Suhu dengan SOI Angin dengan DMI

lapisan termoklin di Samudera Hindia bagian timur perairan barat Sumatera sedangkan di Samudera Hindia bagian barat perairan timur Afrika menjadi lebih dalam.

4.7.7. Suhu dengan SOI

Hasil korelasi antara suhu di perairan barat Sumatera dengan SOI ditampilkan pada Tabel 14 dan Lampiran 7. Tabel 14. Hasil Korelasi Silang antara SOI dengan Suhu Parameter Periode Bulan Densitas Energi Silang yang Signifikan Koherensi Kuadrat Beda Fase tan -1 waktu SOI 5 meter 12.00 -58.4637 0.604674 2.50961 68 Hari 18.32 39.2155 0.750376 -0.31579 -26 Hari 29.00 41.7268 0.711267 -0.96135 -106 Hari 69.60 -20.3798 0.147677 3.10603 418 Hari 75 meter 29.00 310.5839 0.855408 0.39095 51 Hari 58.00 370.5795 0.730258 0.30764 82 Hari 125 meter 6.00 65.3548 0.453456 -0.86230 -20 Hari 8.29 -32.1118 0.579552 -3.08781 -49 Hari 20.47 58.6764 0.833764 -0.25510 -24 Hari 29.00 161.3871 0.731658 -0.62895 -77 Hari 43.50 125.9194 0.645091 -0.57414 -108 Hari 617 meter 6.00 -5.6602 0.460804 -2.21468 -33 Hari 18.32 3.6923 0.542158 -0.10902 -9 Hari 29.00 -9.7632 0.730480 -2.10069 -156 Hari 58.00 -15.5620 0.620162 -2.53389 -331 Hari Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa nilai densitas energi silang tertinggi berada pada korelasi silang antara SOI dengan suhu pada kedalaman 75 meter pada periode 2,5 dan 5 tahun dengan nilai koherensi masing-masing sebesar 0.855408 dan 0.30258. Pada saat terjadi ENSO terjadi penguatan angin zonal di perairan barat Sumatera, diduga angin zonal tersebut akan mendesak poros AKS hingga ke daerah penelitian. AKS tersebut akan membawa massa air dingin yang berasal dari proses upwelling hingga sampai ke lokasi penelitian. Hal yang sama juga ditemukan oleh Susanto et al. 2001 dan Godfrey 2001 yang menyatakan bahwa pada saat terjadi El Nino di Samudera Pasifik, Angin Muson Tenggara yang terbentuk di perairan barat Sumatera akan mengalami peningkatan.

4.7.8. Angin dengan DMI

Hasil korelasi silang antara DMI dengan angin di perairan barat Sumatera ditampilkan pada Tabel 15 dan Lampiran 8. Tabel 15. Hasil Korelasi Silang antara DMI dengan Angin Parameter Periode Bulan Densitas Energi Silang yang Signifikan Koherensi Kuadrat Beda Fase tan -1 Waktu DMI Angin zonal 12.00 -20.7876 0.741601 2.95222 72 Hari 18.32 -12.4847 0.751878 -2.92952 -109 Hari 49.71 -31.5976 0.790740 -2.95021 -296 Hari Angin meridional 12.00 19.11000 0.709320 -0.06336 -4 Hari 19.33 14.41548 0.845332 0.20334 19 Hari 49.71 28.54657 0.907782 -0.20309 -48 Hari Dari korelasi silang antara DMI dengan angin baik zonal dan meridional terlihat bahwa nilai densitas energi silang tertinggi ada pada korelasi silang antara komponen angin zonal dengan DMI pada periode 12 bulan dengan koherensi sebesar 0.741601 dan komponen angin meridional dengan DMI pada periode 1,5 tahun dengan nilai koherensi sebesar 0.845332. Hal ini berarti bahwa fluktuasi antar tahunan dari IODM mempengaruhi terjadinya fluktuasi komponen meridional angin di perairan barat Sumatera. Hal ini sama seperti pada sebaran temporal DMI dan stickplot angin Gambar 25, 26, 27, 28 dan 29, pada saat terjadi IODM positif yang ditandai dengan nilai DMI yang ekstrim positif, kecepatan angin di perairan barat Sumatera lebih besar dibandingkan saat biasanya. Menurut Saji dan Yamagata 2002 terbentuknya kutub suhu permukaan di Samudera Hindia menyebabkan terjadinya perubahan terhadap angin permukaan yang bertiup di atas Samudera Hindia, terutama pada komponen zonal. Sistem IODM dan angin zonal ini saling mempengaruhi satu sama lain.

4.7.9. Angin dengan SOI

Dokumen yang terkait

Determination of The Rice Cropping Calendar based on ENSO (El Niño Southern Oscillation) and IOD (Indian Ocean Dipole) phenomena in Monsoon and Equatorial Regions

0 9 211

Analisis korelasi kanonik el nino southern oscillation (ENSO) dan dipole mode event (DME) dengan curah hujan di pulau Sumatera

0 14 10

Identifikasi Fenomena ENSO (El Nino-Southern Oscillation) DAN IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Daerah Jawa Barat (Studi Kasus Kabupaten Indramayu dan Cianjur)

3 29 184

Pengaruh ENSO (El Nino- Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Wilayah Tipe Hujan Equatorial dan Monsunal (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

2 24 60

Penetapan kalender tanam padi berdasarkan fenomena enso (El Niño Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) di wilayah Monsunal dan Equatorial

0 11 404

Pengaruh El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap Produktivitas Kelapa Sawit

1 2 56

Keragaman curah hujan indonesia saat fenomena indian ocean dipole (iod) dan el nino southern-oscillation (enso)

1 5 39

Pengaruh El Nino, La Nina Dan Indian Ocean Dipole.

0 0 1

Pengaruh Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino Southern Osscillation (ENSO) Terhadap Variabilitas Upwelling Di Perairan Selatan Jawa.

0 1 1

ANALISIS HUBUNGAN DAN PEMODELAN LUAS PANEN PADI DENGAN INDIKATOR EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) DI KABUPATEN

0 0 76