Data Arus dan Suhu

18

3.2.1. Data Arus dan Suhu

Data arus dan suhu diambil dari situs Geophysical Fluid Dynamic Laboratory GFDL NOAA http:www.gfdl.noaa.gov. Data ini merupakan data observasi kelautan dari tahun 1976 hingga tahun 2006 XBT, ARGO, CTD, MRB, OSD, dan MBT dan data atmosferik reanalisis NCEPNCAR yang di asimilasikan ke dalam sistem coupled ensemble. Sistem asimilasi yang dilakukan untuk mendapatkan data tersebut terdiri atas sebuah ensemble filter yang diaplikasikan ke climate coupled model GFDL generasi kedua CM2 Delworth et al., 2006. Langkah-langkah bagaimana data asimilasi bekerja untuk memperbaharui perkiraan dari data sebelumnya ditampilkan pada Gambar 9. Langkah 1 adalah memperbarui fungsi densitas probabilitas PDF di lokasi pengamatan sebagai pengamatan yang baru dilambangkan dengan panah berlabel langkah 1. Panah 1 menunjukkan bahwa PDF sebelum di lokasi pengamatan diganti dengan pengamatan baru dan panah 2 mempresentasikan pergeseran dari rata-rata ensemble sebelumnya pada pengamatan yang baru di lokasi pengamatan. Langkah kedua yaitu menggunakan distribusi korelasi untuk mendistribusikan kenaikan pengamatan ke titik grid yang berpengaruh. Panah 3 merupakan proses memperbarui PDF titik grid. Gambar 9. Langkah dalam Asimilasi Data Zhang et al., 2007 19 Data arus dan suhu tersedia dalam bulanan rata-rata. Data ini memiliki 50 tingkat kedalaman, dimana pada 22 tingkat kedalaman paling atas memiliki perbedaan kedalaman sebesar 10 meter. Data ini memiliki resolusi spasial sebesar 1° x 1°. Pada daerah lintang sedang hingga rendah resolusi spasial pada lintang akan menjadi lebih tinggi hingga akhirnya mencapai 13° pada daerah dekat ekuator, sedangkan resolusi spasial untuk bujur tetap 1°. Data arus dan suhu memiliki format NetCDF, yang kemudian diekstrak untuk mendapatkan nilai komponen zonal dan meridional arus serta nilai suhu. Data arus dan suhu yang digunakan dalam penelitian ini adalah data arus dan suhu pada kedalaman 5, 25, 55, 75, 125, 155, 175, 250, 446, dan 617 meter. Data ini dianggap mewakili keadaan pada lapisan permukaan tercampur, lapisan termoklin dan lapisan dalam. Pengambilan data arus dan suhu pada kedalaman tersebut mengacu pada Holilludin 2009 yang menyatakan bahwa lapisan permukaan tercampur di perairan barat Sumatera mencapai kedalaman 50 meter, sedangkan lapisan termoklin berkisar antara 75 hingga 150 meter. Data arus yang digunakan dalam penelitian ini berada pada posisi 5°LS dan 100°BT. Sedangkan untuk data suhu berada pada posisi 5,26°LS dan 100,5°BT Gambar 8.

3.2.2. Data Angin

Dokumen yang terkait

Determination of The Rice Cropping Calendar based on ENSO (El Niño Southern Oscillation) and IOD (Indian Ocean Dipole) phenomena in Monsoon and Equatorial Regions

0 9 211

Analisis korelasi kanonik el nino southern oscillation (ENSO) dan dipole mode event (DME) dengan curah hujan di pulau Sumatera

0 14 10

Identifikasi Fenomena ENSO (El Nino-Southern Oscillation) DAN IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Daerah Jawa Barat (Studi Kasus Kabupaten Indramayu dan Cianjur)

3 29 184

Pengaruh ENSO (El Nino- Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Wilayah Tipe Hujan Equatorial dan Monsunal (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

2 24 60

Penetapan kalender tanam padi berdasarkan fenomena enso (El Niño Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) di wilayah Monsunal dan Equatorial

0 11 404

Pengaruh El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap Produktivitas Kelapa Sawit

1 2 56

Keragaman curah hujan indonesia saat fenomena indian ocean dipole (iod) dan el nino southern-oscillation (enso)

1 5 39

Pengaruh El Nino, La Nina Dan Indian Ocean Dipole.

0 0 1

Pengaruh Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino Southern Osscillation (ENSO) Terhadap Variabilitas Upwelling Di Perairan Selatan Jawa.

0 1 1

ANALISIS HUBUNGAN DAN PEMODELAN LUAS PANEN PADI DENGAN INDIKATOR EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) DI KABUPATEN

0 0 76