Kadar abu = bobot abu x 100 bobot sampel
3.3.1.3. Penetapan Kadar Nitrogen
Sebanyak 0,2 gram sampel ditimbang dengan teliti lalu dimasukkan ke labu kjedahl 100 mL, kemudian ditambahkan 10 mL asam sulfat pekat dan
campuran, lalu dipanaskan perlahan-lahan kemudian dididihkan di ruang asam sampai berwarna hijau jernih. Larutan didinginkan dan ditambahkan 10 mL air
suling dan larutan dipindahkan ke labu takar 50 mL dan di tera. Sebanyak 10 mL larutan tersebut di pipet ke alat destilasi dan ditambahkan 3 tetes indikator
fenolftalein serta beberapa mL NaOH 40 sampai berwarna merah muda, lalu disulingkan. Amonia yang tersulingkan ditampung dalam 25 mL asam borat 4
yang telah ditambahkan 3 tetes indikator merah metil. Penyulingan berlangsung selama kurang lebih 15 menit. Selesai destilasi, ujung kondensor dibilas dengan
air suling, kemudian dititar dengan larutan HCl 0,1 N.
N total = mL x N HCl x 14 x fp x 100 bobot sampel mg
3.3.1.4. Penetapan Derajat Deasetilasi
Spektrum infra merah kitin dapat dibuat dengan menggunakan spektrofotometer infra merah IR-408. Frekuensi yang digunakan berkisar antara
4000 cm
-1
sampai dengan 400 cm
-1
Constatines, 1980. Derajat deasetilasi kitosan dilakukan dengan cara ± 0,01 mg kitin di gerus
dalam mortal sampai halus, tambahkan ± 5 mg serbuk KBr, campurkan sampai homogen. Setelah itu tempatkan pada kap sampel dan di analisis dengan spektro
fotometer IR, diperoleh kromatogram dari OH, NH, dan CH
3
masing-masing 3.450 cm
-1
, 1.650 cm
-1
, dan 1.100 cm
-1
. Perhitungan derajat deasetilasinya menggunakan metode
μ ”base line”, puncak tertinggi di ukur dan di catat dari garis dasar yang diperoleh, nilai
absorbansi di hitung dengan rumus:
A = log P
o
P deasetilasi = [ 1
– A
1655
A
3450
x 11,33 ] x 100 Keterangan :
P = jarak antara garis dasar dengan puncak Po = jarak antara garis dasar dengan garis singgung
Untuk kitin deasetilasi 70 Untuk kitosan deasetilasi 70 .
3.3.2. Pembuatan Simulasi Air Limbah
Adsorpsi logam Pb, Hg dan Cd dilakukan terhadap simulasi air limbah yang di buat dengan menimbang PbNO
3 2
sebanyak 0,8 gram; HgNO
3 2
sebanyak 0,855 dan CdNO
3 2
sebanyak 1,375 gram. Logam hasil penimbangan tersebut dilarutkan dalam air sejumlah 10 Liter. Hasil analisis dengan menggunakan alat
AAS dipilihkan data konsentrasi logam dalam laruan konsentrasi Pb 27,61 ppm, Hg 48,26 ppm dan Cd 44,06 ppm. Larutan ini merupakan limbah simulasi.
3.3.3. Adsorpsi dengan Kitosan
a. Limbah simulasi ditempatkan dalam bak penampung limbah berbahan dasar kaca dengan kapasitas 20 liter. Limbah simulasi di buat sebanyak 15
liter yang mengandung logam Hg, Cd dan Pb dengan konsentrasi limbah Pb 27,61 ppm, Hg 48,26 ppm dan Cd 44,06 ppm dialirkan dengan debit 3
literjam, 6 literjam dan 9 literjam ke bak yang berisi kitosan masing- masing dengan konsentrasi 0,25 bv, 0,5bv, 1 bv dan 1,5 bv.
Limbah hasil adsorpsi tersebut di tampung dalam bak penampung, kemudian di ukur konsentrasi logam Hg, Cd dan Pb menggunakan AAS
Atomic Absorption Spectrofotometer. b. Data hasil konsentrasi logam Hg, Cd dan Pb dalam limbah hasil adsorpsi
tersebut, kemudian di cari konsentrasi kitosan dan kecepatan alir optimal. 3.3.4.
Absorpsi dengan Biofilter
Limbah yang sudah di adsorpsi oleh kitosan dan diketahui konsentrasinya
dimasukkan ke 9 aquarium, yaitu:
a. Aquarium 1 berisi Limbah yang ditanami kijing taiwan dengan perlakuan variasi kecepatan alir dan variasi waktu penyerapan 0 hari; 14 hari dan 28
hari. b. Aquarium 2 berisi Limbah yang ditanami eceng gondok dengan perlakuan
kecepatan alir dan variasi waktu penyerapan 0 hari; 14 hari dan 28 hari . c. Aquarium 3 berisi Limbah yang ditanami eceng gondok + kijing taiwan
dengan perlakuan kecepatan alir dan variasi waktu penyerapan 0 hari; 14 hari dan 28 hari.
3.4. Rancangan Percobaan
3.4.1. Adsorpsi dengan Kitosan
Kombinasi perlakuan dengan kitosan yang dilakukan adalah kombinasi faktor debit limbah dengan 3 taraf faktorial 3; 6 dan 9 literjam terhadap
konsentrasi kitosan 0,25 bv, 0,5bv, 1 bv dan 1,5 bv dan konsentrasi logam Pb 27,61 ppm, Hg 48,26 ppm dan Cd 44,06 ppm dalam sampel limbah.
Dalam rangka memenuhi kombinasi perlakuan diatas, maka diperlukan 12 petak percobaan. Selanjutnya perlakuan diulang 2 kali untuk mading-masing konsentrasi
logam.
3.4.2. Absorpsi dengan Eceng Gondok
Kombinasi perlakuan yang dilakukan adalah kombinasi faktor waktu kontak limbah dengan eceng gondok dengan 3 taraf faktorial 0; 14 dan 28 hari
terhadap konsentrasi logam Hg, Cd dan Pb mgL dalam sampel limbah, sehingga diperoleh 3 petak percobaan dengan dua kali ulangan dengan 1
konsentrasi logam.
3.4.3. Absorpsi dengan Kijing Taiwan
Kombinasi perlakuan yang dilakukan adalah kombinasi faktor waktu kontak limbah dengan eceng gondok dengan 3 taraf faktorial 0; 14 dan 28 hari
terhadap konsentrasi logam Hg, Cd dan Pb mgL dalam sampel limbah,
sehingga diperoleh 3 petak percobaan dengan dua kali ulangan dengan 1 konsentrasi logam.
3.4.4. Absorpsi dengan Eceng Gondok + Kijing Taiwan
Kombinasi perlakuan yang di lakukan adalah kombinasi faktor waktu kontak limbah dengan eceng gondok dengan 3 taraf faktorial 0; 14 dan 28 hari
terhadap konsentrasi logam Hg, Cd dan Pb mgL dalam sampel limbah sehingga diperoleh 3 petak percobaan dengan dua kali ulangan untuk dengan 1 konsentrasi
logam.
3.5. Jenis dan Sumber Data
Data diperoleh dari hasil pengukuran sampel di laboratorium yag dilakukan
pengujian :
1. Adsorpsi limbah dengan kitosan 2. Absorpsi limbah dengan eceng gondok
3. Absorpsi limbah dengan kijing taiwan 4. Absorpsi limbah dengan eceng gondok + kijing taiwan
3.6. Pengambilan Contoh
Metoda pengambilan contoh dari bak limbah dan aquarium yang digunakan adalah grab sample yaitu pengambilan contoh sesaat. Pengambilan
contoh dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada bak limbah hasil adsorpsi pada masing-masing kecepatan alir dan pengambilan sample pada masing-masing
akuarium yaitu pada hari ke -0 ; 14; dan 28 hari.
3.7. Jenis Teknik Pengambilan Data Penelitian
Data mutu kitosan ditulis pada Tabel 2, yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar nitrogen dan derajat deasetilasi. Masing-masing data diperlukan untuk
mengetahui mutu kitosan yang digunakan sebagai adsorben limbah. Tabel 3 berisi data pengujian efektifitas kitosan dengan konsentrasi tertentu dengan 3 variasi
kecepatan alir limbah. Tabel 4 berisi data pengujian efektifitas adsorpsi eceng
gondok, kijing taiwan, eceng gondok + kijing taiwan terhadap limbah logam berat dengan 3 variasi waktu.
3.8. Analisa Kadar Logam secara AAS
Sampel limbah logam hasil adsorpsi dan absorpsi diencerkan kemudian diaspirasikan ke dalam spektro serapan atom. Pengukuran dilakukan pada panjang
gelombang maksimum.
3.9. Pengolahan Data Adsorpsi
Daya adsorpsi kitosan terhadap logam Hg, Cd dan Pb di pilih dengan cara menghitung adsorpsi yang di hitung menggunakan rumus :
adsorpsi = A – B x 100
A Keterangan : A = Kadar ion logam awal mgL
B = Kadar ion logam setelah absorpsi mgL Kondisi optimum absorpsi di lihat dari hasil absorpsi yang memiliki nilai
paling tinggi.
3.10. Analisis Statistik
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk melihat kandungan logam berat sebelum limbah di adsorpsi dan setelah
dilakukan adsorps. Pada perlakuan yang memperlihatkan pengaruh nyata pada parameter yang di amati, dilakukan uji lanjut dengan menggunakan adsorben
biofilter untuk di lihat secara deskriptif perbedaan absorpsi ketiga biofilter itu terhadap logam berat dalam limbah, sehingga dapat diketahui jenis adsorben,
waktu dan kecepatan alir optimal pada pengolahan limbah.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Analisis Mutu Kitosan
Hasil analisis proksimat kitosan yang dihasilkan dari limbah kulit udang tercantum pada Tabel 2 yang merupakan rata-rata dari dua kali ulangan.
Tabel 2 Hasil proksimat analisis kitosan
No. Parameter
Standar Mutu Hasil Penelitian
1 Kadar Air
≤ 10 5,51
2 Kadar Abu
2 0,35
3 Kadar Nitrogen
≤ 5 3,53
4 Derajat Deasetilasi
≥ 70 80
Sumber : Protan Laboratories Inc.
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa mutu kitosan yang diperoleh hasil penelitian telah memenuhi baku mutu standar kitosan yang dikeluarkan oleh
Protan Laboratories Inc. Berdasarkan hasil tersebut, maka kitosan ini dapat digunakan untuk proses penjerapan ion logam Pb, Hg dan Cd dalam sampel
larutan uji.
4.1.1. Kadar Air
Kadar air merupakan salah satu parameter yang penting untuk menentukan mutu kitosan, karena mempengaruhi ketahanan kitosan terhadap
kerusakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Saleh et al. 1994 yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar air, maka semakin besar pula kemungkinan cepat
rusaknya produk dari segi fisik berupa warna dan bau yang berubah. Berdasarkan hasil analisis mutu kitosan pada Tabel 2 diperoleh kadar air
kitosan sebesar 5,51 . Hal ini menunjukkan bahwa kitosan yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu kadar air kitosan yang telah ditetapkan oleh protan
laboratories Inc , yakni sebesar ≤ 10 . Kadar air yang terkandung pada kitosan
dipengaruhi oleh proses pengeringan, lama pengeringan yang dilakukan, jumlah