Diversitas. Hasil uji yang dilaksanakan di zona hulu Sungai Citarum pada tahun 2004 untuk indeks bioakumulasi logam pada tubuhdaging ikan dan indeks
diversitas dapat dilihat seperti pada Gambar 37.
Gambar 37 Indeks bio akumulasi pada ikan dan indeks diversitas DAS Citarum tahun 2004
Dari Gambar 36 tersebut dapat dikatakan bahwa indikator hidrobiologi dengan Indeks Diversitas di anak-sungai Cirasea, Citepus dan Cimahi telah
tercemar berat. Sedangkan untuk lokasi-lokasi anak-sungai Citarik, Ciganitri, Cisangkuy dan Ciwidey masih tercemar ringan. Sementara indeks bioakumulasi
logam pada tubuh ikan pada DAS Citarum Hulu pada tahun 2004 ini dapat dikatakan tidak tercemar.
5.2.3 Kajian Operasi KaskadeTiga Waduk
Waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur adalah tiga waduk kaskade yang terletak di sungai Citarum dari hulu ke hilir. Dihilir dari ketiga waduk adalah
daerah Karawang yang merupakan daerah pertanian dan menjadi lumbung padi. Kejadian ekstrim basah pada akhir bulan Maret 2010 dan ekstrim kering pada
awal tahun 2011 sangat mempengaruhi produksi pertanian, bahkan seringkali memicu bencana. Untuk mengetahui sejauhmana efektivitas operasi ketiga waduk
Nanjung
WADUK SAGULING
Curug Jompong
Majalaya
S.Dano, Kp.Dano Ds.Kopo-Soreang
S.Citarum, Kp.Pameuntasan
KJA, Wd. Saguling
S.Ciwidey, Kp.Pameuntasan
S.Cisangkuy, Dayeuhkolot
IPAL-D, Bojongsoang
S.Ciwidey S.Cisangkuy
S.Cirasea S.Cikeruh
S.Citarik S.Cikapundung
S.Citepus
S.Ciganitri
Tidak tercemar Tercemar ringan
Tercemar sedang Tercemar berat
Indek Diversitas
Bio akumulasi logam pada ikan
dilakukan evaluasi dengan simulasi pola pengoperasian waduk yang dilakukan oleh masing-masing pengelola.
Waduk Saguling dan Cirata yang terletak di hulu waduk Jatiluhur yang dikelola oleh Indonesia Power dan PJB sedangkan waduk Jatiluhur dikelola oleh
Perum Jasa Tirta II. Dalam perjalanannya banyak terjadi kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan atau menjaga keseimbangan. Banyak faktor teknis dan non
teknis yang mempengaruhi pola operasi dari ketiga waduk. Faktor teknis yang sangat penting adalah prinsip pola operasi yang mempunyai kepentingan yang
berbeda. Kedua, kesulitan dalam memperkirakan besarnya inflow dan debit aliran lokal dalam sistem jaringan sungai Citarum dan kebijakan dalam pola operasi
waduk. Gambar 38 berikut ini adalah diagram sistem dari ke tiga waduk dimana inflow ke masing-masing waduk sangat dipengaruhi oleh fungsi waduk, kebijakan
pengeluaran air dari waduk dihulunya dan debit lokal antara waduk-waduk tersebut.
Gambar 38 Skema jaringan sistem hidrologis di DAS Citarum
C S
J Lc
Lj
Cr
LAUT W
Cibeet Cikao
Saguling A = 2283 km2
Cirata A =4061km2
Jatiluhur A = 4601 km2
Curug
Walahar
N
Nanjung A = 1718 km2 Lokal Cirata
A =1778 km2
Lokal Jatiluhur A =540 km2
C S
J Lc
Lj
Cr
LAUT W
Cibeet Cikao
Saguling A = 2283 km2
Cirata A =4061km2
Jatiluhur A = 4601 km2
Curug
Walahar
N
Nanjung A = 1718 km2 Lokal Cirata
A =1778 km2
Lokal Jatiluhur A =540 km2