Transplantasi lamun di Pulau Harapan a.

b. Laju pertumbuhan lamun transplantasi di Pulau Pramuka

Laju pertumbuhan lamun transplantasi diketahui dengan cara mengukur pertumbuhan panjang daun. Pertumbuhan panjang daun yang dimaksud adalah selisih antara panjang daun yang tumbuh waktu penandaan awal dengan penandaan akhir pada interval waktu yang telah ditentukan. Pengukuran pertumbuhan daun lamun transplantasi dibedakan berdasarkan jenis lamun dan ukurannya. Tabel 17. Laju pertumbuhan lamun transplantasi di Pulau Pramuka mmhari Spesies Laju pertumbuhan daun mmhari Rata-rata Kisaran Thalassia hemprichii 0,78 0,06 - 1,78 Cymodocea Serrulata 0,77 0,33 - 1,11 Cymodocea rotundata 0,89 0,33 - 1,44 Enhalus acoroides 4,89 1,19 - 14,29 Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa jenis Enhalus acoroides memiliki rata- rata dan kisaran laju pertumbuhan daun yang lebih besar dibanding dengan jenis lamun lainnya yaitu 4,98 mmhari dan 1,19 - 14,29 mmhari. Hal ini karena Enhalus acoroides memiliki morfologi tubuh yakni daun, rimpang, dan akar yang lebih besar dari tiga jenis lamun lainnya. Disamping itu, Enhalus acoroides di transplantasi dengan metode yang berbeda dengan tiga jenis lainnya yaitu menggunakan metode Spring anchor. Sedangkan tiga jenis lainnya di transplantasi menggunakan metode Polybags. Kemampuan lamun untuk tumbuh pada setiap metode berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh lokasi, faktor lingkungan perairan, ketersediaan nutrien dan waktu penanaman.

4.4.2. Transplantasi lamun di Pulau Harapan a.

Tingkat keberhasilan unit transplantasi lamun di Pulau Harapan Upaya transplantasi lamun yang dilakukan di kawasan rehabilitasi Pulau Harapan juga menggunakan dua metode yang sama pada Pulau Pramuka yaitu metode Polybags dan metode Spring anchor. Tingkat keberhasilan unit transplantasi adalah jumlah unit dari tiap metode pada waktu penanaman awal dan penanaman akhir pada interval waktu yang telah ditentukan. Dari tabel 18 dapat dilihat tingkat keberhasilan unit transplantasi lamun di Pulau Harapan, yaitu metode Polybags sebesar 2 dan metode Spring anchor sebesar 53. Tabel 18. Persen keberhasilan unit transplantasi di Pulau Harapan Metode Jumlah unit transplantasi Tingkat keberhasilan Awal Akhir Polybags 50 1 2 Spring anchor 100 53 53 Tingkat keberhasilan yang diperoleh untuk metode Polybags sangat rendah sekali, dibandingkan dengan hasil penelitian Khotib 2010 tingkat keberhasilan yang diperoleh adalah sebesar 71,13. Metode Polybags ini memiliki tingkat keberhasilan yang paling tinggi dibanding metode lainnya. Perbedaaan yang sangat drastis pada persen keberhasilan unit tranplantasi ini dipengaruhi oleh rentang waktu penelitian yang sangat lama, yaitu dari Juni 2010-Januari 2011, sedangkan penelitian Khotib 2010 dari Maret 2009-Mei 2009. Waktu penelitian sangat mempengaruhi karena semakin lama waktu maka faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam transplantasi lamun juga semakin banyak, beberapa diantaranya yaitu substrat, salinitas, suhu, cahaya, arus perairan, pH dan nutrien. Sementara kondisi ketahanan lamun semakin menurun setiap bulannya. Berdasarkan hal di atas, juga diketahui bahwa waktu atau musim penanaman yang tepat di Pulau Harapan adalah pada bulan Maret-Mei, sedangkan pada bulan Juni-Januari tidak cocok dilakukan transplantasi dengan menggunakan metode Polybags ini. Di samping itu, jumlah unit transplantasi yang ditanam jauh lebih banyak sehingga terjadi perebutan nutrien untuk pertumbuhan lamun. Transplantasi dengan menggunakan metode Spring anchor memiliki tingkat keberhasilan yang lebih besar yaitu sebesar 53. Hal ini berarti metode transplantasi ini cukup cocok digunakan pada Pulau Harapan dan untuk jenis lamun Enhalus acoroides. Tingkat keberhasilan beberapa jenis lamun yang transplantasi dengan menggunakan metode Polybags di Pulau Harapan dapat dilihat pada Gambar 14 dan Gambar 15. Gambar 14. Tingkat keberhasilan transplantasi lamun menggunakan metode Polybags Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa ketiga jenis lamun transplantasi yaitu Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata dan Cymodocea rotundata mengalami penurunan yang drastis. Penyebab terjadinya hal ini adalah pada saat proses transplantasi berlangsung, terjadi kerusakan pada pagar pembatas kawasan rehabilitasi sehingga lamun yang di transplantasi pada lokasi yang berdekatan dengan pagar pembatas tersebut juga ikut rusak, tidak dapat tumbuh dengan baik, dan lama kelamaan mati. Pada grafik Gambar 14 dapat dilihat bahwa hanya jenis Thalassia hemprichii yang dapat bertahan sampai bulan Januari 2011 dengan persentase yang sangat kecil yaitu 2. Pertumbuhan lamun transplantasi dapat dilihat dari jumlah unit, jumlah tanaman dan jumlah daun lamun transplantasi Gambar 15. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Th Cs Cr Th Cs Cr Th Cs Cr Jun-10 Sep-10 Jan-11 SR Keterangan : Th = Thalassia hemprichii Cr = Cymodocea rotundata Cs = Cymodocea serrulata Hp = Halodule pinifolia Hu = Halodule uninervis Gambar 15. Grafik unit, jumlah tanaman, dan jumlah daun lamun transplantasi menggunakan metode Polybags Dilihat dari jumlah unitnya, lamun tansplantasi mengalami penurunan yang berturut-turut dari Juni, September 2010 sampai Januari 2011 yaitu 50, 23 dan 1 unit. Penurunan ini terjadi akibat pengaruh dari kondisi lingkungan perairan di antaranya yaitu arus perairan, substrat dan kedalaman akar lamun dalam polybags yang terbenam ke dalam substrat. Dilihat dari jumlah tanaman dan jumlah daun lamun transplantasi membentuk pola yang sama Gambar 15, dimana pada Juni 2010 ke September 2010 mengalami kenaikan dan dari September 2010 ke Januari 2011 mengalami penurunan untuk jenis Cymodocea serrulata, dan kedua jenis lainnya mengalami 50 23 1 20 40 60 Unit Unit Transplantasi Juni 2010 September 2010 Januari 2011 89 51 1 22 27 94 19 20 40 60 80 100 Jun-10 Sep-10 Jan-11 Teg a k a n Jumlah Tanaman Thalassia hemprichii Cymodocea serulata Cymodocea rotundata 156 154 4 20 96 88 55 50 100 150 Jun-10 Sep-10 Jan-11 L em ba r Jumlah Daun Thalassia hemprichii Cymodocea serulata Cymodocea rotundata penurunan. Namun dari ketiga jenis lamun transplantasi, Thalassia hemprichii yang mampu bertahan sampai Januari 2011, sedangkan kedua jenis lainnya mati. Penurunan jumlah tanaman dan jumlah daun lamun transplantasi pada September 2010 ke Januari 2011 untuk ketiga jenis tersebut, diduga karena pengaruh pola musim dan kondisi lingkungan perairan yang tidak mendukung pertumbuhan lamun transplantasi. Tingkat keberhasilan jenis lamun Enhalus acoroides yang transplantasi dengan menggunakan metode Spring anchor di Pulau Harapan dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. Gambar 16. Tingkat keberhasilan transplantasi lamun Enhalus acoroides menggunakan metode Spring anchor 100 53 20 40 60 80 100 1 2 SR Pengamatan ke- Gambar 17. Grafik jumlah tanaman dan jumlah daun Enhalus acoroides menggunakan metode Spring anchor Dari pengamatan pertama ke pengamatan kedua terjadi penurunan tingkat keberhasilan sebesar 47. Penurunan ini terjadi karena pada saaat awal lamun tersebut membutuhkan adaptasi terhadap substrat baru, karena di Pulau Harapan belum terdapat jenis lamun Enhalus acoroides. Diduga penurunan ini terjadi disebabkan adanya perebutan nutrien zat-zat hara yang tersedia diperairan tersebut dengan jenis lamun alami yang terdapat di sekitarnya. Pertumbuhan lamun transplantasi dapat dilihat dari jumlah tegakan dan jumlah lembar daun lamun transplantasi Gambar 17. Dari grafik tersebut sebenarnya dapat kita lihat bahwa grafik jumlah tegakan dan jumlah lembar daun lamun transplantasi membentuk pola yang sama dengan grafik tingkat keberhasilan Gambar 16. 100 53 20 40 60 80 100 1 2 T eg a k a n Pengamatan ke- Jumlah tanaman 300 159 50 100 150 200 250 300 350 1 2 L em ba r Pengamatan ke- Jumlah daun

b. Laju pertumbuhan lamun transplantasi di Pulau Harapan