4.6 Konsep Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang diamati merupakan data dan informasi mengenai usahatani belimbing yang diusahakan petani pada satu kali panen. Variabel yang
diamati dalam menganalisis pendapatan usahatani belimbing adalah: 1. luas lahan adalah luas areal usahatani Belimbing Dewa yang
diusahakan dalam satuan hektar. 2. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses
produksi Belimbing Dewa baik dyang berasal dai dalam keluarga maupun luar keluarga yang dinyatakan dalam satuan Hari Orang Kerja
HOK. Tingkat upah berdasarkan tingkat upah per HOK yang berlaku di daerah penelitian.
3. Produksi total adalah hasil belimbing yang didapat dari luas tertentu, diukur dalam satuan kilogram.
4. Biaya total adalah semua jenis pengeluaran dalam usahatani Belimbing Dewa, baik yang tunai maupun yang diperhitungkan dinyatakan dalam
satuan rupiah. 5. Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyaknya
produksi Belimbing Dewa yang dihasilkan dinyatakan dalam satuan Rupiah.
6. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian sarana produksi yang jumlahnya berubah dengan dengan perubahan produksi
usahatani Belimbing Dewa yang dihasilkan dan dinyatakan dalam satuan Rupiah.
7. Biaya tunai adalah biaya faktor produksi untuk kegiatan usahatani Belimbing Dewa yang dibayarkan petani secara tunai dan dinyatakan
dalam satuan rupiah. 8. Biaya diperhitungkan adalah biaya faktor produksi milik sendiri yang
digunakan dalam usahatani Belimbing Dewa. Biaya ini sebenarnya tidak dikeluarkan secara tunai, namun hanya diperhitungkan saja untuk
melihat pendapatan petani apabila faktor produksi milik sendiri dibayar dan dinyatakan dalam satuan rupiah.
9. Harga produk adalah harga Belimbing Dewa ditingkat petani. Satuan
yang digunakan adalah Rupiah per kilogram. 10. Penerimaan usahatani Belimbing Dewa merupakan nilai produksi total
Belimbing Dewa dalam satu tahun dikalikan dengan harga jual Belimbing Dewa yang diterima petani. Satuan yang dipakai adalah
rupiah. 11. Pendapatan usahatani Belimbing Dewa merupakan selisih antara
penerimaan dan biaya usahatani Belimbing Dewa. Oleh karena ada dua macam biaya maka pendapatan terdiri dari pendapatan biaya tunai
dan pendapatan atas biaya total. Untuk menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi dalam usahatani
Belimbing Dewa di wilayah penelitian digunakan variabel-variabel sebagai berikut:
1. Produksi Belimbing Dewa Y: Jumlah total produksi belimbing dewa yang dihasilkan petani dalam satu tahun yang dihasilakn petani pada
luasan lahan tertentu. Produksi Belimbing Dewa dinyatakan dala satuan kilogram. Harga jual adalah harga yang diterima petani pada
saat panen dan yang berlaku di daerah penelitian, dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram.
2. Jumlah pupuk kandang X1 : jumlah pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi Belimbing Dewa dalam satu tahun dan diukur
dalam satuan karung. Biaya korbanan marginalnya adalah harga pupuk kandang dalam satuan karung.
3. Jumlah Pupuk kimia X2 : jumlah pupuk kimia yang digunakan dalam proses produksi Belimbing Dewa dalam satu tahun dan diukur
dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marginalnya adalah harga pupuk kimia dalam satuan kilogram.
4. Jumlah pestisida X3 : jumlah pestisida yang digunakan dalam proses produksi Belimbing Dewa dalam satu tahun dan diukur dalam satuan
kilogram. Biaya korbanan marginalnya adalah harga pestisida dalam satuan kilogram.
5. Jumlah tenaga kerja X4 : jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam satu tahun baik yang berasal dari dalam kluarga maupun dari luar
keluarga. Biaya korbanan marginalnya adalah tingkat upah yang dikeluarkan dalam setiap HOK.
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kota Depok
Letak geografis Kota Depok berada pada 6,19 sampai 6,28 derajat Lintang Selatan dan 106,43 Bujur Timur. Kota Depok merupakan bentangan dataran
rendah perbukitan dengan ketinggian antara 50 sampai 140 meter di atas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Bentuk
kemiringan wilayah ini sangat menentukan jenis penggunaan lahan diantaranya untuk keperluan pemukiman, industri dan pertanian.
Kota Depok beribukota di Kecamatan Pancoran Mas dengan luas wilayah 200,29 kilometer persegi yang mencakup enam kecamatan yaitu Beji, Limo, Cimanggis,
Sawangan, Sukmajaya dan Pancoran Mas. Kota Depok memiliki batas gografis di antaranya:
1. Sebelah Utara : Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tanggerang dan wilayah Kecamatan Pasar Minggu, Pasar Rebo, Cilandak, Propinsi DKI Jakarta.
2. Sebelah Timur : Kecamatan Pondok Gede, Kabupaten Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor.
4. Sebelah Barat Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sidur Kabupaten Bogor.
Wilayah Kota Depok termasuk iklim tropis dengan perbedaan curah hujan cukup kecil yang dipengaruhi oleh angin muson. Musim kemarau jatuh pada
periode April sampai September dan musim penghujan jatuh pada periode Oktober sampai Maret. Curah hujan rata-rata bulanan di Kota Depok sebesar 327
milimeter dan banyaknya hari hujan dalam satu bulan berkisar 10 sampai 20 hari . Kondisi iklim Depok yang tropis dan kadar curah hujan yang kontinyu sepanjang
tahun, mendukung pemanfaatan lahan di Kota Depok sebagai lahan pertanian. Temperatur rata-rata harian di Kota Depok 24,3 sampai 33 derajat Celcius.
Kelembaban udara rata-rata 82 persen, penguapan udara rata-rata 3,9 milimeter