sebesar 0,105, artinya setiap penambahan luas lahan sebesar 1 akan menambah produksi ikan bandeng sebesar 0,105. Nilai elastisitas 0,105
menunjukkan bahwa variabel luas lahan berada pada daerah rasional 0 ≤ Ex
5
≤ 1 dengan PM PR. Rata-rata luas lahan yang digunakan adalah 4,5 ha. Petani
tambak sebenarnya dapat memperluas lahan tambaknya, namun hal ini tidak memungkinkan karena dapat meningkatkan biaya produksi dan keuntungan
menjadi tidak maksimal.
6.3 Analisis Optimasi
Optimasi merupakan penggunaan tingkat faktor produksi yang dapat memaksimumkan keuntungan dari penggunaan sumberdaya. Tingkat optimal dari
penggunaan faktor produksi dapat dijelaskan melalui fungsi produksi. Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat kondisi optimalisasi produksi ikan bandeng di
Desa Tanjung Pasir, dimana produksi rata-rata sebesar 1.115,249 kghamusim panen dan harga produk adalah Rp. 17.500kg. Penggunaan faktor-faktor
produksi dalam usaha budidaya ikan bandeng belum mencapai kondisi optimal. Rasio antara Nilai Produk Marjinal NPM dan Biaya Keluaran Marjinal BKM
tidak sama dengan satu. Faktor produksi luas memiliki nilai rasio antara NPM- BKM lebih kecil dari satu, sedangkan untuk bibit, pakan, pupuk, dan tenaga kerja
pemeliharaan memiliki rasio NPM-BKM lebih besar dari satu. Tabel 17 Rasio nilai produksi marjinal dengan biaya korbanan marjinal dari
produksi usaha budidaya ikan bandeng Desa Tanjung Pasir
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
Rasio NPM-BKM dari bibit adalah 4,162 artinya penggunaan bibit masih dapat ditingkatkan sebesar 4,162 kalinya dari bibit aktual untuk mencapai kondisi
optimal. Bibit memiliki NPM sebesar 76.166,339 artinya bahwa penambahan 1 kg
Variabel Rata-Rata
Input Ha Koefisien
NPM BKM
NPM BKM
Bibit kg 124,865
0,487 76.166,339
18.200 4,162
Pakan kg 1.002,199
0,279 5.428,927
4.700 1,155
Pupuk kg 77,008
0,031 7.928,268
2.600 3,049
Tk.Pemeli- haraan
HOK 31,124
0,144 90.114,567
30.000 3,009
Luas ha 4,500
0,104 454.349,108
1.739.000 0,261