9 Pengungsian dan kekacauan yang diakibatkan oleh bencana alam dan
juga bencana buatan manusia.
25
4. Daerah Sumber, Transit dan Penerima
Di dunia internasional, Indonesia dikenal sebagai daerah sumber dalam perdagangan orang. Berdasarkan berbagai studi, ditengarai bahwa ada beberapa
propinsi di Indonesia yang utamanya merupakan daerah sumber namun ada beberapa kabupatenkota di propinsi itu yang juga diketahui sebagai daerah
penerima atau yang berfungsi sebagai daerah transit.
26
5. Faktor-Faktor Perdagangan Manusia
Ada sejumlah faktor yang mendorong orang untuk meninggalkan rumah dan menyebabkan mereka menjadi korban perdagangan manusia.
a. Faktor pendorong Faktor-faktor pendorong yang paling umum adalah:
1 Kemiskinan keluarga
2 Mencari pekerjaan
3 Meningkatnya materialisme
4 Konflik keluarga atau keluarga berantakan
5 Bencana alam atau perang
6 Buta hurufketidakpeduliankurangnya kesadaran masyarakat
7 Kurangnya jaringan dukungan komuniti
8 Diskriminasi atas dasar gender danatau kesukubangsaan
25
GENPROM, Preventing Discrimination, Exploitation and Abuse of Women Migrant Workers: An Information Guide, Booklet 6, Trafficking of Women and Girls
, ILO: Geneva, 2002, h. 24.
26
Ibid, h. 5.
9 Ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan, anak laki dan anak
perempuan dalam pendidikan dan pelatihan 10
Kebijakan migrasi yang memilih jenis kelamin tertentu
b. Faktor penarik Faktor-faktor penarik yang paling umum adalah:
1 Permintaan akan tenaga kerja murah dan dapat dieksploitasi
2 Transportasi dan komunikasi yang lebih mudah dan mudah diakses
3 Ekonomi informal dan pasar tenaga kerja yang diperluas
4 Meningkatnya permintaan akan gadis remaja dan pemuda remaja di
rumah-rumah bordil 5
Sifat perdagangan yang beresiko rendah dan banyak untung 6
Lemahnya penegakan hukum dan korupsi di antara pihak yang berwenang.
6. Pelaku Perdagangan Manusia Trafficker
Perdagangan orang melibatkan laki-laki, perempuan dan anak-anak
bahkan bayi sebagai “korban”, sementara agen, calo, atau sindikat bertindak sebagai yang “memperdagangkan trafficker”. Para germo, majikan atau
pengelola tempat hiburan adalah “pengguna”. Termasuk dalam kategori pengguna adalah lelaki hidung belang atau pedofil yang mengencani perempuan dan anak
yang dipaksa menjadi pelacur, atau penerima donor organ yang berasal dari korban perdagangan orang.
Pelaku perdagangan orang trafficker tidak saja melibatkan organisasi kejahatan lintas batas tetapi juga melibatkan lembaga, perseorangan dan bahkan
tokoh masyarakat yang seringkali tidak menyadari keterlibatannya dalam kegiatan
perdagangan orang.
27
Perusahaan perekrut tenaga kerja dengan jaringan agencalo-calonya di daerah adalah trafficker karena memfasilitasi pemalsuan
KTPPaspor serta secara ilegal menyekap calon pekerja migran di penampungan, dan menempatkan mereka dalam pekerjaan yang berbeda atau secara paksa
memasukkannya ke industri seks. a.
Agen atau calo-calo bisa orang luar tetapi bisa juga seorang tetangga, teman, atau bahkan kepala desa, yang dianggap trafficker manakala
dalam perekrutan mereka menggunakan kebohongan, penipuan, atau pemalsuan dokumen.
b. Aparat pemerintah adalah trafficker manakala terlibat dalam
pemalsuan dokumen, membiarkan terjadinya pelanggaran dan memfasilitasi penyeberangan melintasi perbatasan secara ilegal.
c. Majikan adalah trafficker manakala menempatkan pekerjanya dalam
kondisi eksploitatif seperti: tidak membayar gaji, menyekap pekerja, melakukan kekerasan fisik atau seksual, memaksa untuk terus bekerja,
atau menjerat pekerja dalam lilitan utang. d.
Pemilik atau pengelola rumah bordil, berdasar Pasal 289, 296, dan 506 KUHP, dapat dianggap melanggar hukum terlebih jika mereka
memaksa perempuan bekerja di luar kemauannya, menjeratnya dalam libatan utang, menyekap dan membatasi kebebasannya bergerak, tidak
membayar gajinya, atau merekrut dan mempekerjakan anak di bawah 18 tahun.
27
Rosernberg, 2003 dalam Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik
Indonesia, Penghapusan Perdagangan Orang Trafficking in Persons di Indonesia, Jakarta, 2005, h. 7.
e. Calo pernikahan adalah trafficker manakala pernikahan yang diaturnya
telah mengakibatkan pihak isteri terjerumus dalam kondisi serupa perbudakan dan eksploitatif walaupun mungkin calo yang
bersangkutan tidak menyadari sifat eksploitatif pernikahan yang akan dilangsungkan.
f. Orang tua dan sanak saudara adalah trafficker manakala mereka secara
sadar menjual anak atau saudaranya baik langsung atau melalui calo kepada majikan di sektor industri seks atau lainnya atau jika mereka
menerima pembayaran di muka untuk penghasilan yang akan diterima oleh anak mereka nantinya.
g. Orang tua menawarkan layanan dari anak mereka guna melunasi
utangnya dan menjerat anaknya dalam libatan utang. h.
Suami adalah trafficker manakala ia menikahi perempuan tetapi kemudian mengirim isterinya ke tempat lain untuk mengeksploitirnya
demi keuntungan ekonomi, menempatkannya dalam status budak, atau memaksanya melakukan prostitusi.
7. Pengguna