Gambar 18 Beban Pencemaran Gabungan Konsekuensi rasional dari tingginya beban pencemaran yang tidak dikelola
secara baik memicu rendahnya status mutu air Sungai Citarum, yang menurut indeks Storet BPLHD Jabar, 2009 adalah dalam kondisi tercemar berat dibawah
-31, dengan data selengkapnya seperti terlihat pada Gambar 19.
Gambar 19 Nilai Storet S.Citarum 2009 BPLHD Jabar, 2009
In du
st ri
-120 -100
-80 -60
-40 -20
Wangisagara Majalaya
Sapan Cijeruk
Dayeuhkolot BurujulDaraulin
Nanjung
Bendung Curug Bendung Walahar
Tanjungpura
L oka
si -47
-69 -111
-92 -95
-85 -88
-77 -57
-66 Nilai Storet
ANALISIS RAP CITARUM DIMENSI KEBIJAKAN
37.17
GOOD BAD
UP
DOWN
-60 -40
-20 20
40 60
80
20 40
60 80
100 120
INDEKS KEBERLANJUTAN DIMENSI KEBIJAKAN RAP- CITARUM
Ot he
r D ist
ing ishi
ng Fe
ature s
References Anchors
V ANALISIS KEBERLANJUTAN
5.1 Analisis Multi Dimensional Scaling MDS
Kondisi keberlanjutan pada DAS Citarum dikaji dengan menggunakan analisis MDS, berdasarkan penentuan indeks keberlanjutan pada enam dimensi
yaitu dimensi kebijakan, teknis, sosial dan budaya, lingkungan, kelembagaan dan ekonomi dengan nilai scoring atribut hasil pendapat pakar berdasarkan kondisi
eksisting lokasi penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan Rapid Appraisal for Citarum Rap-Citarum.
Berdasarkan hasil analisis atas kuesioner dari responden yang terdiri dari 16 instansipakar diperoleh data sebagaimana pada lampiran 3.
5.1.1 Status Keberlanjutan Dimensi Kebijakan
Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi kebijakan terdiri atas delapan atribut, yaitu: 1
kebijakan dan komitmen nasional tentang peraturan sumber daya air; 2 kualitas peraturan pada pembentukan instansi-instansi yang terlibat dalam pengelolaan
DAS Citarum; 3 kesamaan persepsi dalam pengelolaan DAS Citarum; 4 sosialisasi peraturan perundangan tentang DAS Citarum ke masyarakat; 5
tersedianya pedoman teknis dan operasional dalam pengelolaan DAS Citarum; 6 konsistensi RTRW dengan rencana pengelolaan DAS Citarum; 7 harmonisasi
antar peraturan; 8 penyusunan kebijakan memperhatikan aspirasi semua pihak. Adapun nilai indeks keberlanjutan dimensi kebijakan Rap-Citarum sebesar 37,17
dengan status tidak berkelanjutan, sebagaimana tertera pada Gambar 20.
Gambar 20 Indeks keberlanjutan dimensi kebijakan
Guna melihat atribut-atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi kebijakan, dilakukan analisis leverage. Berdasarkan hasil
analisis leverage diperoleh tiga atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan yaitu: sosialisasi peraturan 6,67, kesamaan persepsi 6,26 dan
konsistensi RTRW dengan pengelolaan 6,17. Hasil analisis leverage dapat dilihat seperti Gambar 21.
Gambar 21 Peran atribut dimensi kebijakan Sementara itu apabila dilihat dari analisis monte carlo, maka diperoleh
nilai indeks keberlanjutannya sebesar 37,53; yang apabila dibandingkan dengan nilai indeks keberlanjutan analisis Rap-Citarum sebesar 37,17; terdapat perbedaan
sebesar 0,36. Perbedaan itu sangat kecil sehingga dapat dinyatakan hasil analisis Rap-Citarum valid dan akurat.
Faktor kunci pada dimensi kebijakan ini adalah sosialisasi peraturan dan kesamaan persepsi. Hal ini menunjukkan bahwa peraturan tentang pengelolaan
SDA, khususnya Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 dan turunannya belum sepenuhnya dipahami oleh stakeholders ditingkat lapangan baik oleh pembuat
kebijakan maupun pelaksana operasional. Kondisi ini merupakan akar utama permasalahan yang menyebabkan terjadinya tumpang tindih pada kelembagaan
serta kebijakan operasional, yang perlu mendapat perhatian secara khusus.
5.1.2 Status Keberlanjutan Dimensi Teknis
Atribut yang memberikan pengaruh terhadap dimensi teknis terdiri atas delapan, yaitu: 1 ketersediaan air di DAS Citarum; 2 memadainya infrastruktur
untuk pengelolaan DAS Citarum yang efisien; 3 tersedianya pedoman
ANALISIS LEVERAGE DIMENSI KEBIJAKAN RAP-CITARUM
1.59 2.80
5.26 5.67
4.28 5.17
3.83 1.12
1 2
3 4
5 6
Peraturan Sumberdaya Air Kualitas Peraturan
Kesamaan Persepsi Sosialisasi Peraturan
Ketersediaan Pedoman Teknis Operasional
Konsistensi RTRW dengan pengelolaan
Harmonisasi antar peraturan Memperhatikan aspirasi semua pihak
At tri
bu te
Root Me a n Squa re Cha nge in Ordina tion w he n Se le cte d Attribute Re move d on Susta ina bility sca le 0 to 100
Atr ibut