. Informasi yang diperoleh dari analisis laporan keuangan dapat menunjukkan apakah perusahaan sedang maju atau akan mengalami kesulitan keuangan Sawir, 2005: 6. Dengan menggunakan analisis rasio keuangan kita dapat melihat kinerja keuangan sebuah perusahaan. Menurut Riyanto 2001:330 ada beberapa pengelompokan rasio keuangan yang sering digunakan oleh menejer keuangan sebuah perusahaan untuk dapat mengetahui dan mengantisipasi keadaan dan perkembangan finansiil dari sebuah perusahaan, yaitu; rasio likuiditas liquidity Universitas Sumatera Utara ratio, rasio laverage, rasio aktivitas activity ratio dan rasio kemampulabaan profitability ratio. Apabila perusahaan telah beroperasi dengan efektif maka kemampuan perusahaan tersebut untuk membukukan laba yang lebih baik juga semakin besar. Besarnya laba bersih yang didapat dibandingkan dengan pendapatan merupakan petunjuk kemampulabaan perusahaan. Karena perbedaan nilai penjualan dan laba bersih adalah tidak lain merupakan total beban, maka rasio ini merupakan alat ukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola keuangan perusahaannya. Menurut Kuswadi 2004:190 mengatakan bahwa, efektifitas pengguanan dana dalam perusahaan ditunjukkan melalui perputaran ROI. Semakin besar nilai perputarannya maka akan semakun efektif penggunaan dana sehingga akan memperbesar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Sedangkan menurut Abdullah 2005:57 ROI dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan yang dimiliki. PT. Perkebunan Nusantara IV Persero merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara bidang perkebunan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit yang berkedudukan di Sumatera Utara. Pada saat sekarang ini industri kelapa sawit dan produk turunannya sangat banyak diminati oleh investor karena mempunyai prospek yang cukup menjanjikan, yang mana hal ini juga dilatar belakangi oleh melambungnya harga minyak mentah dunia terlebih lagi sekarang ini penduduk dunia lebih sadar akan lingkungan dan telah menipisnya cadangan minyak mentah sehingga membuat banyak pihak berpikir untuk beralih pada minyak nabati yang salah satunya merupakan produk turunan dari kelapa Universitas Sumatera Utara sawit itu sendiru seperti CPO crude palm oil. Tingginya permintaan dunia terhadap CPO tersebut tentu memicu ikut melambungnya harga dari CPO sehingga menyebabkan ikut naiknya harga TBS tandan buah segar dari kelapa sawit itu sendiri. Dengan meningkatnya harga tersebut menyebabkan industri perkebunan kelapa sawit saat ini banyak diminati oleh investor karena menjanjikan laba yang cukup tinggi serta resiko yang tidak terlalu besar. Adapun kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV Persero berdasarkan laporan keuangan periode 1999 sampai dengan 2006 dapat dilihat melalui table berikut ini: Table 1.1 Kinerja Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV Persero Periode 1999-2006 Tahun Quick Ratio Debt to Equity Ratio Debt to Asset Ratio Long Term Debt to Equity Ratio Total Asset Turnover Inventory Turnover Fixed asset Turnover ROI 1999 0.633 0.568 0.362 0.080 0.787 6.325 1.184 0.068 2000 0.888 0.587 0.370 0.064 0.836 7.293 1.202 0.059 2001 0.407 0.570 0.363 0.188 0.883 8.602 1.172 0.027 2002 0.666 0.559 0.359 0.210 1.040 10.367 1.396 0.053 2003 0.456 0.566 0.361 0.189 1.179 13.893 1.568 0.048 2004 0.689 0.546 0.353 0.119 1.227 17.065 1.779 0.125 2005 0.676 0.896 0.474 0.391 0.923 13.292 1.310 0.090 2006 0.464 1.260 0.554 0.569 0.714 12.776 1.017 0.046 Sumber: Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV Persero, diolah James Van Horne Johan M. Wachowicz, Jr 2000:145 mengatakan bahwa likuiditas berbanding terbalik dengan profitabilitas. Hal ini berbeda dengan penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh penulis. Penulis menemukan bahwa rasio cepat quick ratio yang merupakan salah satu dari beberapa rasio likuiditas memiliki hubungan yang bervariasi terhadap rasio profitabilitas ROI. Universitas Sumatera Utara Sedangkan pada rasio Levarege PT. Perkebunan Nusantara IV Persero dalam penelitian awal yang dilakukan penulis juga mempunyai hubungan yang bervariasi terhadap ROI sedangkan menurut Kuswadi 2004: 209 mengatakan bahwa semakin besar jumlah dana perusahaan yang berasal dari pinjaman maka, semakin besar pula resiko yang ditanggung oleh perusahaan sehingga mengakibatkan rasio levarege debt to equity ratio, debt to asset ratio dan longterm debt to equity ratio berbanding terbalik dengan ROI. Pada rasio aktivitas PT. Perkebunan Nusantara IV Persero juga mempunyai hubungan yang bervariasi dengan kemampulabaan sedangkan menurut Kuswadi 2004: 201 mengatakan bahwa semakin besar rasio aktivitas maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, atau dengan kata lain rasio aktivitas total asset tornover, inventory turnover dan fixed asset turnover berbanding lurus terhadap rasio kemampulabaan ROI. Untuk memahami sifat hubungan antara kinerja keuangan dan kemampulabaan yang sebenarnya maka penulis mengambil judul : ”Anlisis Hubungan Kinerja Keuangan Terhadap kemampulabaan Pada PT. Perkebunan Nusantara IV Persero”.

B. Perumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara kinerja keuangan yang diukur