perikanan bandeng di Kecamatan Teluknaga dapat dilihat pada Tabel 21, sebagai berikut :
Tabel 21 Nilai Location Quotient Perikanan Bandeng di Kecamatan Teluknaga 2007-2011
Pendapatan Ikan Bandeng Pendapatan Total
Tahun Kecamatan
Teluknaga juta
rupiah Si
Kabupaten Tangerang
juta rupiah
Ni Kecamatan
Teluknaga juta
rupiah S
Kabupaten Tangerang
Juta Rupiah
N SiNi
SN LQ
2007 4.924,400
20.401,60 189.400,7
25.412.268,8 0,0260
0,0008 32,39 2008
7.250,287 29.921,55
218.470,5 28.437.349,1
0,0332 0,0011 31,54
2009 7.885,185
34.480,95 241.249,0
30.884.647,8 0,0327
0,0011 29,28 2010
9.355,720 57.531,10
277.530,4 34.802.038,1
0,0337 0,0017 20,39
2011 14.533,050
88.912,50 320.441,4
39.993.018,8 0,0454
0,0022 20,40 Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
Hal tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan Teluknaga merupakan produsen penghasil ikan bandeng yang cukup besar dan hal inilah yang
menyebabkan sumbangan perikanan bandeng terhadap PDRB Kecamatan Teluknaga menjadi dominan sehingga memberikan kontribusi terhadap
perekonomian Kabupaten Tangerang. Perikanan bandeng merupakan sektor basis yang artinya sektor ikan bandeng merupakan sektor yang mampu mencukupi
kebutuhan ikan bandeng di wilayah Kecamatan Teluknaga, dan mampu memberikan kontribusi terhadap kebutuhan ikan bandeng di luar wilayah
Kecamatan Teluknaga khususnya Kabupaten Tangerang.
6.5 Dampak Ekonomi Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng terhadap
Masyarakat Lokal 6.5.1 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng
Budidaya ikan bandeng akan memberikan dampak terhadap masyarakat sekitar lokasi budidaya. Salah satu dampak yang paling dirasakan adalah dampak
ekonomi usaha budidaya tersebut terhadap masyarakat lokal. Dampak ekonomi dapat berupa dampak ekonomi langsung direct, yaitu munculnya lapangan kerja
baru bagi masyarakat,baik profesi sebagai tenaga kerja pemeliharaan, tenaga kerja persiapan dan tenaga kerja panen serta profesi lain yang sesuai dengan
kemampuan dan modal masyarakat yang bisa dimanfaatkan oleh petani tambak untuk memperoleh keperluan tambaknya. Hal demikian akan membuka
kesempatan bagi masyarakat sekitar dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Selain dampak langsung ada juga dampak lain yang muncul yaitu dampak
tidak langsung indirect impact dan dampak lanjutan induced impact. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan budidaya ikan bandeng pada dasarnya
dilihat dari keseluruhan pengeluaran petani tambak untuk pembelian kebutuhan tambak.
6.5.1.1 Dampak Ekonomi Langsung
Direct Impact
Berdasarkan sebaran responden petani tambak di kawasan budidaya ikan bandeng Desa Tanjung Pasir menurut pengeluaran petani tambak setahun terakhir,
biaya pembelian pakan memiliki proporsi terbesar dari struktur pengeluaran petani tambak sebesar 37,24. Hal ini disebabkan karena pakan memiliki harga
yang paling mahal karena pakan merupakan hasil buatan pabrik. Biaya pembelian bibit bandeng juga memiliki proporsi yang cukup besar yaitu sebesar 18,30 .
Hal ini disebabkan karena penggunaan bibit juga membutuhkan biaya yang besar. Hasil analisis secara rinci disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22 Total proporsi struktur pengeluaran petani tambak
Komponen Biaya Proporsi
Pembelian Bibit Bandeng 18,30
Pembelian Pakan 37,24
Pembelian Obat 1,77
Pembelian Pupuk 1,59
Upah Tenaga Kerja harian 6,97
Persiapan tambak 7,92
Sewa tenaga kerja panen 8,84
Perawatan alat 0,63
Transportasi 2,95
Sewa lahan 13,78
Jumlah 100,00
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
Proporsi pengeluaran petani tambak terkait dengan unit usaha dan fasilitas yang tersedia dilokasi budidaya ikan bandeng. Pengeluaran rata-rata petani
tambak untuk setiap hektar tambak adalah sebesar Rp.12.620.240. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti biaya-biaya faktor produksi yang dikeluarkan oleh petani tambak. Tabel 22 menunjukkan komponen pengeluaran
petani tambak dalam satu kali musim panen ikan bandeng di Desa Tanjung Pasir sebesar Rp.2.311.396.956. Besarnya pengeluaran petani tambak per musim
didasarkan pada jumlah tambak yang mengalami panen dalam satu kali musim panen, yaitu sebanyak 183,15 ha jika diasumsikan semua tambak berproduksi.
Besarnya arus uang tersebut menunjukkan besar dampak ekonomi yang ditimbulkan dari pengeluaran petani untuk keperluan tambak mereka.
Tabel 23 Komponen pengeluaran petani tambak per musim panen ikan bandeng
Keterangan Jumlah
Proporsi Pengeluaran pembudidaya di Desa Tanjung Pasir 100
Proporsi biaya di luar lokasi budidaya ikan Rata-rata pengeluaran pembudidaya Rpha
12.620.240 Jumlah tambak per musim panen ha
183,15 Pengeluaran pembudidaya Rp
2.311.396.956
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
Keberadaan lokasi tambak ikan bandeng membuka peluang usaha bagi masyarakat lokal untuk membuka usaha yang berkaitan dengan kebutuhan petani
tambak selama proses budidaya berlangsung. Penerimaan yang diterima unit usaha merupakan pengeluaran dari petani
tambak yang kemudian digunakan unit usaha yang berhubungan dengan budidaya tambak untuk menjalankan aktivitas usaha mereka. Komponen biaya utama yang
dikeluarkan unit usaha adalah biaya pembelian input atau bahan baku. Secara dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24 Proporsi pendapatan dan biaya produksi terhadap penerimaan total unit usaha terkait di lokasi budidaya ikan bandeng
Komponen Proporsi
Pendapatan pemilik 62,63
Kebutuhan pangan harian 5,97
Pembelian inputbahan baku 14,24
Upah tenaga kerja 15,92
Perizinan 0,58
Transportasi 0,22
Biaya pemeliharaan alat 0,44
Jumlah 100,00
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
Berdasarkan Tabel 24, pendapatan pemilik usaha memiliki proporsi paling besar yaitu 62,63 . Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan budidaya ikan bandeng
telah memberikan dampak ekonomi secara langsung terhadap perekonomian Desa Tanjung Pasir khususnya pemilik usaha. Dampak tidak langsung dalam hal
ini merupakan pendapatan yang diterima unit usaha dari pengeluaran petani tambak.
6.5.1.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung Indirect Effect
Saat ini jumlah unit usaha bidang perikanan yang dijalani oleh masyarakat lokal di Desa Tanjung Pasir masih terbilang sedikit, karena sebagian besar usaha
yang terkait budidaya ikan bandeng dijalani oleh masyarakat diluar Desa Tanjung Pasir. Peluang kerja terbesar yang tercipta dari kegiatan budidaya ikan bandeng
ini adalah saat musim panen tiba, namun tetap memberi dampak bagi tenaga kerja pada hari-hari biasa. Sebagian besar tenaga kerja bekerja setiap hari, namun
dengan jam kerja yang hanya sebentar. Rata –rata jam kerja tenaga kerja lokal
adalah setengah hari diluar musim panen. Saat musim panen tiba, jam kerja meningkat sesuai dengan kebutuhan saat panen.
Dampak ekonomi tidak langsung dihitung dari proporsi pengeluaran unit usaha yang dikeluarkan untuk gaji tenaga kerjanya. Proporsi untuk gaji tenaga
kerja yaitu 15,92 , nilai ini tidak terlalu besar karena tenaga kerja lokal tersebut tidak memiliki jam kerja yang tetap, sehingga gaji yang diberikan akan
disesuaikan dengan jam kerja mereka.
6.5.1.3 Dampak Ekonomi Lanjutan Induced Impact
Dampak lanjutan dapat diartikan sebagai suatu pengeluaran yang dilakukan oleh tenaga kerja lokal di Desa Tanjung Pasir. Dampak lanjutan dapat
juga berupa pengeluaran sehari-hari yang dikeluarkan oleh tenaga kerja lokal. Pengeluaran untuk konsumsi sebesar 66,7 merupakan pengeluaran yang
memiliki proporsi paling besar yang dikeluarkan oleh sebagian besar tenaga kerja dari total seluruh pengeluaran. Proporsi selanjutnya yaitu pengeluaran untuk
kebutuhan sehari-hari yaitu sebesar 25,2, pengeluaran ini sudah termasuk
pengeluaran untuk transportasi dari tenaga kerja lokal. Proporsi rata-rata pengeluaran tenaga kerja lokal dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25 Proporsi pengeluaran tenaga kerja lokal di lokasi budidaya ikan bandeng
Pengeluaran Proporsi
Biaya Konsumsi 66,7
Biaya Kebutuhan Sehari-hari 6,7
Biaya Pendidikan Anak 1,5
Biaya Listrik 25,2
Jumlah 100,0
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
6.5.2 Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Petani Tambak
Dampak ekonomi suatu kegiatan dapat dilihat dari dua tipe pengganda Amanda,2001, yaitu Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang
menunjukkan berapa besar pengeluaran petani tambak berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal, dan Ratio Income Multiplier, yaitu
nilai yang menunjukkan berapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran petani tambak yang berdampak pada perekonomian lokal. Hasil
perhitungan multiplier effect penelitian ini dijelaskan pada Tabel 26 dan lebih rinci lagi dapat dilihat pada Lampiran 9.
Tabel 26 Nilai multiplier effect dari arus uang yang terjadi di lokasi budidaya ikan bandeng
Nilai Multiplier Jumlah
Keynesian Income multiplier 0,06
Ratio Income Multiplier Tipe I 1,05
Ratio Income Multiplier Tipe II 1,23
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
Budidaya ikan bandeng merupakan salah satu kegiatan untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat pesisir Desa Tanjung Pasir. Berdasarkan
nilai yang disajikan dalam Tabel 26 didapatkan nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,06 yang artinya setiap terjadi peningkatan pengeluaran petani tambak
sebesar 1 rupiah, maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat lokal sebesar 0,06 rupiah. Keynesian Income Multiplier merupakan dampak ekonomi langsung
yang berasal dari pengeluaran petani tambak yang berdampak pada peningkatan pendapatan unit usaha.
Selanjutnya dampak ekonomi tidak langsung yang dirasakan tenaga kerja lokal disekitar lokasi tambak ialah upah yang didapatkan. Nilai Ratio Income
Multiplier Tipe I yang didapat sebesar 1,05, artinya apabila terjadi peningkatan sebesar 1 rupiah terhadap penerimaan pemilik usaha maka akan meningkatkan
pendapatan tenaga kerja lokal sebesar 1,05 rupiah. Nilai yang diperoleh dari Rasio Income Multiplier Tipe II sebesar 1,23, artinya apabila terjadi peningkatan sebesar
1 rupiah terhadap pendapatan pemilik usaha maka akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,23 rupiah pada dampak langsung, tidak langsung maupun
lanjutan yang masing-masing berupa pendapatan pemilik usaha, tenaga kerja, serta pengeluaran yang akan berputar pada masyarakat lokal Desa Tanjung Pasir.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya ikan bandeng telah mampu memberikan dampak ekonomi bagi
masyarakat lokal Desa Tanjung Pasir. Selain dampak ekonomi yang dirasakan, masyarakat lokal juga bisa memanfatkan keadaan tersebut dan menjadikannya
sebagai awal untuk membuka peluang-peluang usaha baru. Aktivitas budidaya ikan bandeng melibatkan banyak tenaga kerja dalam proses pra produksi sampai
panen sehingga hal tersebut dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal.
Keberadaan usaha tambak ikan bandeng telah memberikan dampak nyata terhadap perekonomian masyarakat lokal, meskipun memiliki nilai multiplier
yang lebih kecil dari satu. Nilai multiplier lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa dampak ekonomi yang terjadi belum optimal. Hal ini sejalan dengan
produksi budidaya tambak yang juga belum mencapai kondisi optimal. Kondisi ini terjadi karena pemakaian input produksi yang belum optimal dan faktor lain
diluar produksi yang tidak mendukung. Nilai multiplier masih dapat ditingkatkan seiring dengan peningkatan
aktivitas pemanfaatan tambak di Desa Tanjung Pasir. Optimalisasi terhadap input produksi, perbaikan prasarana dan sarana juga dapat menjadi pemicu timbulnya
unit usaha dan tenaga kerja lokal yang lebih banyak di sektor budidaya ikan bandeng.