3.3. Penentuan Posisi Stasiun
Lokasi  penelitian  mengenai  struktur  komunitas  lamun  dilakukan  pada kawasan  rehabilitasi  dengan  luas  50  x  50  m
2
.  Kawasan  rehabilitasi  ini  merupakan lokasi  monitoring  permanen  yang  terdapat  di  Pulau  Pramuka  dan  Pulau  Harapan,
Kepulauan  Seribu.  Penentuan  stasiun  untuk  transplantasi  ditentukan  berdasarkan kondisi  kawasan  yang  memiliki  padang  lamun  akan  tetapi  telah  mengalami
kerusakan. Pengamatan kondisi komunitas lamun dilakukan dengan menetapkan tiga transek  garis  metode  seagrass  watch,  sedangkan  untuk  kegiatan  transplantasi
lamun dilakukan di sekitar kawasan rehabilitasi.
3.4. Pengukuran Parameter Fisika-Kimia 3.4.1. Suhu
Suhu  perairan  diukur  menggunakan  termometer  air  raksa  dengan  cara dicelupkan  kedalam  perairan,  kemudian  suhu  dilihat  di  dalam  perairan  untuk
mencegah  berubahnya  suhu  apabila  pengukuran  dilakukan  di  luar  air.  Pengamatan ini dilakukan sebanyak tiga kali ulangan pada tiap stasiun.
3.4.2. Salinitas
Dalam  pengukuran  salinitas  alat  yang  digunakan  berupa  refraktrometer. Pertama  yang  dilakukan  adalah  refraktrometer  dikalibrasi  dengan  menggunakan
akuades serta dibersihkan dengan tisu. Sampel air laut disiapkan dan diteteskan pada alat  serta  dilihat  nilai  S  pada  jendela  refraktrometer  kemudian  dicatat  nilainya.
Pengukuran salinitas dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
3.4.3. Kedalaman
Kedalaman  perairan  diukur  dengan  menggunakan  tongkat  berskala  pada setiap  transek  kuadrat  dengan  satuan  cm.  Tongkat  dicelupkan  ke  dalam  perairan
sampai menyentuh, lalu diperoleh nilai kedalaman.
3.4.4. Kecerahan
Kecerahan  perairan  biasanya  diukur  secara  visual  dengan  menggunakan secchi  disk.  Namun  karena  perairan  termasuk  dangkal  dan  masih  dapat  terlihat
sampai  ke  dasar,  maka  kecerahan  perairan  diukur  secara  visual  dengan  mengamati kondisi perairan sampai ke dasar.
3.4.5. Substrat
Pengambilan  substrat  dilakukan  dengan  menggunakan  corer  yang berdiameter 10 cm, kemudian sampel substrat yang didapatkan dimasukkan kedalam
plastik  sampel  yang  sudah  diberi  nomor  dan  dianalisis  nilai  kandungan  C-organik dan  ukuran  partikel  di  Laboratorium  Tanah,  Fakultas  Pertanian,  Institut  Pertanian
Bogor.
3.4.6. Derajat Keasaman pH
Pengukuran  pH  dilakukan  satu  kali  setiap  stasiun  dengan  menggunakan kertas  indikator  pH  yang  dicelupkan  ke  dalam  perairan,  setelah  itu  warna  yang
muncul dicocokkan dengan warna standar yang sudah mempunyai nilai baku.
3.4.7. Oksigen terlarut
Oksigen  terlarut  diukur  dengan  metode  titrasi  winkler  di  lapangan.  Ambil sampel  air  dengan  menggunakan  botol  BOD,  lalu  ditambahkan  1  ml  MnSO
4
dan diaduk  sampai  larut  serta  ditambahkan  1  ml  NaOH+KI  kemudian  diaduk  hingga
terbentuk endapan cokelat sempurna. Setelah itu ditambahkan 1 ml H
2
SO
4
pekat ke dalam larutan hingga endapan tersebut larut selanjutnya diambil sebanyak 50 ml dan
dimasukkan  ke  dalam  Erlenmeyer  serta  dititrasi  dengan  Na-Thiosulfat  hingga berwarna  kuning  muda.  Kemudian  ditambahkan  amilum  hingga  berwarna  biru  dan
dititrasi  kembali  dengan  menggunakan  Na-Thiosulfat  hingga  warnanya  kembali bening. Nilai oksigen terlarut dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
mg O
2
L =
3.4.8. Nutrien