Pola Pendanaan Hubungan Lembaga Dengan Masyarakat Sekitar Kedudukan Lembaga Dalam Jaringan Kerjasama Antar Lembaga Kesejahteraan Sosial.

keperluan pasien seperti peralatan mandi, pakaian dalam, sabun cuci termasuk sandal jepit. Sebagai informasi tambahan seluruh petugas keamanan di CTU IOM ini adalah perempuan sesuai dengan klien yang ditangani lembaga ini. Selain tim inti di atas CTU IOM pun memiliki tim ahli dari beberapa profesi pendukung lain sesuai dengan kebutuhan klien yang ditangani yaitu psikiater, psikologi klinis, penasehat hukum, konsultan epidemologis penyakit menular, dokter kebidanan, dokter anak, interpreter translator penerjemah, manager fasilitas dan staf pendukung teknis lainnya.

6. Pola Pendanaan

Pendanaan IOM mengikuti asas desentralisasi, dimana dana dari funding tersebut diberikan pada masing-masing project IOM seperti RPM Population, Refugees and Migration, New Zealand Aid, IOM Jepang dan USA untuk korban trafiking dewasa. Sedangkan untuk anak-anak dari Enable dan Save The Children dan DMA Department Imigrasi dan Multikultural Migrant. Metode Proyektisasi digunakan oleh IOM serupa dengan pembebanan biaya berdasarkan kegiatan, dimana pola penggunaan biaya staf dan kantor terkait dengan implementasi sebuah proyek dan melalui sebuah konsep alokasi waktu. Setiap kegiatan IOM diberi sebuah kode proyek tersendiri. Setiap proyek dikelola oleh seorang project manager untuk memastikan proyek-proyek dipantau secara bertanggung jawab, transparan dan efisien.

7. Peranan Lembaga

IOM memiliki peran dalam menangani masalah yang berkaitan dengan upaya pemprosesan. Dimulai dari Identifikasi, Pemulihan, Pemulangan, dan Reintegrasi. a. Identifikasi. Pada tahap ini, staf IOM melakukan screening terhadap calon klien, setelah klien discreening, dan ternyata klien adalah korban trafficking , maka klien akan ditempatkan di shelter. Di shelter, kemudian klien di interview dan dibuat case recordnya. Jenis bantuan yang diterima klien pada tahap ini adalah: 1. Pengidentifikasian klien apakah termasuk korban trafiking atau tidak. 2. Bantuan Transportasi 3. Akomodasi Sementara. Bersama dengan organisasi-organisasi non pemerintah LSM, organisasi keagamaan, dan staf pemerintahan, IOM akan mengindentifikasi korban-korban trafiking yang mencari bantuan untuk meninggalkan lingkungan eksploitatif mereka. b. Pemulihan . Pemulihan adalah upaya pemberian akomodasi yang menjamin keselamatan, keamanan dan pemberian dukungan bagi klien. Tahap ini klien mendapatkan penanganan peredaan stres yang dilakukan oleh Psikolog dan Pekerja Sosial. Setelah korban trafiking diidentifikasi, mereka akan menjalani pemeriksaan dan perawatan medis dan psikososial di Pusat Pemulihan Medis PPM di Jakarta atau Surabaya, di Pontianak atau tempat lain tergantung pada posisi korban daerah asalnya. Di Jakarta PPM dipusatkan di Rumah Sakit Kepolisian Pusat R.S. Sukanto, Kramat Jati, namun akan menyediakan pelayanan kepada korban trafiking dari segala penjuru Indonesia maupun korban yang dipulangkan dari luar negeri. Korban diberi informasi mengenai kondisi dan pilihan mereka, dan seluruh perawatan akan dilandasi oleh persetujuan mereka. Satu hal yang penting ialah korban dapat memperoleh perawatan medis yang lengkap dan komprehensif. Selama menerima perawatan medis, korban akan tinggal di PPM Pusat Pelayanan Medis. Instalasi ini akan memiliki ruangan konseling dimana para staf akan melayani terapi konseling baik pribadi maupun kelompok, pendidikan kesehatan reproduksi, dan memfasilitasi korban untuk menyusun rencana masa depan termasuk rencana pekerjaan dan keterampilan apa saja yang dibutuhkan. Jenis bantuan yang diterima klien pada tahap ini adalah; 1. Akomodasi sementara di shelter PPT PPM RS. POLRI Sukanto. 2. Bantuan Medis, termasuk pemeriksaan medis secara umum seperti ginekologi, psikiatri, gigi, skrining Penyakit Menular Seksual HIV, Hepatitis B, Syphilis, Chlamydia, Herpes, Vaginal Swab untuk pemeriksaan jamur, trichomonas juga rujukan ke dokter spesialis lainnya. Adapun secara rinci pelayanan yang disediakan adalah: Layanan Kesehatan Jangka Pendek Lebih dari 72 Jam atau 2-3 Minggu a. Mengadakan wawancara, mengumpulkan data klinis dan non klinis penilaian kesehatan = mengumpulkan informasi, validasi pengecekan, mengorganisir, merekam dan mengkomunikasikan data, Uji medis b. Manajemen krisis dan stres tekanan c. Panduan informasi semua staf d. Rujukan jika dibutuhkan dan memungkinkan Layanan Kesehatan Jangka Menengah 2 hingga 3 Bulan a. Mengadakan wawancara optional pilihan jika berbeda fasilitasnya b. Penilaian kesehatan = mengumpulkan informasi, validasi pengecekan, mengorganisir, merekam dan mengkomunikasikan data, uji medis. c. Prosedur diagnosa: Medis, skrining dan diagnosa psikiatrik, tes psikologis, diagnosa perawatan d. Psikoterapi ringan e. Rujukan Layanan Kesehatan Jangka Panjang Lebih dari 3 Bulan a. Mengadakan wawancara b. Penilaian kesehatan lanjutan c. Prosedur Diagnosa d. Layanan konseling dan Psikoterapi e. Konseling pelatihan keterampilan f. Menciptakan dan mengatur program-program sosial berskala kecil g. Rujukan 2. Konseling Psikologi. 3. Konseling Sosial, baik secara individu ataupun kelompok 4. Penyuluhan Sosialisasi dan juga pemutaran film tentang seluk beluk trafficking , penyuluhan tantang kesehatan reproduksi, HIV AIDS, dll. 5. Rekreasi yang dilakukan setiap sebulan sekali yang difasilitasi oleh pekerja sosial.

c. Pemulangan. Pada tahap ini klien telah menerima upaya-upaya

pemulihan, setelah klien sudah membaik dari segi bio psikososialnya dan juga lingkungan klien pun mau menerima klien kembali, maka klien dipulangkan ke rumahnya, diantar sampai tujuan dengan selamat. Setelah korban dilepaskan dari pusat-pusat pemulihan, mereka akan dipulangkan ke daerah asalnya. Tindakan pemulangan ini bersifat sukarela dan atas persetujuan korban. Apabila korban tidak berkeinginan untuk pulang, IOM akan mengupayakan penyediaan sarana hidup sementara yang dikelola dengan suasana kekeluargaan bekerjasama dengan organisasi non pemerintah LSM atau organisasi keagamaan yang tepat. Jenis bantuan yang diberikan untuk klien pada tahap ini adalah: 1. Mendampingi pemulangan korban sampai ke tempat tujuan 2. Akomodasi selama transit di suatu tempat 3. Bantuan transportasi mulai dari shelter sampai dengan klien sampai ke tempat tinggalnya.

d. Reintegrasi. Tahap ini tidak sama dengan tahap pemulangan, melainkan

pada tahap ini klien dibantu untuk meneruskan hidupnya secara normal. Tahap ini berguna untuk mengantisipasi agar klien tidak tertrafik kembali menjadi korban trafiking. Pada tahap ini klien dibantu untuk membuat keputusan sebagai strategi pemecahan masalah. Keputusan ini berhubungan dengan rencana klien setelah kembali ke keluarganya seperti apakah klien ingin melanjutkan sekolah, kursus keterampilan ataupun membuka usaha sendiri. IOM akan membantu klien dalam bidang finansial maupun konseling untuk memperbaiki kehidupan klien. Pada tahap ini staf harus membangun jaringan dengan providers penyedia layanan sosial seperti NGO lokal, organisasi keagamaan ataupun pihak-pihak yang dapat membantu proses reintegrasi klien ke lingkungan sosialnya. Karena itu, pada tahap ini, IOM tidak akan melepaskan klien begitu saja, namun klien akan dirujuk kepada NGO lokal yang berada di sekitar tempat tinggal klien. NGO lokal tersebut yang akan melakukan monitoring kegiatan ataupun usaha klien dan juga melaporkan perkembangan klien kepada IOM sehingga proses reintegrasi klien dapat mencapai hasil yang maksimal. Hasil monitoring tersebut akan IOM evaluasi untuk dipertanggung jawabkan. Adapun bentuk kegiatan Reintegrasi terdapat pada lampiran. Jenis bantuan yang diberikan untuk klien pada tahap ini adalah: 1. Bantuan tampat tinggal 2. Konseling untuk pekerjaan pendidikan 3. Kursus keterampilan 4. Bantuan hukum untuk masalah-masalah sipil.

8. Hubungan Lembaga Dengan Masyarakat Sekitar

IOM bekerja sama dengan masyarakat hingga tingkat internasional untuk membantu memajukan dalam menjawab tantangan-tantangan operasional migrasi; memajukan pemahaman tentang isu-isu migrasi; mendorong pembangunan sosial dan ekonomi melalui migrasi, dan berupaya menciptakan penghormatan yang efektif terhadap martabat kemanusiaan dan kesejahteraan hidup para migran.

9. Kedudukan Lembaga Dalam Jaringan Kerjasama Antar Lembaga Kesejahteraan Sosial.

Bekerjasama dengan Rumah Sakit Kepolisian Pusat Sukanto Jakarta, IOM menyediakan bangsal khusus untuk korban trafficking atau buruh migran yang terindikasi kuat menjadi korban trafficking. Ada dua tempat pelayanan korban trafficking oleh IOM Jakarta yaitu di Pusat Polri yang juga merupakan pusat pelayanan bagi korban kekerasan rumah tangga dan perkosaan yang disediakan oleh RS Polri sendiri serta sebuah bangsal yang dirahasiakan. Lembaga yang aktif dalam identifikasi korban adalah Imigrasi, Polisi, Departemen Sosial, LSM dan FBO Faith Based Organization organisasi keagamaan. Dalam melaksanakan strateginya, selain bekerjasama dengan lembaga diatas, IOM juga bekerjasama dengan NGO internasional lain, yaitu ICMC, yang juga merupakan salah satu NGO internasional yang menangani trafficking, dan NGO Internasional Save The Children, bidang yang menangani permasalahan di bidang anak, salah satunya anak-anak yang terkena korban trafiking. IOM juga bekerjasama dengan NGO lokal sebagai tempat rujukan klien seperti RPSA DEPSOS Ciracas, PPSW Jakarta, Rumah Kita Cinere, Genta Surabaya, SBMI, Kasih Puan Batam dan NGO lain sesuai dengan wilayah penanganan IOM di seluruh Indonesia. Di samping itu layanan-layanan berikut diberikan kepada korban: a. Transportasi b. Penampungan c. Konseling tentang pekerjaan dan atau pendidikan dan pelatihan keahlian kerja. d. Pendampingan hukum di bidang perdata perceraian, pemulihan hak milik, tanggung jawab sipil e. Konsultasi hukum bagi korban yang berperan sebagai saksi dalam kasus pidana. f. Pemulihan dokumen yang hilang seperti paspor atau KTP. Para pasien yang memilih untuk tidak kembali ke tempat asal mereka ditempatkan di bawah naungan sebuah organisasi unuk membantu mereka memenuhi kebutuhan mata pencaharian hidup mereka. Pusat-pusat pemulihan menawarkan: a. Perawatan medis secara komprehensif b. Konseling psikologis c. Dukungan sosial d. Tempat tinggal sementara e. Program pendidikan tentang kesehatan reproduksi dan tentang perdagangan manusia human trafficking. f. Kegiatan rekreasi g. Bantuan reintegrasi menurut kebutuhan klien.

10. Perangkat Pendukung

Dokumen yang terkait

Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku wholesaler bahan bangunan dalam membeli dan strategi pemasaran atap metal ( studi kasus PT. “X” di Sumatera Utara )

1 75 119

KEKERASAN DALAM PACARAN(Studi tentang faktor penyebab, dinamika antar faktor dan faktor palingdominan pada pelaku sekaligus korban

2 13 2

Analisis perkembangan jumlah tabungan deposito berjangka dan faktor faktor yang mempengaruhi di BRI unit Sempusari, Jember tahun 1995-1999

0 5 61

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan merk (brand switching )pada konsumen biore facial foam facial fit-expert : studi kasus pada perempuan di daerah ciputat

2 22 310

Pengaruh dukungan sosial, loneliness, dan trait kepribadian terhadap gejala depresi narapidana remaja di lembaga pemasyarakatan

1 43 135

Mekanisme dan tata cara pembelian, penjualan kembali dan pengalihan unit penyertaan perusahaan reksadana syariah : studi kasus pt.bni sekurities investment management

0 6 86

Analisis faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi margin pembiayaan Murabahah : studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk

3 17 136

Tinjauan hukum islam mengenai perlindungan hukum terhadap perempuan korban perdagangan menurut undang-undang No.21 tahun 2007

0 9 113

Trafficking dan prostitusi : studi kasus Gang Dolly Surabaya

2 17 61

Pengaruh good corporate governance : GCG terhadap kinerja keuangan perbankan syariah : studi kasus pada BANK umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia periode 2010-2013

0 24 0