2.5.2.3. Temperatur
Proses adsorpsi merupakan proses eksotermis, oleh karena itu maka peningkatan temperatur pada tekanan yang tetap akan mengurangi jumlah
senyawa yang teradsorpsi berdasarkan prinsip Chatelier.
2.5.2.4. Tekanan
Jumlah zat yang di adsorpsi akan bertambah dengan menaikkan tekanan adsorbat. Hal ini terjadi pada proses adsorpsi fisika, sedangkan pada proses
adsorpsi kimia jumlah zat yang di adsorpsi akan berkurang dengan menaikkan tekanan adsorbat.
2.5.3. Adsorpsi Isotermis
Kesetimbangan adsorpsi terjadi bila fluida dikontakkan dengan adsorben padat dan molekul adsorbat berpindah dari fluida ke padatan sampai konsentrasi
adsorbat pada fluida dan padatan berada dalam keadaan setimbang. Data kesetimbangan adsorpsi yang dihasilkan pada temperatur konstan di sebut
adsorpsi isotermis. Pada adsorpsi isotermis terdapat hubungan antara jumlah zat yang terserap perunit massa adsorben dengan tekanan adsorbatnya. Adsorpsi
isotermis dapat di hitung dengan mengukur tekanan adsorbat pada saat awal sebelum terjadi kesetimbangan dan pada saat terjadinya kesetimbangan. Adsorpsi
isotermal merupakan hubungan antara jumlah molekul, volume dan massa gas yang teradsorpsi dengan tekanan yang terukur pada temperatur tertentu Kobya,
2008.
2.5.4. Mekanisme Adsorpsi Logam Berat oleh Kitosan
Interaksi kitosan dengan logam berat terjadi karena adanya proses pengkompleksan, dimana penukaran ion, penyerapan dan pengkelatan terjadi
selama proses berlangsung. Ketiga proses tergantung dari ion logam masing- masing. Kitosan menunjukkan afinitas yang tinggi terhadap logam transisi
golongan 3 dan dengan logam golongan non alkali pada konsentrasi yang rendah Muzzarelli, 1973.
Adsorpsi fase cairan dapat terjadi di tiga daerah antarmuka, yaitu padatan- cairan, cairan-cairan atau cairan-gas. Jumlah cairan yang teradsorpsi pada
permukaan adsorben tidak lepas dari luas permukaan adsorben yang dapat ditentukan dengan persamaan isoterm adsorpsi. Selain itu distribusi ukuran pori
juga tidak kalah penting untuk ditentukan. Parameter yang terakhir dapat ditentukan dengan metode analisis molekular yang menggunakan molekul dengan
ukuran yang berbeda sebagai adsorbatnya. Untuk sistem adsorpsi larutan pada adsorben, isoterm adsorpsi larutan
pada padatan dapat diperoleh dari plot jumlah yang di serap sebagai fungsi dari prubahan konsentrasi. Perubahan konsentrasi disebabkan oleh keluarnya salah
satu atau kedua komponen larutan. Adsorpsi dari larutan lazim di sebut adsorpsi karena lazimnya terjadi persaingan antara kedua komponen larutan zat terlarut
dan zat pelarut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi adsorpsi larutan, yaitu interaksi adsorben-adsorbat, interaksi adsorbat-adsorbat, porositas adsorben,
dan keheterogenan permukaan serta efek sterik adsorbat bobot, ukuran, geometri, dan struktur kimia molekul adsorbat juga berpengaruh terhadap proses adsorpsi
yang kompetitif tersebut. a. Interaksi adsorben-adsorbat
Kompetisi adsorpsi antara kedua komponen larutan pada permukaan adsorben bergantung pada kekuatan interaksi antara adsorben dan kedua
komponen larutan. Hal tersebut dipengaruhi oleh polaritas adsorben dan adsorbat, misalnya senyawa polar akan terjerap lebih kuat pada permukaan
adsorben yang polar daripada senyawa nonpolar. b. Porositas adsorben
Karbon aktif memiliki berbagai ukkuran pori yang memungkinkan terjadinya efek saringan molekular parsial, jika kedua komponen larutan
memiliki ukuran yang berbeda. Faktor ini meningkatkan adsorptivitas adsorben pada komponen larutan zat terlarut atau pelarut yang ukurannya
lebih kecil sedangkan adsoprtivitas molekul yang lebih besar diabaikan. c. Heterogenitas permukaan
Distribusi gugus –NH
2
pada molekul kitosan yang tidak merata merupakan salah satu contoh yang menunjukan keheterogenan permukaan adsorben,