Analisis Optimasi Optimalisasi Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten

Selanjutnya dampak ekonomi tidak langsung yang dirasakan tenaga kerja lokal disekitar lokasi tambak ialah upah yang didapatkan. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I yang didapat sebesar 1,05, artinya apabila terjadi peningkatan sebesar 1 rupiah terhadap penerimaan pemilik usaha maka akan meningkatkan pendapatan tenaga kerja lokal sebesar 1,05 rupiah. Nilai yang diperoleh dari Rasio Income Multiplier Tipe II sebesar 1,23, artinya apabila terjadi peningkatan sebesar 1 rupiah terhadap pendapatan pemilik usaha maka akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,23 rupiah pada dampak langsung, tidak langsung maupun lanjutan yang masing-masing berupa pendapatan pemilik usaha, tenaga kerja, serta pengeluaran yang akan berputar pada masyarakat lokal Desa Tanjung Pasir. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya ikan bandeng telah mampu memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal Desa Tanjung Pasir. Selain dampak ekonomi yang dirasakan, masyarakat lokal juga bisa memanfatkan keadaan tersebut dan menjadikannya sebagai awal untuk membuka peluang-peluang usaha baru. Aktivitas budidaya ikan bandeng melibatkan banyak tenaga kerja dalam proses pra produksi sampai panen sehingga hal tersebut dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal. Keberadaan usaha tambak ikan bandeng telah memberikan dampak nyata terhadap perekonomian masyarakat lokal, meskipun memiliki nilai multiplier yang lebih kecil dari satu. Nilai multiplier lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa dampak ekonomi yang terjadi belum optimal. Hal ini sejalan dengan produksi budidaya tambak yang juga belum mencapai kondisi optimal. Kondisi ini terjadi karena pemakaian input produksi yang belum optimal dan faktor lain diluar produksi yang tidak mendukung. Nilai multiplier masih dapat ditingkatkan seiring dengan peningkatan aktivitas pemanfaatan tambak di Desa Tanjung Pasir. Optimalisasi terhadap input produksi, perbaikan prasarana dan sarana juga dapat menjadi pemicu timbulnya unit usaha dan tenaga kerja lokal yang lebih banyak di sektor budidaya ikan bandeng. VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan atas permasalahan dalam penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka simpulan yang dapat dirumuskan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Karakteristik usaha budidaya tambak ikan bandeng dapat dijelaskan berdasarkan karakteristik sosial ekonomi petani tambak yang dilihat dari usia petani tambak dengan mayoritas usia 37-46 tahun, pendidikan petani tambak sampai sekolah dasar, budidaya sebagai mata pencaharian utama dengan sistem tradisional dan semi intensif dengan mayoritas lama usaha 11-25 tahun. 2. Faktor –faktor yang secara signifikan mempengaruhi produksi usaha budidaya tambak ikan bandeng yang diduga menggunakan model fungsi Cobb-Douglas adalah bibit, pakan, tenaga kerja pemeliharaan dan luas lahan. Budidaya ikan bandeng di Desa Tanjung Pasir berada pada kondisi increasing return to scale, berada pada daerah irrasional EP1 sehingga masih dapat ditingkatkan sampai berada pada daerah rasional 0 ≤ EP ≤ 1 sehingga akan menjadi optimal. 3. Faktor produksi budidaya ikan bandeng di Desa Tanjung Pasir belum optimal. Hal ini juga menyebabkan keuntungan yang diperoleh belum maksimal. Pengoptimalan produksi budidaya memerlukan peningkatan input produksi seperti bibit sebanyak 519,699 kgha, pakan 1.157,632 kgha, pupuk 234,801 kgha, tenaga kerja pemeliharaan 93,491 HOK dan luas lahan menjadi 3,3 ha. 4. Sektor perikanan bandeng tahun 2007-2011 merupakan sektor basis di Kecamatan Teluknaga karena memiliki nilai LQ 1 yaitu berturut-turut sebesar 32,39; 31,54; 29,28; 20,39 dan 20,40. Kecamatan Teluknaga merupakan produsen penghasil ikan bandeng yang cukup besar. Hal ini menyebabkan sumbangan perikanan bandeng terhadap PDRB Kecamatan Teluknaga menjadi dominan sehingga berdampak pada perekonomian Kabupaten Tangerang. 5. Dampak ekonomi langsung yang diterima oleh pemilik unit usaha sebesar 62,63, dampak ekonomi tidak langsung yang diterima oleh tenaga kerja lokal adalah 15,92 dan dampak ekonomi lanjutan yang merupakan pengeluaran yang dikeluarkan tenaga kerja sebesar 66,7. Nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,06. Ratio Income Multiplier Tipe I sebesar 1,05 dan Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 1,23. Hal ini menunjukkan, usaha budidaya tambak ikan bandeng telah memberikan dampak ekonomi walaupun masih sangat kecil karena pelaku usaha terkait budidaya ikan bandeng dominan berasal dari luar daerah Tanjung Pasir

7.2 Saran

1. Usaha budidaya ikan bandeng yang dikerjakan oleh masyarakat Desa Tanjung Pasir belum optimal sehingga petani tambak disarankan menggunakan faktor-faktor produksi yang optimal untuk mencapai keuntungan yang maksimal. 2. Pemerintah maupun lembaga terkait mendukung proses budidaya agar memberikan hasil yang optimal dengan membentuk kelompok budidaya ikan bandeng untuk memperoleh bibit dan pakan dengan lebih efisien. 3. Peran serta lembaga-lembaga terkait dalam rangka mencapai pengoptimalisasian produksi dan juga peningkatan perekonomian Kabupaten Tangerang dengan melakukan pendampingan kepada para petani tambak dalam pelaksanaan program-program mengenai kegiatan budidaya ikan bandeng. DAFTAR PUSTAKA Agustina, L. 2006. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Tambak Udang Windu di Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muara Gembong, Bekasi. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan IPB. Bogor. Amanda, M. 2009. Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari terhadap Pendapatan Masyarakat Lokal Studi Kasus Pantai Bandulu Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor Azis, I. J, 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2010. Kabupaten Tangerang Dalam Angka KTDA. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang. Tangerang. . 2011. Kabupaten Tangerang Dalam Angka KTDA. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang. Tangerang. Cooper, C, J. Fletcher, D. Gilbert, and S. Wanhill. 1998. Tourism Principles and Practice. Second edition. Longman. New York. Darmono. 1993.Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius. Yogyakarta. Debertin, D.L. 1986. Agriculture Production Economics. Collier Macmillan Publishers. London. Dewan Kelautan Indonesia. 2008. Evaluasi Kebijakan dalam Rangka Implementasi Konvensi Hukum Laut Internasional UNCLOS 1982 di Indonesia. Jakarta. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tangerang. 2012. Dinas Kelautan dan Perikanan. Kabupaten Tangerang. Doll, P.J and F. Orazem. 1984. Production Economic Theory with Aplication. Edisi Kedua. Jhon Wiley and Son. Kanada. Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara. Jakarta. Glasson, J. 1997. Pengantar Perencanaan Regional Terjemahan Paul Sitohang. LPFEUI, Jakarta. Ikhsani, F.W. 2011. Optimasi Pengelolaan dan Pengembangan Budidaya Ikan Kerapu Macan pada Kelompok Sea Farming di Pulau Panggang Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor. Juanda, B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor.