15
timur. Semakin besarnya gradien suhu antara timur-barat membangkitkan angin baratan yang bertiup dari Pasifik barat ke bagian timurnya. Bertiupnya angin
baratan ini menambah kuatnya perbedaan suhu atau makin bertambahnya suhu di bagian timur Pasifik. Sirkulasi tersebut terjadi pada kondisi El Nino. Pada
tahun 1997 terjadi pengaruh global dari kejadian ENSO yang menyebabkan anomali kondisi iklim yang berkepanjangan.
Gambar 7. Perbandingan kondisi di Samudera Pasifik pada saat a normal dan b terjadi El Nino NOAA, 2004
2.6. Variabilitas Arus, Suhu, Angin serta Kaitannya terhadap IODM
dan ENSO
Westerly wind burst di Ekuatorial Barat Samudera Hindia membangkitkan arus Jet Wyrtki ke timur pada musim-musim peralihan Sprintall et al., 2000.
Pada bulan Oktober - November peralihan II arus Jet Wyrtki yang terbentuk lebih lemah daripada musim peralihan I April - Mei. Akibat arus Jet Wyrtki
tersebut maka terbentuklah gelombang Kelvin yang menyebabkan penenggelaman massa air atau downwelling di pantai barat Sumatera Wyrtki,
1973. Gelombang Kelvin yang terbentuk tersebut akan merambat dan membentur pantai barat Sumatera dalam waktu lebih kurang sebulan.
Menurut Thompson et al. 2006 IODM mempengaruhi adanya variasi antar-tahunan pada suhu di perairan barat Sumatera. Pada saat IODM positif
a b
16
suhu menurun karena adanya angin kuat yang menekan Jet Wyrtki, sedangkan pada saat IODM negatif terjadi hal yang sebaliknya.
ENSO juga mempengaruhi penaikan massa air upwelling di selatan Jawa dan barat daya Sumatera. Pada saat periode El Nino, Angin Muson
Tenggara yang berhembus di perairan Indonesia bagian selatan menguat sehingga terjadi peningkatan upwelling di selatan Jawa dan barat daya Sumatera
Susanto et al. 2001. Menurut Farita 2006 dan Holiludin 2009 energi variabilitas suhu terbesar di Samudera Hindia perairan selatan Jawa dan
perairan barat Sumatera terdapat pada lapisan termoklin. Saji et al. 1999 menyatakan bahwa IODM merupakan suatu fenomena
sistem kopel atmosfer-laut yang mempunyai mekanisme fisis yang hampir sama dengan ENSO, tetapi secara statistik tidak bergantung pada ENSO.
Ketidakbergantungan ini ditunjukkan oleh adanya kejadian IODM pada tahun 1961 dan 1967 yang tidak terkait dengan ENSO. Sedangkan Godfrey 2001
menyimpulkan bahwa terlihat anomali SPL negatif di Samudera Hindia bagian timur pantai barat Sumatera pada saat El Nino. Adanya anomali ini
memungkinkan menguatnya angin timuran di daerah tersebut. Hal ini sesuai dengan evolusi kejadian IODM yang dikemukakan oleh Saji et al. 1999.
Pernyataan tersebut memperlihatkan adanya korelasi yang kuat antara ENSO dan IODM, serta mengisyaratkan adanya hubungan yang kompleks antara
keduanya. Webster dan Torrence 1999 mengemukakan bahwa anomali SPL
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik bagian tengah dan timur secara umum sefasa dalam skala waktu antar tahunan. Ini mengindikasikan bahwa jika di
Samudera Pasifik dalam kondisi hangat, maka demikian juga yang terjadi di Samudera Hindia bagian timur. Ini menunjukan adanya keterkaitan antara ENSO
dan IODM.
17
3. METODE PENELITIAN