Tabel 13. Tinggi kanopi lamun Pulau Harapan Bulan
Transek Garis
n Tinggi kanopi cm
Rata-rata SD
Minimal Maksimal Juni
2010 1
11 16,20
± 14,49 11,0
34,0 2
11 4,36
± 3,02 3,8
7,5 3
11 7,05
± 4,92 4,0
21,3 September
2010 1
11 5,28
± 4,93 5,8
14,3 2
11 6,94
± 3,63 6,3
11,0 3
11 9,58
± 3,51 4,3
15,3 Januari
2011 1
11 5,59
± 3,35 2,7
8,7 2
11 6,70
± 3,69 5,0
10,7 3
11 8,00
± 3,23 3,5
14,2 Mei
2011 1
11 3,41
± 3,49 4,0
8,7 2
11 3,70
± 4,34 6,5
9,8 3
11 5,89
± 1,90 3,2
9,0
Keterangan : n : Jumlah transek kuadrat SD : Standar deviasi
Tinggi kanopi didefinisikan sebagai tinggi di atas dasar permukaan laut, yaitu 80 dari tunas lamun Duarte 2001. Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa
rata-rata tinggi kanopi yang diperoleh bervariasi. Pada transek garis 1 kanopi paling tinggi terdapat pada bulan Juni 2010 dan yang terendah terdapat pada bulan Mei
2011, sedangkan pada transek garis 2 dan 3, kanopi paling tinggi terdapat pada bulan September 2010 dan yang paling rendah pada bulan Mei 2011, Tinggi
maksimal dan minimal kanopi yang dapat dicapai lamun berbeda-beda tergantung jenisnya.
e. Persen Penutupan Epifit Pada Lamun Pulau Harapan
Persen penutupan epifit pada lamun Pulau Harapan dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.
Tabel 14. Persen penutupan epifit lamun Pulau Harapan
Bulan Transek
Garis n
Penutupan Epifit Rata-rata
SD Minimal Maksimal
Juni 2010
1 11
23,36 ± 27,23
8 81
2 11
19,09 ± 22,90
1 72
3 11
33,82 ± 30,41
4 90
September 2010
1 11
15,00 ± 23,56
1 76
2 11
37,82 ± 31,51
18 95
3 11
24,00 ± 15,86
1 49
Januari 2011
1 11
36,64 ± 32,73
3 90
2 11
19,36 ± 22,09
1 64
3 11
27,36 ± 25,10
1 86
Mei 2011
1 11
21,82 ± 31,85
14 81
2 11
29,09 ± 36,18
40 80
3 11
31,18 ± 36,29
1 81
Keterangan : n : Jumlah transek kuadrat SD : Standar deviasi
Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa rata-rata persen penutupan epifit pada pulau Pramuka bervariasi setiap bulannya. Pada transek garis 1 persen penutupan
tertinggi terdapat pada bulan Januari 2011 dan yang paling rendah pada bulan September 2010, pada transek garis 2 persen penutupan tertinggi terdapat pada bulan
September 2010 dan yang terendah terdapat pada bulan Juni 2010, sedangkan pada transek garis 3 persen penutupan tertinggi terdapat pada bulan Juni 2010 dan yang
terendah terdapat pada bulan September 2010. Daun lamun sering terdapat kelimpahan epifit yang paling melimpah, karena lamun memiliki substrat stabil
dengan akses cahaya, nutrien dan pertukaran air. Kekayaan jenis dan variasi epifit lamun bergantung pada spesies, sebagaimana kondisi lingkungan dan tipe habitat
contohnya kedalaman.
4.3. Biomassa Lamun di Pulau Pramuka dan Pulau Harapan
Biomassa lamun dibedakan atas biomassa di atas substrat above-ground biomass dan biomassa di bawah substrat below-ground biomass. Biomasssa daun
dinyatakan dalam gram berat kering per satuan unit luas gbkm
2
. Nilai biomassa lamun pada kedua pulau dapat dilihat pada Tabel 15 dan Gambar 9.
Tabel 15. Biomassa lamun di Pulau Pramuka dan Pulau Harapan gbkm
2
Transek Garis
Pramuka Harapan
Atas Bawah
Atas Bawah
1 125,47
172,97 48,65
80,47 2
40,15 74,85
15,86 62,45
3 23,96
65,31 23,57
52,11 Rata-rata
63,19 104,37
29,36 65,01
Keterangan : gbkm
2
= gram berat kering per meter persegi
Gambar 9. Biomassa lamun di Pulau Pramuka dan Pulau Harapan
Berdasarkan hasil pengukuran biomassa lamun di Pulau Pramuka dan Pulau Harapan dapat dilihat bahwa rata-rata biomassa lamun pada Pulau Pramuka
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan Pulau Harapan. Hal ini disebabkan pada Pulau Pramuka jenis lamun yang ditemukan memiliki morfologi
tubuh yakni daun, rimpang, dan akar yang lebih besar dan penutupan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Harapan sehingga berpengaruh terhadap nilai
biomassa lamun tersebut. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi, yaitu jenis lamun yang berbeda ditiap lokasi, komposisi partikel substrat, kondisi lingkungan
seperti kandungan nutrien dan kecepatan arus. Jenis lamun yang ditemukan di Pulau Pramuka berbeda dengan Pulau Harapan dan komposisi jenis dari kedua pulau ini
memiliki nilai yang berbeda pula tiap jenisnya. Komposisi substrat dan kecepatan arus juga mempengaruhi ukuran akar dan rimpang dari tumbuhan lamun. Menurut
Azkab 2007, padang lamun yang padat rapat menyebabkan biomassanya lebih
63.19
29.36 104.37
65.01
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
120.00
Pramuka Harapan
g bk
m 2
Atas Bawah
tinggi, begitu pula dengan jenis lamun yang mempunyai ukuran daun dan rhizoma yang lebih besar akan menyebabkan biomassanya lebih tinggi.
Nilai biomassa lamun kedua pulau tersebut sesuai dengan Kuriandewa 2009 yang menyatakan bahwa nilai rata-rata biomassa lamun pada umumnya
berkisar antara 1 gbkm
2
-2479 gbkm
2
. Gambar 9 di atas menjelaskan bahwa biomassa lamun yang berada di bawah substrat pada kedua pulau lebih tinggi
dibandingkan dengan yang berada di atas permukaan substrat. Nilai ini menandakan bahwa bagian tumbuhan lamun yang berada di bawah subtrat lebih besar
dibandingkan dengan bagian atas permukaan substrat. Hal ini disebabkan oleh tumbuhan lamun lebih banyak menyerap nutrien dari substrat dibandingkan dari
kolom perairan. Menurut Erftemeijer 1993 in Dahuri 2003 menyatakan bahwa lamun mengambil ± 90 nutrien untuk pertumbuhannya melalui sistem perakaran.
Hal ini juga dipengaruhi oleh jenis substrat pada kedua pulau yang betipe pasir sehingga dibutuhkan akar dan rimpang yang besar dan kuat untuk dapat bertahan
dari arus dan gelombang.
4.4. Transplantasi Lamun di Pulau Pramuka dan Pulau Harapan 4.4.1. Transplantasi lamun di Pulau Pramuka
a. Tingkat keberhasilan unit transplantasi lamun di Pulau Pramuka