Sebaran Angin HASIL DAN PEMBAHASAN

Tenggara angin bertiup kencang dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan penaikan massa air dari lapisan yang dalam ke lapisan yang lebih atas, kemudian membuat batas atas dan batas bawah lapisan termoklin menjadi lebih dangkal.

4.4. Sebaran Angin

Sebaran arah dan kecepatan angin di perairan barat Sumatera ditampilkan dalam bentuk stickplot pada Gambar 22, 23 dan 24. Dari gambar tersebut terlihat bahwa arah angin bergerak lebih kuat dan lebih lama ke arah tenggara. Pada bulan Desember hingga Maret angin bertiup dari arah barat laut menuju ke tenggara. Pada bulan Juli hingga November angin cenderung bertiup ke arah barat laut. Sedangkan pada bulan April hingga Juni angin cenderung tidak teratur, namun cenderung bergerak ke arah barat laut. Gambar 22. Sebaran Temporal Angin Periode Januari 1979 – Desember 1984 Gambar 23. Sebaran Temporal Angin a Januari 1985 – Desember 1990 b Januari 1991 – Desember 1996 c Januari 1997 – Desember 2002 a b c Gambar 24. Sebaran Temporal Angin Periode Januari 2003 – Desember 2007 Pada saat Angin Muson Barat Laut Desember – Februari angin permukaan di perairan barat Sumatera bergerak ke arah tenggara, sedangkan pada saat Angin Muson Tenggara Juni – Agustus angin permukaan di perairan barat Sumatera bergerak ke arah barat laut. Pada saat awal Musim Peralihan angin cenderung bergerak ke arah barat laut. Hal ini sesuai dengan Wyrtki 1961 yang mengatakan bahwa pergerakan angin ke arah tenggara pada saat Angin Muson Barat Laut terjadi akibat terbentuknya tekanan yang tinggi di Benua Asia, sehingga angin bergerak dari Benua Asia ke Benua Australia. Hal sebaliknya terjadi pada saat Angin Muson Tenggara pusat tekanan tinggi berada di Benua Australia, sehingga angin bergerak dari Benua Australia ke Benua Asia. Dari fluktuasi komponen zonal dan meridional angin yang bertiup di perairan barat Sumatera terlihat bahwa nilai komponen zonal angin lebih besar dibandingkan dengan nilai komponen meridional angin. Hal ini menunjukkan bahwa pada perairan barat Sumatera komponen angin yang paling berpengaruh adalah komponen zonal angin. Wilopo 2005, Farita 2006 dan Holilludin 2009 juga menyatakan bahwa di perairan selatan Jawa dan perairan barat Sumatera fluktuasi komponen zonal angin lebih besar dibandingkan dengan fluktuasi komponen meridional angin. Dari Gambar 22, 23 dan 24 terlihat bahwa arah angin akan menuju ke suatu arah selama beberapa bulan dalam rentang waktu satu tahun. Kemudian pada tahun berikutnya di bulan yang sama angin akan kembali menuju ke arah tersebut. Angin akan memiliki kecepatan yang berbeda pada musim yang sama, pada periode Muson Barat Laut pada suatu tahun angin akan memiliki kecepatan yang berbeda dengan kecepatan angin pada musim yang sama di tahun berikutnya. Bila dilihat pola arah angin ini hampir selalu sama pada tahun-tahun berikutnya. Selain itu pada musim yang sama kecepatan angin di perairan barat Sumatera selalu berfluktuasi sehingga kecepatannya tidak selalu sama. Hal ini berarti bahwa angin memiliki fluktuasi tahunan. Selain itu terdapat fluktuasi setengah-tahunan dari komponen angin yang ditunjukkan dengan perubahan arah setiap 6 bulan. Hal yang sama ditemukan Farita 2006 dan Holilludin 2009 yang menyatakan bahwa selain memiliki fluktuasi tahunan angin di perairan barat Sumatera juga memiliki fluktuasi setengah-tahunan.

4.5. Kaitan antara sebaran arus, suhu, angin, dengan IODM dan

Dokumen yang terkait

Determination of The Rice Cropping Calendar based on ENSO (El Niño Southern Oscillation) and IOD (Indian Ocean Dipole) phenomena in Monsoon and Equatorial Regions

0 9 211

Analisis korelasi kanonik el nino southern oscillation (ENSO) dan dipole mode event (DME) dengan curah hujan di pulau Sumatera

0 14 10

Identifikasi Fenomena ENSO (El Nino-Southern Oscillation) DAN IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Daerah Jawa Barat (Studi Kasus Kabupaten Indramayu dan Cianjur)

3 29 184

Pengaruh ENSO (El Nino- Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Wilayah Tipe Hujan Equatorial dan Monsunal (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

2 24 60

Penetapan kalender tanam padi berdasarkan fenomena enso (El Niño Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) di wilayah Monsunal dan Equatorial

0 11 404

Pengaruh El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap Produktivitas Kelapa Sawit

1 2 56

Keragaman curah hujan indonesia saat fenomena indian ocean dipole (iod) dan el nino southern-oscillation (enso)

1 5 39

Pengaruh El Nino, La Nina Dan Indian Ocean Dipole.

0 0 1

Pengaruh Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino Southern Osscillation (ENSO) Terhadap Variabilitas Upwelling Di Perairan Selatan Jawa.

0 1 1

ANALISIS HUBUNGAN DAN PEMODELAN LUAS PANEN PADI DENGAN INDIKATOR EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) DI KABUPATEN

0 0 76