Data Angin Data Dipole Mode Index DMI Data Southern Oscillation Index SOI

19 Data arus dan suhu tersedia dalam bulanan rata-rata. Data ini memiliki 50 tingkat kedalaman, dimana pada 22 tingkat kedalaman paling atas memiliki perbedaan kedalaman sebesar 10 meter. Data ini memiliki resolusi spasial sebesar 1° x 1°. Pada daerah lintang sedang hingga rendah resolusi spasial pada lintang akan menjadi lebih tinggi hingga akhirnya mencapai 13° pada daerah dekat ekuator, sedangkan resolusi spasial untuk bujur tetap 1°. Data arus dan suhu memiliki format NetCDF, yang kemudian diekstrak untuk mendapatkan nilai komponen zonal dan meridional arus serta nilai suhu. Data arus dan suhu yang digunakan dalam penelitian ini adalah data arus dan suhu pada kedalaman 5, 25, 55, 75, 125, 155, 175, 250, 446, dan 617 meter. Data ini dianggap mewakili keadaan pada lapisan permukaan tercampur, lapisan termoklin dan lapisan dalam. Pengambilan data arus dan suhu pada kedalaman tersebut mengacu pada Holilludin 2009 yang menyatakan bahwa lapisan permukaan tercampur di perairan barat Sumatera mencapai kedalaman 50 meter, sedangkan lapisan termoklin berkisar antara 75 hingga 150 meter. Data arus yang digunakan dalam penelitian ini berada pada posisi 5°LS dan 100°BT. Sedangkan untuk data suhu berada pada posisi 5,26°LS dan 100,5°BT Gambar 8.

3.2.2. Data Angin

Data angin merupakan data dari Earth System Research Laboratory ESRL, Physical Science Division NOAA http:www.esrl.noaa.gov. Data ini adalah hasil proses reanalisis dari proses analisa data mulai dari tahun 1948 sampai dengan sekarang. Data angin dari ESRL merupakan data yang terdiri atas komponen zonal u dan meridional v pada ketinggian 10 meter diatas permukaan laut. Data yang tersedia berupa rata-rata dalam 6 jam, harian dan bulanan. Data ini memiliki resolusi spasial sebesar 2,5° x 2,5°. 20 Data angin yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kecepatan angin yang telah dirata-ratakan oleh ESRL NOAA menjadi data kecepatan angin bulanan rata-rata dari Januari 1979 hingga Desember 2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini berada pada koordinat 5° LS dan 100° BT. Data yang diperoleh dalam format NetCDF yang kemudian akan diekstrak sehingga menghasilkan nilai komponen zonal u dan meridional v angin yang selanjutnya akan diolah menjadi arah dan kecepatan angin.

3.2.3. Data Dipole Mode Index DMI

Data DMI diunduh pada tanggal 7 Maret 2009. Data ini diambil dari situs Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology www.jamstec.go.jp. Data yang tersedia merupakan data bulanan mulai dari bulan Maret 1958 hingga Agustus 2008. Nilai dari DMI ditentukan melalui perbedaan anomali suhu permukaan laut dari dua daerah yaitu bagian barat ekuator dari Samudera Hindia 50° - 70° BT dan 10° LS - 10° LU dan timur ekuator dari Samudera Hindia 90° - 110° BT dan 10° LS - ekuator. Anomali suhu permukaan laut dari bagian barat yang dikurangi dengan anomali suhu permukaan laut bagian timur akan menghasilkan nilai Dipole Mode Index tersebut JAMSTEC, 2001.

3.2.4. Data Southern Oscillation Index SOI

Data SOI diambil dari situs Australian Government Bureau of Meteorology http:www.bom.gov.au. Data diunduh pada tanggal 5 Maret 2009. Data yang didapatkan berupa data bulanan dari Januari 1979 hingga Desember 2007. Metode yang digunakan Australian Government Bureau of Meteorology dalam perhitungan SOI bergantung pada perbedaan anomali Mean Sea Level Pressure MSLP antara Darwin dan Tahiti. Nilai SOI dihitung sebagai berikut : 21 ……………………………..1 dimana, SOI : Southern Oscillation Index P diff : Rata-rata MSLP Tahiti – Rata-rata MSLP Darwin P diffav : Rata-rata Pdiff jangka panjang pada bulan yang ditentukan SD P diff : Standar deviasi jangka panjang Pdiff pada bulan tersebut

3.3. Pengolahan dan Analisis Data

Dokumen yang terkait

Determination of The Rice Cropping Calendar based on ENSO (El Niño Southern Oscillation) and IOD (Indian Ocean Dipole) phenomena in Monsoon and Equatorial Regions

0 9 211

Analisis korelasi kanonik el nino southern oscillation (ENSO) dan dipole mode event (DME) dengan curah hujan di pulau Sumatera

0 14 10

Identifikasi Fenomena ENSO (El Nino-Southern Oscillation) DAN IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Daerah Jawa Barat (Studi Kasus Kabupaten Indramayu dan Cianjur)

3 29 184

Pengaruh ENSO (El Nino- Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Wilayah Tipe Hujan Equatorial dan Monsunal (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

2 24 60

Penetapan kalender tanam padi berdasarkan fenomena enso (El Niño Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) di wilayah Monsunal dan Equatorial

0 11 404

Pengaruh El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap Produktivitas Kelapa Sawit

1 2 56

Keragaman curah hujan indonesia saat fenomena indian ocean dipole (iod) dan el nino southern-oscillation (enso)

1 5 39

Pengaruh El Nino, La Nina Dan Indian Ocean Dipole.

0 0 1

Pengaruh Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino Southern Osscillation (ENSO) Terhadap Variabilitas Upwelling Di Perairan Selatan Jawa.

0 1 1

ANALISIS HUBUNGAN DAN PEMODELAN LUAS PANEN PADI DENGAN INDIKATOR EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) DI KABUPATEN

0 0 76