Status Komunitas Lamun di Pulau Pramuka dan Pulau Harapan 1. Komunitas lamun Pulau Pramuka Persen penutupan jenis lamun Pulau Pramuka

Perbedaan nilai ini diduga karena kondisi perairan tiap pulau berbeda. Dalam perairan, nitrat yang lebih banyak dimanfaatkan adalah dalam bentuk nitrat anorganik maupun molekuler, nitrat berperan penting dalam daur nutrien di perairan Romimohtarto dan Juwana 2001. Menurut McKenzie dan Yoshida 2009, di wilayah pesisir faktor pembatas utama untuk lamun adalah nitrogen.  Orthofosfat Orthofosfat digunakan oleh tumbuhan lamun dalam proses fotosintesis dan respirasi. Nilai orthofosfat di kolom perairan Pulau Pramuka sebesar 0,018-0,041 mgl dan Pulau Harapan terhitung sebesar 0,010-0,049 mgl. Kedua pulau ini memiliki kandungan orthofosfat dikolom perairan yang lebih besar dari nilai baku mutu. Tingginya konsentrasi orthofosfat dalam kolom perairan dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan lamun, dan menjadi indikator bahwa perairan pada kedua pulau tergolong tercemar berupa limbah atau buangan rumah tangga. Menurut Saeni 1989, sumber-sumber fosfat di perairan berasal dari limbah industri, hancuran dari pupuk, limbah domestik, hancuran bahan organik dan mineral-mineral fosfat. 4.2. Status Komunitas Lamun di Pulau Pramuka dan Pulau Harapan 4.2.1. Komunitas lamun Pulau Pramuka Komunitas lamun di Pulau Pramuka dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Komunitas lamun di Pulau Pramuka Bulan Transek Garis n Penutupan Lamun Komposisi Spesies Lamun Rata-rata SD Th Cr Cs Ea Hu Hp Juni 2010 1 11 42,18 ± 14,84 10,91 5,91 16,82 5,45 - 0,91 2 11 23,64 ± 13,06 10,36 - 4,82 5,27 - 3,18 3 11 20,00 ± 19,36 5,91 3,64 9,09 0,45 - 0,91 September 2010 1 11 57,27 ± 31,73 43,18 0,82 9,55 0,45 - 2,36 2 11 26,82 ± 16,62 10,27 - 7,27 7,27 - 2,00 3 11 45,45 ± 31,74 22,27 1,82 7,27 10,00 - 4,09 Januari 2011 1 11 35,00 ± 16,58 12,45 - 15,91 2,82 - 3,82 2 11 29,55 ± 14,40 14,55 - 10,18 1,36 4,09 0,73 3 11 34,09 ± 25,48 10,91 - 12,73 9,55 - 0,91 Mei 2011 1 11 28,18 ± 13,09 8,18 5,36 11,73 1,00 0,09 0,91 2 11 30,00 ± 5,48 9,09 8,64 8,18 1,82 - 2,27 3 11 17,27 ± 12,92 6,64 2,45 5,45 1,36 0,91 0,45 Keterangan : n = Jumlah transek kuadrat SD = Standar deviasi Th = Thalassia hemprichii Ea = Enhalus acoroides Cr = Cymodocea rotundata Hu = Halodule uninervis Cs = Cymodocea serrulata Hp = Halodule pinifolia

a. Persen penutupan jenis lamun Pulau Pramuka

Persentase tutupan nilai proporsi hamparan lamun yang menutupi substratnya dinilai berdasarkan persentase kenampakan lamun dibandingkan dengan kenampakan substratnya. Penutupan lamun menggambarkan seberapa luas lamun menutupi suatu kawasan tertentu yang dipengaruhi oleh kepadatan jenis dan ukuran morfologi daun lamun itu sendiri. Dari tiga transek garis yang diamati dapat diketahui nilai persen penutupan lamun dari transek garis 1 sampai transek garis 3 memiliki nilai yang berbeda-beda. Gambar 5. Rata-rata penutupan lamun di Pulau Pramuka Gambar 5 menunjukkan bahwa penutupan lamun tertinggi terdapat pada transek garis 1 dan 3, pada bulan September 2010 sebesar 57,27 dan 45,45, sedangkan pada transek garis 2 penutupan lamun tertinggi terdapat di bulan Mei 2011 sebesar 30,00. Perbedaan nilai ini diduga akibat perbedaan kondisi substrat setiap transek, pola distribusi dan ketersediaan nutrien pada masing-masing lokasi pengamatan. Dari grafik di atas juga dapat diketahui bahwa pada transek garis 2 terjadi peningkatan kadar penutupan lamun setiap bulannya. Penutupan lamun terendah terdapat pada transek garis 3 yaitu pada bulan Mei 2011 sebesar 17,27. 10 20 30 40 50 60 70 1 2 3 P enutupa n la m un Transek Garis Juni 2010 September 2010 Januari 2011 Mei 2011 Tabel 6. Rata-rata persentase penutupan setiap jenis lamun di Pulau Pramuka No Jenis LT1 LT2 LT3 1 Thalassia hemprichii 18,68 11,07 11,43 2 Cymodocea rotundata 3,02 2,16 1,82 3 Cymodocea serrulata 13,50 7,61 9,70 4 Enhalus acoroides 2,43 3,93 6,67 5 Halodule uninervis - 1,02 - 6 Halodule pinifolia 2,00 2,05 1,97 Total 39,64 27,84 31,58 Terdapat perbedaan persen penutupan masing-masing jenis lamun di setiap transek garis yang ada di Pulau Pramuka. Dari semua jenis yang teramati di Pulau Pramuka, Thalassia hemprichii memiliki nilai persen penutupan yang paling besar baik itu di transek garis 1, 2 maupun 3. Persen penutupan jenis lamun Thalassia hemprichii memiliki nilai tertinggi sebesar 18,68 pada transek garis 1, kemudian diikuti dari jenis Cymodocea serrulata sebesar 13,50 pada transek garis 1. Kedua jenis lamun ini merupakan jenis lamun yang paling banyak ditemukan di lokasi pengamatan Pulau Pramuka. Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam putusannya No. 200 Tahun 2004 menetapkan kriteria baku kerusakan padang lamun sebagai berikut:  Tingkat kerusakan tinggi : luas area kerusakan ≥ 50  Tingkat kerusakan sedang : luas area kerusakan 30-49,9  Tingkat kerusakan rendah : luas area kerusakan ≤ 29,9 Sementara itu status padang lamun berdasarkan persen penutupan ditetapkan sebagai berikut :  Kondisi baik : kayasehat ≥ 60  Kondisi kurang : kurang kayakurang sehat 30-59,9  Kondisi rusak : miskin ≤ 29,9 Kondisi komunitas lamun di Pulau Pramuka dapat dikatakan memiliki kondisi kurang kayasehat pada transek garis 1 dan transek garis 3 dan tergolong miskin pada stasiun 2. Hal ini sesuai dengan kriteria status padang lamun yang dinyatakan dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 200 Tahun 2004 tentang kriteria baku kerusakan dan pedoman penentuan status padang lamun.

b. Komposisi jenis lamun Pulau Pramuka