dalam pengelolaan SDA, baik dari sudut kelembagaan, manajemen dan pendanaan pada negara yang lebih maju.
3.4 Metode Analisis Data
Masalah pengelolaan SDA pada DAS Citarum rumit dan kompleks karena permasalahan ekologis berinteraksi dengan permasalahan ekonomi dan sosial,
kemudian berimplikasi pada permasalahan kelembagaan yang menimbulkan beberapa faktor yang saling terkait dalam suatu ruang wilayah. Mengingat
kompleksitas permasalahan tersebut, maka secara holistik penelitian dilakukan melalui pendekatan sistem systems approach yang dirancang guna merumuskan
kebijakan pengelolaan SDA DAS Citarum secara berkelanjutan. Kebijakan tersebut dibangun melalui pendekatan manajemen basis data, manajemen basis
model, dan manajemen basis knowledge. Analisis data yang digunakan terdiri dari: 1 analisis keberlanjutan yang terdiri dari analisis deskriptif dan analisis
MDS guna memperoleh status keberlanjutan DAS Citarum; 2 proses hirarki analitik AHP guna mendapatkan kebijakan prioritas; serta 3 analisis analisis
sistem dinamik dan analisis kebijakan guna merumuskan sintesa model konseptual kebijakan secara keseluruhan.
3.4.1 Analisis Keberlanjutan
Analisis keberlanjutan ini dilakukan dengan dua cara yaitu analisis dengan menggunakan teknik multi dimensional scalling MDS dan analisis deskriptif
berdasarkan data sekunder.
1 Analisis MDS
Analisis indeks dan status keberlanjutan dilakukan dengan teknik ordinasi Rap-Citarum, modifikasi dari Rapfish yang menempatkan sesuatu pada urutan
yang terukur dengan metode MDS. Metoda ini melakukan transformasi multi dimensi ke dalam dimensi yang lebih rendah.
Pada penelitian ini, dimensi aspek keberlanjutan yang dipergunakan adalah ekologi, ekonomi, teknik, sosial budaya, kebijakan dan kelembagaan. Keenam
dimensi tersebut memiliki atribut atau indikator yang terkait dengan keberlanjutan. Indikator yang digunakan dalam analisis keberlanjutan ini diadopsi
dari Rapfish yang dimodifikasi Rap-Citarum sesuai dengan kondisi lingkungan
penelitian di DAS Citarum. Data untuk keperluan analisis diproses dengan kuesioner. Responden yang dipilih terdiri dari 16 pakar yang mewakili seluruh
stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan SDA pada DAS Citarum dan memahami permasalahannya. Nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis
secara multi dimensional yang mencerminkan posisi keberlanjutan. Melalui metode MDS, maka posisi keberlanjutan dapat divisualisasikan
melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Kemudian, dengan proses rotasi, posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai indeks
keberlanjutan diberi nilai skor 0 buruk dan 100 sangat baik. Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks lebih besar atau sama dengan 50 50,
maka sistem dikatakan berkelanjutan sustainable dan dinyatakan tidak berkelanjutan jika nilai indeks kurang dari 50 50.
2 Analisis Deskriptif
Analisis ini dikembangkan untuk mengevaluasi kinerja dari pengelolaan DAS Citarum yang berkaitan dengan kondisi kekritisan. Kondisi yang dikaji
adalah kekritisan DAS pada kawasan hulu, kualitas air dan operasi kaskade tiga waduk. Analisis dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang
dikumpulkan dari berbagai instansi terkait. Analisis pada operasi kaskade tiga waduk menggunakan pendekatan model simulasi dari analisis deskriptif. Pada
dasarnya pendekatan modul simulasi menganalogikan kondisi alam dan proses dari komponen-komponennya kedalam suatu konsep logika yang dapat dijabarkan
dalam persamaan matematik. Output dari analisis ini dapat dibandingkan dengan kondisi nyata yang terjadi di lapangan. Hasil analisis, dapat diperoleh gambaran
sampai sejauh mana tingkat kekritisan pada aspek tertentu, sekaligus untuk melengkapi status keberlanjutan dengan yang dihasilkan dengan teknik MDS.
Hasil analisis kekritisan DAS pada kawasan hulu dan kualitas air akan digunakan sebagai komparasi terhadap dimensi lingkungan pada analisis MDS. Sedangkan
analisis operasi kaskade tiga waduk merupakan komparasi terhadap dimensi kelembagaan dari analisis MDS.
3.4.2 Analisis Prioritas Kebijakan
Analisis ini bertujuan mendapatkan alternatif kelembagaan yang paling efektif dan efisien dalam pengelolaan DAS Citarum. Analisis ini dilakukan