ValidasiModel 1 Perumusan Rancang Bangun Sub Model a

Pengaturan yang diusulkan dalam konsep kebijakan ini antara lain meliputi tanggung jawab pembangunan yang harus tetap menjadi beban Pemerintah Pusat, yang pelaksanaannya ditangani oleh BBWS. Pengelolaan irigasi yang merupakan fungsi publik, pengelolaannya bisa dilakukan secara tugas pembantuan kepada pemerintah kabupaten.Namun demikian, sekiranya diperlukan dapat diatur masa transisi dimana pengelolaan irigasi dapat dilakukan melalui contract service dengan PJT II.Demikian juga dengan pengelolaan badan sungai.Pada dasarnya badan sungai terutama terkait dengan pengendalian banjir, oleh karena itu harus menjadi tanggung jawab pemerintah pusat BBWS. Sementara itu, pemerintah propinsi Jawa Barat Balai PSDA dapat dilimpahi tanggung jawab atas pengelolaan sungai orde dua dan tiga.Mekanisme pelaksanaannya dapat dilakukan melalui mekanisme tugas pembantuan dari BBWS ke Balai PSDA.Penanganan konservasi hulu tetap dilaksanakan oleh Kementerian Kehutanan melalui BPPAS bersama dengan pemerintah propinsikabupaten dan masyarakat. Memperhatikan pembagian tanggungjawab diatas, maka jelas bahwa meskipun DAS Citarum terletak pada wilayah sungai yang merupakan kewenangan pusat, namun pengembangan model harus mempertimbangkan ketentuan dalam kebijakan otonomi daerah. Pembagian kewenangan yang seimbang antara pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten dalam konsep kebijakan ini memiliki efektifitas yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki oleh instansi pada masing-masing strata pemerintah. Secara garis besar, pembagian kewenangan masing-masing strata pemerintahan dalam konsep kebijakan ini berdasarkan fungsinya dapat dilihat pada Tabel 32. Selanjutnya pengaturan pembagian tanggung jawab dalam fungsi operator secara menyeluruh dibagi habis sampai pada tingkat paling hilir sampai dengan pelibatan peran serta masyarakat sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 32 Pembagian Kewenangan antar Strata Pemerintah Menurut Fungsi Fungsi Stakeholders Operator Regulator Developer PUBLIK PEMERINTAH PUSAT BBWS - Badan Sungai Utama Main river - Penetapan Ijin Alokasi Air - Pembangunan prasarana pada sungai utama - Penetapan Pola dan Rencana - Penetapan tarif: air baku, tenaga listrik, pollution fee dan BJ- PSDA lainnya - Ijin galian golongan C di badan sungai BP-DAS - Reboisasi kawasan hulu PEMERINTAH PROPINSI BALAI PSDA - Sungai orde 2 dan 3 tugas pembantuan - Penetapan Rencana Tanam - Pembangunan prasarana pada sungai orde 2 dan 3 tugas pembantuan - Jaringan Irigasi 1000 - 3000 ha - Penetapan RTRW Propinsi PEMERINTAH KABUPATEN Dinas Terkait - Jaringan Irigasi 1000 ha - Ijin pengambilan air tanah - Reboisasi Kawasan Hulu - TP-OP jaringan irigasi 3000 ha EKONOMI KORPORASI PJT II - Waduk - CSR: Reboisasi Kawasan Hulu - Prasarana utama pembagi alokasi air 136 Tabel 33 Pengaturan tanggungjawab pengelolaan SDA pada DAS Citarum

6.4 Aplikasi Model Kebijakan

Memperhatikan hal-hal diatas, dapat dipahami bahwa dalam operasionalisasinya ada tiga pilar penting yang sangat mempengaruhi kinerja pengelolaan SDA, yaitu: i tata kelola SDA water Governance, ii kapasitas kelembagaan, iii sistem pembiayaan investasi dan operasi pemeliharaan. Water Governance yang efektif mencakup rangkaian sistem hukum, politik,sosial dan administratif yang disusun dalam rangka mengembangkan dan mengelola SDA agar dapat berkelanjutan. Sebagaimana diuraikan pada butir 6.3, model kebijakan yang diusulkan ini menegaskan penerapan konsep corporate sebagai RBO utama.Dalam perkembangannya tanggung jawab PJT II corporate pada pengelolaan SDA dapat meningkat sejalan dengan tumbuhnya kemampuan finansial. Oleh karena itu dalam masa transisi perlu didukung oleh kondisi water govermance yang kondusif serta terjaminnya dana pemerintah untuk penyelenggaraan komponen publik.Di tingkatwilayah sungai, water governance berarti mempraktekkan pengelolaan sumber daya air terpadu dengan keterpaduan antar sektor dan antar daerah serta partisipasi publik dan pemberdayaan komunitas sebagai faktor-faktor keberhasilan kritikal. Penerapan tiga pilar utama diatas, pada DAS Citarum dirumuskan dalam tiga model yaitu model kelembagaan, model manajemen dan model pendanaan. 6.4.1 Model Kelembagaan Model kelembagaan harus mengatur dengan jelas peran dan fungsi instansi yang ada serta bagaimana mekanisme koordinasinya, kerjasama dan kewenangan masing-masing instansi dalam proses pengambilan keputusan. Prinsip dasar model kelembagaan yang diusulkan adalah transparansi dan akuntabilitas yaitu pembagian fungsi yang jelas dan terpisah antara koordinator, regulator, developer, operator dan user. Pembagian fungsi ini harus terinci pada setiap strata wilayah kewenangan yang dibagi dalam tingkat nasional, antar wilayah sungai, tingkat propinsi, tingkat daerah aliran sungai dan tingkat kabupaten.Dengan demikian, ruang lingkup kewenangan masing-masing instansi serta bagaimana satu instansi dan instansi lainya saling berhubungan baik secara struktural atau koordinasi, serta jalus pembinaan menjadi jelas.Keterkaitan antara masing-masing fungsi dari kelembagaan yang diusulkan dapat dilihat pada Gambar 66.