Validasi Data GFDL dengan Data Insitu Buoy TRITON

28

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Validasi Data GFDL dengan Data Insitu Buoy TRITON

Hasil validasi data arus di bagian barat Samudera Hindia dapat dilihat pada Tabel 1 serta Gambar 10. Pada komponen zonal u didapatkan nilai SE sebesar 0.11958 dan RMSE sebesar 0.20680, sedangkan untuk komponen meridional v didapatkan nilai SE sebesar 0.04767 dan RMSE sebesar 0.09415. Nilai SE dan RMSE tersebut dapat dikatakan cukup besar karena nilai SE dan RMSE yang hampir sama dengan kisaran nilai komponen arus insitu TRITON. Pada grafik perbandingan antara komponen zonal meskipun nilai antara komponen arus insitu TRITON dengan komponen arus hasil asimilasi GFDL memiliki perbedaan yang cukup besar, namun secara umum keduanya membentuk pola fluktuasi yang hampir mirip. Perubahan fluktuasi naik turunnya komponen arus baik pada data insitu TRITON maupun pada data asimilasi GFDL terjadi secara serentak. Pada saat data insitu menunjukkan komponen zonal arus turun begitu pula yang terjadi pada komponen zonal arus dari data asimilasi. Perbedaaan pola fluktuasi hanya terlihat pada beberapa waktu yaitu pada akhir tahun 2002 dan awal tahun 2005. Pada akhir tahun 2002 nilai komponen zonal arus pada data insitu menunjukkan pola yang stagnan bahkan relatif turun sedangkan pada komponen zonal dari data asimilasi menunjukkan pola kenaikan. Hal sebaliknya terjadi pada akhir tahun 2005, nilai komponen zonal dari data insitu menunjukkan pola yang meningkat dengan tajam, sedangkan komponen zonal dari data asimilasi menunjukkan pola yang menurun. Pada komponen meridional arus fluktuasi yang terbentuk antara data insitu TRITON dengan data asimilasi GFDL tidak menunjukkan pola yang bersamaan seperti halnya yang terjadi pada komponen zonal arus. Namun pada komponen meridional ini perbedaan antara nilai dari data insitu dengan dari data asimilasi tidak terlalu berbeda jauh. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata dari komponen meridional dari keduanya yang memiliki perbedaan tidak terlalu jauh. Tabel 1. Hasil Validasi antara Komponen Arus GFDL dengan Buoy TRITON Validasi Arus Komponen Zonal u Komponen Meridional v Statistik Triton GFDL Triton GFDL Max ms 0.42023 0.15075 0.12325 0.04096 Min ms -0.24321 -0.35598 -0.15864 -0.16774 Rata-rata ms 0.09375 -0.04189 -0.03197 -0.03804 RMSE 0.20680 0.09415 Standar error SE 0.11958 0.04767 Gambar 10. Grafik perbandingan antara data arus GFDL dengan data arus buoy TRITON a Komponen Zonal Arus b Komponen Meridional Arus a b Adanya pola fluktuasi yang mirip antara komponen zonal dan meridional arus dari data GFDL dengan komponen zonal dan meridional arus dari buoy TRITON insitu menunjukkan bahwa data GFDL yang digunakan dalam penelitian ini cukup valid untuk digunakan dalam pengamatan variabilitas arus di perairan barat Sumatera. Hasil validasi data suhu di bagian barat Samudera Hindia dapat dilihat pada Tabel 2 serta Gambar 11. Validasi data suhu antara data GFDL dengan data TRITON Insitu di bagian barat Samudera Hindia menghasilkan nilai RMSE sebesar 0.58030 dan SE sebesar 0.46693. Nilai suhu dari data institu TRITON dengan dari data asimilasi GFDL memiliki perbedaan yang relatif besar, namun pada Juni hingga Juli 2002, Juni hingga Desember 2006, serta Juli hingga Desember 2007 suhu dari data GFDL memiliki nilai yang hampir sama dengan suhu dari data TRITON. Secara umum pola fluktuasi suhu yang terbentuk pada suhu dari data GFDL dan suhu dari data TRITON memiliki pola yang mirip. Pada saat fluktuasi suhu dari data TRITON meningkat suhu dari data GFDL juga meningkat, begitu juga sebaliknya. Tabel 2. Hasil Validasi antara Komponen Suhu GFDL dengan Buoy TRITON Validasi Suhu Statistik Triton GFDL Max °C 29.88693 30.64100 Min °C 27.08069 26.44500 Rata-rata °C 28.83329 29.17806 RMSE 0.58030 Standar error SE 0.46693 Gambar 11. Grafik perbandingan antara data suhu GFDL dengan data suhu buoy TRITON Kesamaan pola fluktuasi dan nilai suhu yang hampir mirip antara data suhu dari GFDL dengan data suhu dari buoy TRITON insitu menunjukkan bahwa data suhu dari GFDL yang digunakan dalam penelitian ini cukup valid untuk digunakan dalam pengamatan variabilitas suhu di perairan barat Sumatera.

4.2. Sebaran Arus

Dokumen yang terkait

Determination of The Rice Cropping Calendar based on ENSO (El Niño Southern Oscillation) and IOD (Indian Ocean Dipole) phenomena in Monsoon and Equatorial Regions

0 9 211

Analisis korelasi kanonik el nino southern oscillation (ENSO) dan dipole mode event (DME) dengan curah hujan di pulau Sumatera

0 14 10

Identifikasi Fenomena ENSO (El Nino-Southern Oscillation) DAN IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Daerah Jawa Barat (Studi Kasus Kabupaten Indramayu dan Cianjur)

3 29 184

Pengaruh ENSO (El Nino- Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Wilayah Tipe Hujan Equatorial dan Monsunal (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

2 24 60

Penetapan kalender tanam padi berdasarkan fenomena enso (El Niño Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) di wilayah Monsunal dan Equatorial

0 11 404

Pengaruh El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap Produktivitas Kelapa Sawit

1 2 56

Keragaman curah hujan indonesia saat fenomena indian ocean dipole (iod) dan el nino southern-oscillation (enso)

1 5 39

Pengaruh El Nino, La Nina Dan Indian Ocean Dipole.

0 0 1

Pengaruh Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino Southern Osscillation (ENSO) Terhadap Variabilitas Upwelling Di Perairan Selatan Jawa.

0 1 1

ANALISIS HUBUNGAN DAN PEMODELAN LUAS PANEN PADI DENGAN INDIKATOR EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) DI KABUPATEN

0 0 76