4.1.2. Parameter Kimia a.
Salinitas
Nilai salinitas yang diukur pada Pulau Pramuka berkisar antara 27-30 PSU, sedangkan pada Pulau Harapan salinitasnya sebesar 29 PSU. Menurut keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004, baku mutu parameter salinitas bagi biota laut khususnya tumbuhan lamun berkisar antara 33-34 PSU, namun nilai yang
terukur berada jauh di bawah baku mutu. Perbedaan nilai salinitas ini disebabkan oleh faktor alam yaitu turunnya hujan sehingga mempengaruhi besarnya nilai
salinitas di kedua pulau tersebut. Ada jenis lamun yang memiliki toleransi yang besar terhadap perubahan salinitas euryhaline seperti jenis Thallassia hemprichii
yang memiliki kisaran optimum untuk pertumbuhan antara 24-35 PSU, sehingga jenis ini dapat bertahan hidup di lokasi pengamatan.
b. Derajat Keasaman pH
Nilai derajat keasaman pH hasil pengukuran pada Pulau Pramuka berkisar antara 7,5-8, sedangkan pada Pulau Harapan nilai derajat keasaman pH yang
terukur adalah sebesar 7,5. Nilai ini sesuai dengan baku mutu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 yaitu pH optimal intuk kisaran air laut adalah
7,5-8,5. Menurut Phillips dan Menez 1988, kisaran pH yang baik untuk lamun adalah pada saat pH air normal, yaitu 7,8-8,5 karena pada saat tersebut ion
bikarbonat yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis oleh lamun dalam keadaan melimpah. Sehingga dapat dikatakan bahwa perairan pada kedua pulau tersebut
dapat mendukung kelangsungan hidup lamun.
c. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut atau dissolved oxygen DO adalah jumlah oksigen dalam miligram yang terdapat dalam satu liter air ppt. Oksigen merupakan salah satu
faktor pembatas bagi makhluk hidup terutama bagi organisme laut yang tidak dapat memanfaatkan oksigen bebas secara langsung. Oleh karena itu, oksigen dalam air
ditemukan dalam keadaan terlarut. Berdasarkan pengukuran di lapangan diperoleh kandungan oksigen terlarut dalam perairan Pulau Pramuka sebesar 9,64 mgl,
sedangkan pada Pulau Harapan sebesar 7,63-9,64 mgl. Secara umum kandungan
oksigen terlarut pada kedua pulau telah memenuhi standar baku mutu air untuk biota laut yaitu 5 mgl, sesuai dengan KepMen LH No. 51 Tahun 2004. Kandungan
oksigen terlarut yang tinggi merupakan indikasi aktifnya fotosintesis yang terjadi pada habitat lamun di kedua pulau tersebut. Kandungan oksigen di suatu perairan
tidaklah pernah konstan. Oksigen secara terus menerus diproduksi oleh alga dan tumbuhan akuatik lainnya serta terdifusi oleh angin dan gelombang. Jumlah oksigen
yang dapat diserap oleh perairan berbeda-beda tergantung pada suhu, mineral- mineral terlarut yang ada di air dan elevasi suatu kawasan.
d. Nutrien
Salah satu ciri khas lamun yang membedakan dengan tumbuhan laut lainnya adalah kemampuan menyerap nutrien melalui daun, selain oleh akar. Lamun tidak
memiliki stomata tapi digantikan oleh kehadiran kutikula yang tipis sehingga daun mampu mengabsorbsi nutrien secara langsung dari perairan. Nitrat dan ortofosfat
merupakan salah satu bentuk bahan anorganik, dimana nitrat adalah turunan dari nitrogen sedangkan orthofosfat adalah turunan dari fosfor anorganik terlarut. Seperti
telah diketahui bahwa fungsi nitrogen pada tumbuhan adalah memacu pertumbuhan dan sintesis asam amino dan protein namun karena lamun adalah tumbuhan air maka
nitrogen harus diubah menjadi bentuk anorganik berupa nitrat dan amonium supaya dapat dimanfaatkan.
Kandungan nutrien pada Pulau Pramuka cenderung lebih tinggi dari pada Pulau Harapan. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan lamun transplantasi di
Pulau Pramuka lebih tinggi karena lamun mendapatkan pasokan unsur hara yang cukup.
Nitrat
Besarnya kandungan nitrat di kolom perairan Pulau Pramuka berkisar 0,088- 0,249 mgl, sedangkan di Pulau Harapan sebesar 0,060-0,176 mgl. Nilai ini lebih
besar jika dibandingkan dengan baku mutu yaitu 0,008 mgl KepMen LH No. 51 Tahun 2004. Sehingga kebutuhan lamun untuk membentuk biomassanya dapat
terpenuhi dengan kandungan nitrat di kolom perairan yang mencukupi. Kandungan nitrat di Pulau Harapan lebih rendah dibandingkan dengan Pulau Pramuka.
Perbedaan nilai ini diduga karena kondisi perairan tiap pulau berbeda. Dalam perairan, nitrat yang lebih banyak dimanfaatkan adalah dalam bentuk nitrat
anorganik maupun molekuler, nitrat berperan penting dalam daur nutrien di perairan Romimohtarto dan Juwana 2001. Menurut McKenzie dan Yoshida 2009, di
wilayah pesisir faktor pembatas utama untuk lamun adalah nitrogen.
Orthofosfat
Orthofosfat digunakan oleh tumbuhan lamun dalam proses fotosintesis dan respirasi. Nilai orthofosfat di kolom perairan Pulau Pramuka sebesar 0,018-0,041
mgl dan Pulau Harapan terhitung sebesar 0,010-0,049 mgl. Kedua pulau ini memiliki kandungan orthofosfat dikolom perairan yang lebih besar dari nilai baku
mutu. Tingginya konsentrasi orthofosfat dalam kolom perairan dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan lamun, dan menjadi indikator bahwa perairan pada kedua
pulau tergolong tercemar berupa limbah atau buangan rumah tangga. Menurut Saeni 1989, sumber-sumber fosfat di perairan berasal dari limbah industri, hancuran dari
pupuk, limbah domestik, hancuran bahan organik dan mineral-mineral fosfat.
4.2. Status Komunitas Lamun di Pulau Pramuka dan Pulau Harapan 4.2.1. Komunitas lamun Pulau Pramuka