2.1.4. Pertumbuhan lamun
Pertumbuhan  lamun  dapat  dilihat  dari  pertambahan  panjang  bagian-bagian tertentu seperti daun dan rhizoma dalam kurun waktu tertentu. Namun pertumbuhan
rhizoma lebih sulit diukur terutama pada jenis-jenis tertentu yang umumnya berada di  bawah  substrat  dibanding  pertumbuhan  daun  yang  berada  di  atas  substrat,
sehingga  penelitian  pertumbuhan  lamun  relatif  lebih  banyak  mengacu  pada pertumbuhan daun. Pertumbuhan daun muda lebih cepat dibandingkan dengan daun
tua.  Pertumbuhan  lamun  sangat  dipengaruhi  oleh  faktor-faktor  internal  seperti fisiologi,  metabolisme,  dan  faktor  eksternal  seperti  zat-zat  hara,  tingkat  kesuburan
substrat, dan faktor lingkungan lainnya. Lamun  juga  mempunyai  bentuk  pertumbuhan  yang  sangat  erat  kaitannya
dengan  perbedaan  ekologinya  Den  Hartog  1967  in  Azkab  2000.  Bentuk pertumbuhan tersebut dapat dibagi menjadi 6 kategori, yaitu :
1 Parvozosterid,  dengan  daun  memanjang  dan  sempit,  misalnya  pada  Halodule,
Zostera sub marga Zosterella; 2
Magnozosterids, dengan daun memanjang dan agak lebar, misalnya Zostera sub marga Zostera, Cymodocea dan Thalassia;
3 Syringodiids,  dengan  daun  bulat  seperti  lidi  dan  ujung  runcing,  misalnya
Syringodium; 4
Enhalids,  dengan  daun  panjang  dan  kaku  seperti  kulit  atau  berbentuk  ikat pinggang yang kasar, misalnya Enhalus, Posidonia dan Phyllospadix;
5 Halophilids,  dengan  daun  bulat  telur,  clips,  berbentuk  tombak  atau  panjang,
rapuh dan tanpa saluran udara, misalnya Halophila; 6
Amphibolids,  dengan  daun  tumbuh  teratur  pada  kiri  dan  kanan,  misalnya Amphibolis, Thalassodendron dan Heterozostera.
2.1.5. Biomassa lamun
Biomassa  lamun  adalah  berat  dari  semua  material  yang  hidup  pada  suatu satuan  luas  tertentu,  baik  yang  berada  di  atas  maupun  di  bawah  substrat  yang
biasanya  dinyatakan  dalam  satuan  gram  berat  kering  per  meter  persegi  gbkm
2
, atau  dapat  juga  dinyatakan  dalam  berat  kering  tanpa  abu  Kuriandewa  2009.
Sedangkan  produksi  lamun  diartikan  sebagai  pertambahan  biomassa  lamun  selang
waktu tertentu Zieman dan Wetzel 1980 dengan laju produksi produktivitas yang sering dinyatakan dengan satuan berat kering per m
2
per hari gbkm
2
hari Brouns 1985 atau berat karbon per m
2
per tahun gCm
2
tahun. Data dari berbagai perairan Indonesia  menunjukkan  bahwa  terdapat  variasi  biomassa  yang  cukup  besar  di
lokasi-lokasi  yang  berbeda.  Pada  umumnya,  rata-rata  biomassa  lamun  berkisar antara 1 gbkm
2
sampai 2479 gbkm
2
Kuriandewa 2009.
2.1.6. Transplantasi lamun
Transplantasi  merupakan  salah  satu  cara  untuk  memperbaiki  atau mengembalikan  habitat  yang  telah  mengalami  kerusakan  Azkab  1999.
Transplantasi  adalah  memindahkan  dan  menanam  di  tempat  lain,  mencabut,  dan memasang pada tanah lain  atau situasi  lain  Bethel  1961 in Azkab 1999. Menurut
Lewis  1987  in  Calumpong  dan  Fonseca  2001  restorasi  adalah  mengembalikan kondisi  seperti  sebelumnya  dari  gangguan  atau  mengganti  dengan  yang  baru.
Beberapa  kriteria  yang  dibutuhkan  untuk  memilih  lokasi  restorasi  transplantasi lamun yang jauh dari lokasi asli dan mengalami kerusakan, sebagai berikut :
1 Memiliki kedalaman yang serupa dengan daerah donor,
2 Memiliki sejarah pertumbuhan lamun,
3 Tidak ada gangguan dari aktivitas manusia dan gangguan lain,
4 Tidak ada gangguan reguler badai dan transpor sedimen,
5 Tidak mengalami rekolonisasi alami yang cepat dan meluas dari lamun lainnya,
6 Transplantasi lamun telah berhasil ditempat serupa,
7 Terdapat tempat yang cukup untuk mendukung kegiatan transplantasi,
8 Memiliki kualitas habitat yang serupa dengan daerah donor.
2.1.7. Teknik transplantasi lamun