Perumusan Model Dinamik A policy model for sustainable water resources management of Citarum River Basin

Gambar58 Hasil simulasi peningkatan beban pencemar Pada kondisi eksisting tahun 2010 BP sebesar 673,80 ton BODhari, 1.184,84 ton CODhari dan 24,52 kgCrhari dan diprediksikan akan meningkat menjadi1.033,67 ton BODhari, 1.886,93 ton CODhari dan 43,03 kg Crhari pada tahun 2040 seperti pada Tabel 25 berikut ini. Tabel 25 Hasil simulasi peningkatan beban pencemar c Sub-sistem Nilai Ekonomi Gambar 59 dan Tabel 26 menunjukkan hasil simulasi ketersediaan air dan kebutuhan air di wilayah DKI Jakarta. Ketersediaan air direpresentasikan dengan banyaknya distribusi air yang bisa dilakukan oleh operator penyalur, seperti PDAM. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kebutuhan air penduduk DKI Jakarta akan terus meningkat seiring pertumbuhan penduduknya. Pada tahun 2010 setidaknya diperlukan debit air sebesar 17,9 m 3 detik dan meningkat terus hingga sebesar 24,6 m 3 detik pada tahun 2040 untuk memenuhi kebutuhan air penduduk DKI Jakarta. 2500 2000 1500 1000 500 0 1 Ja n 2 0 1 0 0 1 Ja n 2 0 2 0 0 1 Ja n 2 0 3 0 0 1 Ja n 2 0 3 0 B e ba n P en ce m ar a n to n h a ri C O D B O D C r B P - B OD B P - C OD B P - C r Time Time BP BOD BP COD BP Cr 01 Jan 2010 01 Jan 2015 01 Jan 2020 01 Jan 2025 01 Jan 2030 01 Jan 2035 01 Jan 2040 673,80 722,38 775,03 832,09 893,94 960,99 1.033,67 1.184,84 1.283,28 1.388,50 1.500,96 1.621,15 1.749,62 1.886,93 24,52 27,12 29,89 32,85 36,02 39,41 43,03 Waktu Gambar 59 Hasil simulasi ketersediaan air DKI Jakarta Guna memenuhi kebutuhan tersebut, sejak tahun 2010 debit air distribusi ditingkatkan terus dari 10,5 m 3 detik menjadi sebesar 22,6 m 3 detik pada tahun 2018. Hal ini dimungkinkan dengan selesai dibangunnya saluran syphon Bekasi pada tahun 2013 yang bisa meningkatkan kapasitas penyaluran air dari 21,1 m 3 detik menjadi 31,1 m 3 detik hingga 5 tahun setelah pembangunannya tahun 2018. Hal ini tentunya akan meningkatkan kapasitas produksi di hilirnya yang mengarah ke wilayah DKI Jakarta, yaitu IPA Pulo Gadung dan IPA Buaran. Namun jika tidak dilakukan pemeliharaan yang optimal dan pembangunan infrastruktur baru, maka setelah 5 tahun syphon Bekasi beroperasi diprediksikan akan terjadi penurunan kapasitas penyaluran yang berakibat turunnya produksi air. Hal ini ditunjukkan dari hasil simulasi yang memperlihatkan penurunan distribusi air sejak tahun 2018 hingga mencapai 14,5m 3 detik pada tahun 2040. Tabel 26 Hasil simulasi ketersediaan air DKI Jakarta Adanya dinamika distribusi dan kebutuhan air ini akan menimbulkan kesenjangan gap antara kebutuhan dan ketersediaan air baku. Dinamika distribusi air yang bisa disalurkan akan secara langsung mempengaruhi pemasukkan dan keuntungan revenue yang bisa diperoleh operator. Hal ini akan 01 Jan 2010 01 Jan 2015 01 Jan 2020 01 Jan 2025 01 Jan 2030 01 Jan 2035 01 Jan 2040 5 10 15 20 Kebutuhan Air Penduduk DKI Debit Distribusi Time D e b it A ir m 3 d e t ik T ime Debit Distribusi Aktual Kebutuhan Air Penduduk DKI Aktual 01 Jan 2010 01 Jan 2015 01 Jan 2020 01 Jan 2025 01 Jan 2030 01 Jan 2035 01 Jan 2040 10,54 16,97 21,70 19,61 17,73 16,03 14,49 17,91 18,88 19,90 20,98 22,11 23,31 24,57 Waktu pencapaian cost recovery CR yang meningkat pada awal tahun simulasi dan cenderung kembali menurun seiring distribusi air yang bisa disalurkan Gambar 60 dan Tabel 27. Cost recovery yang bisa dicapai hanya berkisar 0,85 pada awal tahun simulasi dan terus meningkat menjadi 1,16 pada tahun 2018, namun terus menurun hingga mencapai 0,87 pada tahun 2040. Hal ini disebabkan kurang terkelolanya sumber daya air secara optimal. Kurang optimalnya pengelolaan disebabkan pengelola tidak mampu meningkatkan revenue dan menekan biaya pengelolaan, yang direpresentasikan oleh rendahnya pencapaian cost recovery. Gambar 60 Hasil simulasi cost recovery Tabel 27 Hasil simulasi revenue dan cost recovery Hasil simulasi lihat Gambar 61 dan Tabel 28 menunjukkan pencapaian revenue total saat ini sekitar Rp 336,0 milyar pada tahun 2010 dan Rp 449,9 milyar pada tahun 2040. Pada awalnya revenue masih lebih rendah dari pada biaya pengelolaan yang harus dikeluarkan, hingga bisa didorong dengan peningkatan produksi air hingga bisa diseimbangkan pada tahun 2017 CR =1, bahkan terlampaui hingga dicapai CR maksimum pada tahun 2018. Tetapi pesatnya peningkatan biaya pengelolaan dan menurunnya distribusi air menyebabkan hal ini menjadi sebaliknya, hingga mulai terjadi defisit kembali CR 01 Ja n 2010 01 Ja n 2020 01 Ja n 2030 01 Ja n 2040 0,0 0,5 1,0 1,5 Co st R ec ov er y Time Revenue Aktual Biaya Pengelolaan Kondisi CR Aktual 01 Jan 2010 01 Jan 2015 01 Jan 2020 01 Jan 2025 01 Jan 2030 01 Jan 2035 01 Jan 2040 336.017.371.136 447.838.749.810 485.205.728.000 473.959.195.463 464.399.906.162 456.406.691.229 449.872.791.200 394.000.000.000 412.052.025.208 430.931.145.884 450.675.257.327 471.323.991.099 492.918.794.573 515.503.014.130 0,85 1,09 1,13 1,05 0,99 0,93 0,87 Waktu