Dari Gambar 22, 23 dan 24 terlihat bahwa arah angin akan menuju ke suatu arah selama beberapa bulan dalam rentang waktu satu tahun. Kemudian
pada tahun berikutnya di bulan yang sama angin akan kembali menuju ke arah tersebut. Angin akan memiliki kecepatan yang berbeda pada musim yang sama,
pada periode Muson Barat Laut pada suatu tahun angin akan memiliki kecepatan yang berbeda dengan kecepatan angin pada musim yang sama di tahun
berikutnya. Bila dilihat pola arah angin ini hampir selalu sama pada tahun-tahun berikutnya. Selain itu pada musim yang sama kecepatan angin di perairan barat
Sumatera selalu berfluktuasi sehingga kecepatannya tidak selalu sama. Hal ini berarti bahwa angin memiliki fluktuasi tahunan. Selain itu terdapat fluktuasi
setengah-tahunan dari komponen angin yang ditunjukkan dengan perubahan arah setiap 6 bulan. Hal yang sama ditemukan Farita 2006 dan Holilludin
2009 yang menyatakan bahwa selain memiliki fluktuasi tahunan angin di perairan barat Sumatera juga memiliki fluktuasi setengah-tahunan.
4.5. Kaitan antara sebaran arus, suhu, angin, dengan IODM dan
ENSO
Sebaran temporal arus, suhu, angin DMI di perairan barat Sumatera serta SOI bulanan rata-rata periode Januari 1979 hingga Desember 2007 ditampilkan
pada Gambar 25, 26, 27, 28 dan 29. Nilai DMI menggambarkan terjadinya fenomena IODM. Fenomena IODM positif ditandai dengan nilai DMI yang
menunjukkan nilai positif yang ekstrim, dan sebaliknya fenomena IODM negatif ditandai dengan nilai DMI yang menunjukkan nilai negatif yang ekstrim.
Sedangkan nilai SOI menggambarkan terjadinya fenomena ENSO. Fenomena El Nino digambarkan dengan SOI yang bernilai negatif.
Dari Gambar 25, 26, 27, 28 dan 29 dapat dilihat bahwa fenomena IODM positif terjadi pada tahun 1982 Juni-September, 1983 Juni-September, 1987
Juni-November, 1991 Juni, 1994 Juni-September, 1997 September- Desember, 2002 September-Desember, dan 2006 September-Desember.
Sedangkan fenomena IODM negatif terjadi pada tahun 1980 Juni-Desember, 1981 Juni-Desember, 1985 Januari, 1989 Maret-Juni, 1992 Maret-
September, 1996 Juni-Desember dan 1998 September-Desember. Hal yang sama juga ditemukan oleh Saji et al. 1999 dan Meyers et al. 2006 fenomena
IODM positif terjadi pada tahun 1982, 1983, 1987, 1991, 1994, dan 1997 dan fenomena IODM negatif terjadi pada tahun 1980, 1981, 1985, 1989, dan 1992.
Sedangkan fenomena ENSO terjadi pada tahun Juni-Desember 1982, Januari- Juni1987, Mei-September 1991, Juni 1997 hingga Maret 1998, Februari 2005
dan Mei-November 2006. Pada tahun tersebut SOI memiliki nilai ekstrim negatif. Secara umum pada saat terjadi IODM positif suhu pada lapisan
permukaan dan lapisan termoklin di perairan barat Sumatera menjadi lebih rendah dibandingkan pada saat biasanya. Selain itu lapisan permukaan
tercampur pada periode ini menjadi lebih tipis dan disertai dengan naiknya lapisan termoklin, sehingga lapisan termoklin menjadi lebih dangkal. IODM
positif juga ditandai dengan meningkatnya kecepatan angin yang bertiup di perairan barat Sumatera. Perubahan kecepatan juga terjadi pada komponen
arus, dimana fenomena IODM positif menyebabkan bertambahnya kecepatan pada arus. Thompson et al. 2006 dan Vinayachandran et al. 2002 juga
menyatakan bahwa IODM mempengaruhi adanya variasi antar-tahunan pada suhu di perairan barat Sumatera.
Gambar 25. Sebaran Temporal Arus, Angin, Suhu, DMI dan SOI Periode Januari 1979
– Desember 1984 a Arus b Suhu c Angin d DMI e SOI
a
b
c
d
e
Gambar 26. Sebaran Temporal Arus, Angin, Suhu, DMI dan SOI Periode Januari 1985
– Desember 1990 a Arus b Suhu c Angin d DMI e SOI
a
b
c
d
e
Gambar 27. Sebaran Temporal Arus, Angin, Suhu, DMI dan SOI Periode Januari 1991
– Desember 1996 a Arus b Suhu c Angin d DMI e SOI
a
b
c
d
e
Gambar 28. Sebaran Temporal Arus, Angin, Suhu, DMI dan SOI Periode Januari 1997
– Desember 2002 a Arus b Suhu c Angin d DMI e SOI
a
b
c
d
e
Gambar 29. Sebaran Temporal Arus, Angin, Suhu, DMI dan SOI Periode Januari 2003
– Desember 2007 a Arus b Suhu c Angin d DMI e SOI
a
b
c
d
e
Pada saat IODM positif suhu menurun karena adanya angin kuat yang menekan Jet Wyrtki, sedangkan pada saat IODM negatif terjadi hal yang
sebaliknya. IODM positif juga ditandai dengan pendangkalan lapisan termoklin di Samudera Hindia bagian timur perairan barat Sumatera sedangkan di
Samudera Hindia bagian barat perairan timur Afrika menjadi lebih dalam. Hal yang sama juga ditemukan Holilludin 2009 pada saat IODM positif, di perairan
barat Sumatera lapisan tercampur menjadi lebih tipis dan lapisan termoklin naik sehingga menjadi lebih dangkal. Batas atas lapisan termoklin terlihat berada
pada kedalaman kurang dari 50 m dan batas bawah lapisan termoklin berada pada kedalaman 150 m
Pada saat terjadi fenomena ENSO terlihat adanya penurunan suhu di lapisan permukaan dan termoklin di perairan barat Sumatera pada tahun
1982,1987,1991,1997, 2005 dan 2006 Gambar 25, 26, 27, 28 dan 29. Godfrey 2001 serta Webster dan Torrence 1999 juga menyatakan bahwa pada saat El
Nino terlihat adanya anomali negatif pada suhu di perairan barat Sumatera, sehingga terlihat adanya keterkaitan antara suhu di Samudera Pasifik dengan
suhu di Samudera Hindia. Selain itu kecepatan angin yang bertiup di perairan barat Sumatera juga mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan seperti
pada saat fenomena IODM positif. Susanto et al. 2001 dan Godfrey 2001 menyatakan bahwa pada saat terjadi El Nino di Samudera Pasifik Angin Muson
Tenggara yang terbentuk di perairan barat Sumatera mengalami peningkatan. Hal yang sama seperti angin juga terjadi pada komponen arus.
Pada tahun 1982 Gambar 25, 1991 Gambar 27, 1997 Gambar 28, dan 2006 Gambar 29 terlihat fenomena IODM positif terjadi bersamaan dengan
terjadinya ENSO. Pada tahun tersebut DMI bernilai ekstrim positif, sedangkan SOI bernilai ekstrim negatif. Pada tahun-tahun tersebut suhu yang terdapat di
perairan barat Sumatera menurun, sedangkan kekuatan angin dan arus
meningkat. Namun pada hal ini belum diketahui keterkaitan antara IODM dengan ENSO. Saji et al. 1999 menyatakan bahwa IODM merupakan suatu
fenomena atmosfer-laut yang mempunyai mekanisme fisis yang hampir sama dengan ENSO, tidak bergantung pada ENSO.
4.6. Spektrum Densitas Energi