Suhu dengan Angin Korelasi Silang

pada kedalaman 5 meter lapisan permukaan tercampur di perairan barat Sumatera. Adanya nilai densitas energi silang dan koherensi yang cukup tinggi pada periode 6 dan 12 bulan pada korelasi silang antara arus dengan suhu diduga karena adanya perbedaan suhu yang terjadi pada saat Angin Muson Tenggara dan Angin Muson Barat Laut. Pada saat Angin Muson Tenggara poros AKS terdesak ke utara dan membawa massa air dingin yang berasal dari upwelling sehingga mengakibatkan adanya penurunan suhu di perairan barat Sumatera. Sedangkan pada saat Angin Muson Barat Laut suhu di perairan barat Sumatera menjadi lebih tinggi karena adanya massa air hangat yang dibawa oleh ASH. Hal ini diperkuat oleh Wyrtki 1961 yang menyatakan bahwa Angin Muson Tenggara mendesak poros AKS ke utara dan menyebarkan massa air dari proses upwelling hingga ke lokasi penelitian. Sedangkan pada saat Muson Barat Laut ASH mendapatkan penyinaran matahari yang relatif tinggi dan terus menrus di sepanjang ekuator sehingga ASH membawa massa air hangat ke bagian barat Sumatera.

4.7.5. Suhu dengan Angin

Hasil korelasi silang antara Angin komponen zonal dan meridional dengan suhu ditampilkan pada Tabel 12 dan Lampiran 5. Nilai densitas energi silang yang tinggi terdapat pada korelasi silang antara komponen zonal angin dengan suhu pada kedalaman 75 meter, dengan nilai densitas energi silang sebesar 163.7602 pada periode 12 bulan dengan koherensi sebesar 0.937393, selain itu pada nilai densitas energi silang yang tinggi juga terdapat pada korelasi silang antara komponen zonal angin dengan suhu pada kedalaman 5 meter pada periode 12 bulan dengan nilai densitas energi sebesar 68.52437 dan koherensi sebesar 0.985318. Nilai densitas energi silang yang tinggi juga terdapat pada korelasi silang antara komponen meridional angin dengan suhu pada kedalaman 75 meter pada periode 12 bulan dengan nilai densitas energi silang sebesar -154.748 dan koherensi sebesar 0.957313. Hubungan yang erat antara komponen zonal angin dengan suhu juga terdapat pada kedalaman 5 meter pada periode 12 bulan. Hal ini terlihat dari nilai koherensi yang sangat tinggi yaitu sebesar 0.985318. Pada kedalaman 75 meter komponen zonal angin juga mempengaruhi suhu pada periode 2,5 tahun. Periode 12 bulan yang didapatkan pada korelasi silang atara angin dengan suhu karena adanya pola suhu yang berulang pada setiap tahun, pada muson tenggara lapisan tercampur cenderung lebih tipis dan lebih dingin. Sedangkan pada muson barat laut lapisan tercampur menjadi lebih tebal dan hangat. Hal ini diduga karena adanya respon dari variasi tahunan angin muson yang mempengaruhi Arus Sakal Samudera Hindia. Pada muson barat laut ASH akan membawa massa air hangat, sedangkan pada muson tenggara akan terjadi penaikan massa air yang akan mengakibatkan lapisan tercampur menjadi lebih dingin dan lebih tipis. Fluktuasi antar-tahunan suhu diduga disebabkan oleh adanya fluktuasi angin akibat terjadinya IODM. Menurut Thompson et al. 2006 pada saat IODM positif suhu menurun karena adanya angin kuat yang menekan Jet Wyrtki, sedangkan pada saat IODM negatif terjadi hal yang sebaliknya Tabel 12. Hasil Korelasi Silang antara Angin dengan Suhu Parameter Periode Bulan Densitas Energi Silang yang Signifikan Koherensi Kuadrat Beda Fase tan -1 waktu angin zonal Suhu 5 meter 6.00 4.64374 0.925193 -0.64833 -16 Hari 12.00 68.52437 0.985318 0.98299 44 Hari 18.32 7.69766 0.758210 -0.04550 -4 Hari 34.80 6.86584 0.675602 -0.25276 -41 Hari angin meridional 6.00 -5.9308 0.940311 2.26156 33 Hari 12.00 -77.3979 0.990696 -2.31212 -67 Hari 20.47 -8.2659 0.873493 2.95255 122 Hari 34.80 -9.2423 0.934427 2.79104 204 Hari angin zonal Suhu 75 meter 6.00 24.8891 0.924263 -0.25518 -7 Hari 12.00 163.7602 0.937393 0.14727 8 Hari 18.32 24.4176 0.835587 0.14383 12 Hari 29.00 33.8810 0.964883 0.21836 30 Hari 58.00 42.6716 0.699598 0.02807 8 Hari angin meridional 6.00 -37.200 0.989211 2.65096 35 Hari 12.00 -154.748 0.957313 3.12893 72 Hari 18.32 -24.798 0.813882 3.13542 110 Hari 29.00 -23.123 0.941260 -2.70174 -168 Hari 58.00 -47.475 0.940053 -3.04762 -347 Hari angin zonal Suhu 125 meter 4.00 -8.12016 0.829179 2.48904 23 Hari 6.00 42.23860 0.953074 -0.53297 -14 Hari 12.00 -8.91805 0.046610 -2.61320 -69 Hari 38.67 17.43593 0.634075 0.03145 6 Hari angin meridional 6.00 -56.3861 0.981687 2.36713 33 Hari 12.00 11.5932 0.078531 0.36251 20 Hari 20.47 -10.0469 0.652163 -2.98557 -122 Hari 34.80 -18.3322 0.746465 -3.12024 -209 Hari angin zonal Suhu 617 meter 6.00 -1.98276 0.910565 -2.03105 -32 Hari 12.00 7.49037 0.763565 0.24053 13 Hari 58.00 -1.93546 0.647760 -2.66966 -336 Hari angin meridional 6.00 4.74116 0.983771 0.87015 20 Hari 12.00 -7.07251 0.760175 -3.02799 -72 Hari 34.80 -1.20260 0.599107 2.23632 191 Hari 58.00 1.98322 0.746331 0.49002 126 Hari

4.7.6. Suhu dengan DMI

Dokumen yang terkait

Determination of The Rice Cropping Calendar based on ENSO (El Niño Southern Oscillation) and IOD (Indian Ocean Dipole) phenomena in Monsoon and Equatorial Regions

0 9 211

Analisis korelasi kanonik el nino southern oscillation (ENSO) dan dipole mode event (DME) dengan curah hujan di pulau Sumatera

0 14 10

Identifikasi Fenomena ENSO (El Nino-Southern Oscillation) DAN IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Daerah Jawa Barat (Studi Kasus Kabupaten Indramayu dan Cianjur)

3 29 184

Pengaruh ENSO (El Nino- Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Wilayah Tipe Hujan Equatorial dan Monsunal (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

2 24 60

Penetapan kalender tanam padi berdasarkan fenomena enso (El Niño Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) di wilayah Monsunal dan Equatorial

0 11 404

Pengaruh El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap Produktivitas Kelapa Sawit

1 2 56

Keragaman curah hujan indonesia saat fenomena indian ocean dipole (iod) dan el nino southern-oscillation (enso)

1 5 39

Pengaruh El Nino, La Nina Dan Indian Ocean Dipole.

0 0 1

Pengaruh Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino Southern Osscillation (ENSO) Terhadap Variabilitas Upwelling Di Perairan Selatan Jawa.

0 1 1

ANALISIS HUBUNGAN DAN PEMODELAN LUAS PANEN PADI DENGAN INDIKATOR EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) DI KABUPATEN

0 0 76