4. Bantuan Manajemen Pengungsi Internal dan Lintas Batas, melalui proyek:
a. Bantuan transportasi transmigrasi lokal bagi para pengungsi Timor-
Timur. b.
Dukungan reintegrasi bagi para pengungsi internal dan komunitas yang terpengaruh melalui pelayanan informasi, konseling dan rujukan
dengan dana reintegrasi – start up, koordinasi dan liaison. c.
Dukungan reintegrasi bagi para pengungsi internal, mereka yang pulang mantan pengungsi, keluarga mereka, dan komunitas setempat
di NAD. 5.
Pengembangan Kapasitas, melalui proyek: a.
Pemantapan polri melalui pengembangan kelembagaan. 6.
Demobilisasi, Demiliterisasi, dan Reintegrasi, melalui proyek: a.
Sosialisasi nota kesepahaman MOU antara GAM dan Pemerintah RI. b.
Pengembangan Kelembagaan dan Bantuan Reintegrasi Mantan anggota GAM.
12. Sorotan Historis Tentang Operasi IOM di Indonesia
2002 Bali Process
IOM memfasilitasi sebuah konferensi tingkat menteri regional tentang penyelundupan
manusia trafficking dan kejahatan transnasional
di Bali. Bali Process ini dimaksudkan untuk mengembangkan
kapasitas nasional dan regional untuk menangani masalah-masalah trafficking dan
penyelundupan manusia.
Kantor IOM di Pontianak dan
Situbondo. IOM membuka kantor cabang Kalimantan
Barat untuk Rehabilitasi Tanah dan Pengembangan Kapasitas bagi Proyek
Pengungsi Madura Land Rehabilitation and Capacity Building for Madurese IDPs
Project Awal Operasi
Organisasi Internasional untuk Migrasi IOM memulai operasinya di Indonesia
melalui pemprosesan para imigran Vietnam di Tanjung Pinang, Riau. Operasi tersebut
langsung diikuti oleh suatu operasi utama lainnya berkaitan dengan pemberian
perawatan, pemeliharaan dan bantuan kepada para pengungsi Timor Timur yang ingin
pulang secara sukarela.
1979 Keanggotaan
Indonesia bergabung secara resmi sebagai Negara Pengamat.
1991 Kesepakatan yang lebih
luas dengan Pemerintah RI
IOM dan Pemerintah Indonesia menandatangani Kesepakatan Kerjasama
Penanganan Imigran Gelap, Pengungsi Lokal IDP, Manajemen Perbatasan, dan Imigrasi
Umum Cooperation Agreement on the Handling of Migrants, Internally Displaced
Persons, Border Management and General Immigration
Kesepakatan tersebut memberikan kepada IOM kebebasan dan
hak-hak yang sama seperti yang diberikan kepada PBB dan perwakilan-perwakilan
khususnya serta status hukum untuk beroperasi di Indonesia.
2000- 2001
Kantor IOM Mataram IOM mendirikan sebuah kantor di Bali untuk
lebih jauh mendukung tujuan utamanya yaitu membantu para pengungsi dan imigran gelap
untuk transmigrasi. Untuk alasan strategis, IOM memindahkan kantor ini ke Mataram
pada akhir tahun.
Kesepakatan dengan Pemerintah RI
Sebuah Nota Kesepahaman Memorandum of Understanding
ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dengan IOM untuk
menangani masalah-masalah berkatan denagn pengungsian penduduk akibat
kejadian-kejadian di Timor Timur.
Kantor IOM di Jakarta IOM mendirikan sebuah kantor penghubung
liaison office di Jakarta. IOM Indonesia
mulai bekerja dengan POLRI dan Imigrasi untuk memastikan agar semua imigran
diberikan diberikan hak-hak asasi manusianya yang dasar.
Kantor IOM di Kupang IOM mendirikan sebuah kantor di Kupang
untuk membantu para pengungsi Timor Timur dan Timor Barat dalam pengungsian
dan relokasinya.
1999 Sorotan Historis
tentang operasi IOM di Indonesia
Kantor IOM Banda Aceh mulai beroperasi untuk membantu para pengungsi lokal akibat
konflik internal di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD.
Hak Asasi Manusia Kerjasama dengan Departemen Keadilan dan
HAM dimulai untuk memperbaiki perlindungan terhadap para pengungsi lokal
melalui pengembangan kapasitas. IOM juga mendukung didirikannya sebuah perbatasan
yang berfungsi penuh antara Timor Timur dan Timor Barat.
2003 Dukungan Bagi Pemilu
IOM memberikan dukungan administratif dan logistik kepada Misi Pemantauan Pemilu
dari Uni Eropa European Union’s Election Observation Mission
selama Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden tahun 2004 di
Indonesia.
2004 Bantuan Darurat
Tsunami Operasi IOM di Indonesia berkembang pesat
setelah bencana pada tahun 2004. IOM satu- satunya Organisasi Internasional yang
beroperasi di 15 daerah yang terkena dampak konflik di provinsi NAD pada saat bencana
terjadi. Kepakaran IOM dalam memberi bantuan selama bencana dan hubungan
kerjanya dengan pemerintah Indonesia serta mitra dari organisasi-organisasi non
pemerintah telah memampukan IOM untuk memberikan tanggapan langsung pada krisis
kemanusiaan tersebut. Proyek Kepolisian
IOM memprakarsai Program Reformasi Kepolisian yang memfasilitasi usaha POLRI
untuk mengembangkan suatu lembaga penegak hukum yang didasarkan pada
prinsip-prinsip demokrasi, penghormatan pada HAM dan pemerintahan berdasarkan
hukum, pelatihan HAM dan kepolisian masyarakat telah diadakan untuk mendukung
usaha tersebut.
2005 Counter Trafficking
Sebagai lanjutan dari Bali Process, sebuah program percontohan telah diluncurkan
untuk mendukung usaha-usaha penegakan hukum untuk memerangi trafficking
manusia. Selain itu, dalam koordinasi dengan Pemerintah RI, IOM meluncurkan program
counter trafficking
yang lebih luas denagn tujuan untuk mencegah trafficking manusia,
khususnya perempuan dan anak. Dalam hal ini klien bekerjasama dengan RS. POLRI.
BAB V TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Klien dan Sampling Kasus Ringan, Sedang, Berat
Hidup di tempat asing tanpa jaminan kesejahteraan, kehilangan rasa aman, terjebak dalam siklus kekerasan, adalah bagian dari tekanan kehidupan para
korban trafiking. Kegagalan dalam beradaptasi terhadap tekanan kehidupan tersebut akan memicu munculnya berbagai bentuk gangguan kejiwaan. Kesulitan
beradaptasi dengan lingkungan barunya, karena para pekerja migran korban trafiking memang tidak dipersiapkan dengan baik untuk menjalani kehidupan di
negeri tujuan. Perempuan yang bekerja di sektor domestik, paling rawan untuk mendapatkan perlakuan semena mena. Penyiksaan, pelecehan seksual, dan
perkosaan terhadap pembantu rumah tangga. Perempuan dan anak korban trafiking adalah kelompok yang paling rawan
mengalami berbagai bentuk penganiayaan, baik secara fisik, emosional maupun seksual. Seringkali mereka tidak mampu keluar dari siklus kekerasan yang
menjebaknya. Sedangkan menurut data statistik CTU IOM pada bulan Maret 2005 hingga Januari 2007, disebutkan bahwa kebanyakan dari korban trafficking
mengalami gangguan depresi yakni mencapai 75,5 lalu disusul dengan gangguan kecemasan Anxiety 45 , perubahan perilaku 21 , PSTD 18,2
dan gangguan psikiatrik 14 data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Data statistik CTU IOM Maret 2005 sampai dengan Januari 2007
menunjukkan bahwa mayoritas bentuk eksploitasi yang diterima korban perdagangan manusia adalah eksploitasi tenaga kerja yakni dipekerjakan sebagai