Usahatani Belimbing Usahatani Hortikultura

bersama, sentimen, tradisi dan persahabatan yang diperoleh melalui komunikasi dan kegiatan bersama. Asngari 1996 seperti dikutip Ramdhani 2002 mengemukakan bahwa pada dasarnya orang mau berperan serta dalam kegiatan, bilamana: pertama, akan memperoleh manfaat atau kepuasan, motifnya adalah adanya kepuasan yang akan diperoleh dari kegiatan tersebut baik secara ekonomi maupun non ekonomi. Motif itu menjadi pendorong kuat baginya. Kedua, mengetahui makna kegiatan tersebut, seperti : program, tujuan, langkah, maupun prosesnya. Ndraha 1987 seperti dikutip Ramdhani 2002 menyebutkan bahwa bentuk keikutsertaan masyarakat dalam berpartisipasi adalah dalam bentuk: 1 partisipasi melalui kontak dengan pihak lain; 2 partisipasi memberi tanggapanperhatian dalam bentuk respon menerima atau menolak; 3 merencanakan dalam bentuk pengambilan keputusan; 4 pelaksanaan; 5 partisipasi dalam mengembangkan hasil dan 6 mengevaluasi atau menilai. Mosher 1966 seperti dikutip Ramdhani 2002 menyebutkan bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kerjasama dalam kelompok tani. Unsur-unsur komunikasi adalah hal-hal yang menunjang tercapainya efek yang diharapkan pada situasi, kondisi, waktu dan tempat Effendy, 1993 seperti dikutip Imami, 2003. Unsur komunikasi dalam bidang pertanian adalah komunikator, saluran, pesan dan komunikan petani sedangkan faktor dalam proses komunikasi adalah suatu saluran yang menunjang tercapainya tujuan penyampaian pesan Soekartawi, 1988 seperti dikutip Imami 2003.

2.4 Usahatani Belimbing

Penelitian tentang usahatani belimbing sudah dilakukan oleh Husen 2006 dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Buah Belimbing Depok Varietas Dewa Dewi menyimpulkan bahwa hasil yang diperoleh dari perhitungan usahatani dengan sistem penjualan per buah SPB yaitu pendapatan atas biaya tunai pada usahatani belimbing depok adalah sebesar Rp 9.039.780,00 dan pendapatan atas biaya totalnya sebesar Rp 8.121.946,67. penerimaan yang diperoleh petani pada sistem penjualan perbuah adalah sebesar Rp.14.400.000,00. Nilai imbangan penerimaan dan biaya atau return and cost ratio RC total pada usahatani belimbing depok dengan sistem per buah adalah 2,29 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani sebesar Rp.1,00 maka petani tersebut akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,29. sedangkan RC tunai setiap Rp 1,00 maka petani akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 2,69. Penerimaan yang diperoleh sistem penjualan per kilogram SPK pada usahatani belimbing adalah sebesar Rp 18.900.000,00. Sedangkan pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp 14.562.780,00 dengan pendapatan atas biaya total yaitu Rp 13.644.946,67. pada sistem penjualan perkilogram diperoleh RC total usahatani belimbing depok sebesar 3,60, yaitu untuk setiap biaya yang dikeluarkan Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 3,60. ada pun RC tunai untuk setiap Rp 1,00 maka petani akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 4,36. Analisis Sistem Pemasaran Belimbing Dewa di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota depok dilakukan oleh Lubis 2009 memiliki hasil penelitian yang menunjukkan total marjin pemasaran terbesar terdapat pada saluran pemasaran empat sebesar Rp 8.500,00Kg 62,69 persen dengan volume penjualan sebesar 14.042 Kgpanen atau sebesar 13,85 persen dari total volume penjualan belimbing dewa.

2.5 Usahatani Hortikultura

Kemudian dalam penelitian yang dilakukan Pertiwi 2008 yang berjudul Analisis Usahatani Sayuran Organik menyimpulkan bahwa pendapatan atas biaya total masing-masing sayuran untuk lahan seluas 14m 2 dalam satu musim tanam yaitu horenso sebesar Rp 156.132,32 sedangkan pendapatan atas biaya total tomat dan brokoli organik masing-masing yaitu Rp 74.537,00 dan Rp 76.848,5. Pendapatan atas biaya total untuk hakusai dan kubis organik berturut- turut yaitu sebesar Rp89.371,30 dan Rp 366.950,00.bila dilihat dari rasio penerimaan atas biaya tunai maupun totalnya, usahatani kelima sayuran organik sudah efisien untuk dilakukan. Nilai RC atas biaya total horenso adalah memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,92. Sedangkan RC rasio tomat yaitu 1,18. Nilai RC atas biaya total brokoli adalah 1,30. Nilai RC atas biaya total hakusai adalah 1,46. Nilai RC atas biaya total terbesar yaitu kubis dengan nilai 2,55. Dalam Maimun 2009 yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Nilai Tambah dan Saluran Pemasaran Kopi Arabika Organik dan Non Organik Aceh Tengah menganalisis bahwa penerimaan petani sebesar Rp 24.375.000,- dari 1.950 kg pertahun kopi yang merka jual. Dengan adanya peralihan dari usahatani kopi arabika non organik ke kopi arabika organik, maka didapatkan hasil RC rasio. RC atas biaya tunai sebesar 6,24 persen dan RC atas biaya total sebesar 2,79 persen untuk kopi organik. Sedangkan RC atas biaya tunai untuk kopi non organik sebesar 4,96 persen dan RC atas biaya total sebesar 2,27 persen. Penelitian yang dilakukan oleh Siregar 2010 tentang Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor menganalisis bahwa tanaman yang paling efisien adalah umur tanaman enam tahun yaitu dengan RC atas biaya total sebesar 2,22 dan RC atas biaya tunai sebesar 3,98. Usahatani efisien dan menguntungkan untuk dijalankan karena pendapatannya bernilai positif. Pada penelitian ini disebutkan bahwa hal yang terkait dengan nilai RC diantaranya didalam pemakaian tenaga kerja, jarak tanam, pemakaian pestisida, biaya yang diperhitungkan dan umur tanaman. Pada penelitian Sitepu 2010 yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor menganalisis bahwa keuntungan lebih ditentukan oleh jumlah log. Berdasarkan analisis pendapatan, maka diperoleh imbangan dan biaya RC rasio total sebesar 1,57 sedangkan RC rasio untuk biaya tunai adalah sebesar 1,84 sehingga dapat dikatakan menguntungkan karena RC rasio lebih dari satu dan layak untuk dikembangkan. Tabel 6. Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya No. Judul Penelitian Persamaan Perbedaan 1 Analisis Pendapatan Usahatani Nilai Tambah dan Saluran Pemasaran Kopi Arabika Organik dan Non Organik Aceh Tengah Kasus Pengolahan Bubuk Kopi Ulee Kareng di Banda Aceh. Alat analisis yang digunakan Komoditas 2 Analisis Usahatani Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organik Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Alat analisis yang di gunakan Komoditas 3 Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Buah Belimbing Depok Varietas Dewa-Dewi Averrhoa carambola L Kasus Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Propinsi Jawa Barat. Alat analisis dan komoditas Lokasi penelitian 4 Analisis Usahatani Sayuran Organik di Perusahaan Matahari Farm Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Alat analisis Komoditas 5 Analisis Sistem Pemasaran Belimbing Dewa di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota depok Komoditas Alat analisis dan Lokasi 6 Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Alat analisis yang digunakan Komoditas dan Lokasi 7 Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor Alat analisis yang digunakan Komoditas dan Lokasi

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN