Metode Pengumpulan Data Analisis Fungsi Produksi

Total jumlah petani responden adalah 50 orang semuanya berasal dari Kelompok Tani Maju Bersama dengan umur tanam pohon sama antara 10-15 tahun. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan petani belimbing dewa dipandu dengan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya dan mengadakan pengamatan terhadap keadaan usaha tani budidaya belimbing dewa di Kelompok Tani Maju Bersama. Kuisioner yang digunakan berisi pertanyaan mengenai jumlah pemakaian input, harga input, pemakaian tenaga kerja dan upah tenaga kerja, jumlah output, harga jual output dan pertanyaan lain yang berhubungan dengan analisis usaha tani budidaya belimbing dewa. Selain itu, pada kuisioner juga terdapat pertanyaan mengenai bagaimana cara petani menghadapi permasalahan yang muncul seperti hama dan harga pasar yang turun naik.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara dengan menggunakan kuisioner terhadap petani responden. Data sekunder diperoleh dengan menelusuri berbagai literatur seperti buku, skripsi dan internet. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari instansi pemerintash seperti Dinas Pertanian Kota Depok, Pusat Kajian Buah Tropika, Dirjen Hortikultura serta Badan Pusat Statistik.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul akan dianalisa secara Kualitatif dan Kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik petani dan gambaran umum mengenai usahatani Belimbing Dewa di lokasi penelitian. Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah analisis usahatani, analisis imbangan penerimaan dan biaya RC ratio analisis faktor produksi analisis elastisitas faktor produksi dan analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Perhitungan analisis data kuantitatif menggunakan software Microsoft Office Excel dan Minitab 14.0 kemudian disajian secara tabulasi, diintrepetasikan dan di uraikan secara deskriptif.

4.4.1. Analisis Penerimaan Usahatani

Penerimaan merupakan hasil kali jumlah produksi total dan harga jual per satuan. Analisis penerimaan usaha tani merupakan analaisis penerimaan yang diperoleh petani sebelum dikurangi biaya-biaya. Panen yang dapat dilakukan oleh para petani belimbing dewa dalam kurun waktu satu tahun rata-rata 3-4 kali. Dengan melakukan perbaikan pada metode penanaman diharapkan petani dapat panen 4 kali dalam setahun dan mendapatkan hasil panen lebih banyak, sehingga akan mendapatkan penerimaan tambahan yang tentu akan menambah pendapatan. Adapun rumus penerimaan adalah sebagai berikut: Dimana : TR = Penerimaan usahatani Rp Q = Hasil produksi Kg P = Harga Jual produk per unit

4.4.2. Analisis Biaya Usahatani

Biaya merupakan komponen penting dalam melakukan kegiatan usahatani. Biaya usahatani dapat berbentuk biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang tunai, komponen biaya tunai seperti biaya pupuk Kg, pestisida Liter, pembungkusan buah dan tenaga kerja luar keluarga HOK. Biaya diperhitungkan untuk menghitung berapa besarnya pendapatan kerja petani dan modal. Komponen biaya diperhitungkan seperti, sewa tanah Ha, alat- alat pertanian yang digunakan Rp dan tenaga kerja dalam keluarga HOK. TR = Q x P Adapun rumus biaya adalah sebagai berikut: Dimana : TC = Total Biaya Rp TFC = Total Biaya Tetap Rp TVC = Total Biaya Variabel Rp

4.4.3. Analisis Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi 1986, analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Untuk menghitung pendapatan usahatani dapat digunakan rumus: Dimana : r = Pendapatan usahatani Rp TR = Total Penerimaan Rp TC = Total biaya produksi total Rp Jika Pendapatan sama dengan nol, usahatani tersebut gagal memperoleh keuntungan karena penerimaan sama dengan biaya.

4.4.4. Analisis Rasio Penerimaan dan biaya RC ratio

Soekartawi 1986 menjelaskan bawa suatu usaha dikatakan menguntungkan secara ekonomi dari usaha lain apabila rasio output terhadap inputnya lebih menguntungkan daripada usaha lainnya. Return and Cost Ratio RC ratio merupakan perbandingan antara nilai output terhadap nilai inputnya atau perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran usahatani. Untuk mengetahui nilai RC Ratio dihitung menggunakan rumus: r = TR - TC TC = TFC + TVC R C ratio = Jumlah Penerimaan Rp Jumlah Biaya Rp Usahatani dikategorikan menguntungkan jika memiliki nilai RC ratio 1, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari pada tambahan biaya. Sebaliknya jika nilai RC ratio 1 bererti kegiatan usahatani yang dilakukan dikategorikan tidak menguntungkan karena setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil atau kegiatan usahatani itu merugikan. Jika nilai RC ratio = 1 berarti kegiatan usahatani berada pada kondisi keuntungan normal. Lahan sebagai salah satu faktor pendukung usahatani juga perlu dianalisis, dengan melihat berapa besar penggunaan lahan pertanian, sewa, harga jual tanah dan tingkat kesuburan. Modal dianalisis dengan melihat dari mana petani memperleh modal, tingkat kecukupan modal, ketersediaan kredit maupun bantuan modal dari luar usahatani. Tenaga kerja dianalisis dengan melihat seberapa besar penggunaan tenaga kerja, baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga.

4.5. Analisis Fungsi Produksi

Soekartawi, et al. 1986 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan analisis fungsi produsi atau pendugaan hubungan kuantitatif antara masukan input dan produksi output. Ada berbagai macam bentuk aljabar fungsi produksi, diantaranya adalah fungsi produksi linear, kuadratik polinominal kuadratik, eksponensial, CES Constant Elasticity of Subtution, Transcedental dan Translog Soekartawi, 1990. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bentuk aljabar fungsi produksi yaitu: 1. Bentuk fungsi produksi harus dapat menggambarkan dan mendekati keadaan yang sebenarnya. 2. Bentuk aljabar fungsi produksi yang dipakai harus mudah diukur atau dihitung secara statistik. 3. Fungsi produksi itu dapat dengan mudah diartikan, khususnya arti ekonomi dari parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut. Sistematika yang lazim diikuti dalam pembentukan model model building fungsi produksi menurut Soekartawi 1995 adalah sebagai berikut: 3. Menentukan variabel yang difungsikan sebagai variabel tidak bebas Y dan variabel bebas X. Hubungan Y dan X harus searah yaitu bahwa X mempengaruhi Y dan sebaliknya Y dipengaruhi oleh X. 4. Menetapkan variabel X sebanyak yang relevan dengan teori dan logika bahwa memang variabel X tersebut diduga mempengaruhi Y. 5. Membuat diagram sebaran titik scatter diagram antara masing-masing X dan Y. 6. Menetapkan variabel X yang mempunyai hubungan korelasi relatif tinggi dengan Y dan menetapkan bahwa X tersebut dipakai dalam model. 7. Menetapkan bentuk fungsi produksi yang akan dipakai . Model fungsi produksi yang ditetapkan arus didasarkan pada sebaran titik yang diperoleh pada diagram sebaran titik tersebut. Model penduga fungsi produksi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Fungsi Produksi Linear Berganda Fungsi produksi linear berganda ini digunakan karena analisisnya mudah dilakukan dan hasilnya dapat lebih mudah di intrepetasikan. Secara matematis model fungsi produksi linear berganda dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + … + b i X i + … +b n X n Keterangan: a = intersep b = koefisiensi regresi X 1 , X 2 , X i , X n = variabel yang menjelaskan faktor produksi Y = vaiabel yang dijlaskan produksi 2. Fungsi Produksi Cobb Douglas Soekartawi, et al. 1986 menganjurkan bahwa untuk menyelesaikan persamaan yang mempunyai variabel X lebih dari tiga sebaiknya menggunakan power fungtion sepert fungsi Cobb Douglas. Soekartawi 1990 menambahkan bahwa ada tiga pokok alasan mengapa fungsi Cobb Douglas lebih sering digunakan yaitu: a. Penyelesaian fungsi Cobb Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi lain. Fungsi Cobb Douglas dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linear. b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas. c. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan besaran returns to scale. Secara matematis fungsi Cobb Douglas dapat ditulis sebagai berikut: Y = aX 1 b1 X 2 b2 … X i bi e u Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut dan dapat dituliskan sebagai berikut: ln Y = ln a + b 1 ln X 1 + b 2 ln X 2 + … + b i ln X i + u Keterangan: Y = variabel yang dijelaskan produksi X 1 , X 2 , X i = variabel yang menjelaskan faktor produksi a, b = besaran yang akan diduga e = bilangan natural e = 2,7182 u = sisa residual Penyelesaian fungsi Cobb Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah dalam bentik fungsi linear, sehingga Soekartawi 1990 menyatakan bahwa penggunaan fungsi produksi Cobb Douglas harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya adalah: 1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui infinite. 2. Harus memenuhi asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan non neutral difference in the perspective technologies. Artinya jika fungsi Cobb Douglas yang digunakan sebagai model dalam suatu pengamatan dan jika diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari satu model maka perbedaan antar model terletak pada intercept dan bukan pada slope model tersebut. 3. Tiap variabel X adalah perfect competition. 4. Perbedaan lokasi pada fungsi produksi seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan u. Pemilihan fungsi produksi yang baik dan benar dari berbagai fungsi produksi yang ada sebenarnya merupakan pendugaan subjektif. Namun Soekartawi, et al. 1986 mengungkapkan bahwa ada beberapa pedoman yang perlu diikuti untuk mendapatkan fungsi produksi yang baik dan benar, yaitu: 1. Bentuk aljabar fungsi produksi yang dipilih harus dapat di pertanggungjawabkan. 2. Bentuk aljabar fungsi produksi yang dipilih mempunyai dasar yang logis secara fisik maupun ekonomi. 3. Mudah dianalisis. 4. Mempunyai implikasi ekonomi. Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi belimbing Dewa yaitu pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida dan tenaga kerja. Variabel-variabel tersebut kemudian akan dicoba ke dalam model penduga fungsi produksi. Pengujian hipotesis secara statistik dilakukan untuk hasil regresi dari model fungsi produksi yang dihasilkan dari pengolahan data. Dari analisis regresi akan diperoleh besarnya nilai t-hitung, F-hitung dan koefisien determinasi R 2 . Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing parameter bebas X i yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas Y. apabila nilai t- hitung lebih besar dari t-tabel berarti parameter yang diuji berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas dan bila t-hitung lebih kecil dari t-tabel berarti parameter yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bebas. Nilai F-hitung digunakan untuk melihat apakah parameter bebas X yang digunakan secara bersama-sama berengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas Y atau dengan kata lain apakah model penduga yang digunakan sudah layak untuk menduga parameter dalam fungsi produksi. Bila F-hitung lebih besar dari F- tabel maka secara bersama-sama parameter bebas berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas. Sedangkan nilai R 2 digunakan untuk melihat sampai sejauh mana keragaman yang diterangkan oleh parameter bebas X terhadap parameter tidak bebas Y. Metode penduga yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil atau Ordinari Least Square OLS, sehingga ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi. Kelayakan model diuji berdasarkan asumsi OLS yaitu multikolinearitas, homokedastisitas dan normalitas error. Peubah bebas yang dilibatkan dalam model fungsi produksi Belimbing Dewa petani Maju Bersama cukup banyak. Peubah-peubah bebas tersebut seharusnya saling bebas satu dengan yang lain sehingga model yang diperoleh tidak bias. Keterkaitan atau hubungan antar peubah bebas dikenal dengan istilah multikolinearitas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan pendekatan Varians Inflation Factors VIF. Nilai VIF digunakan sebagai indikator dalam uji tersebut. Nilai VIF lebih besar dari 10 berarti terdapat kolinear antar peubah bebas Gujarati 1978. Asumsi OLS tentang heterokedastisitas dan normalitas sisaan diuji dengan pendekatan grafis.

4.6 Konsep Pengukuran Variabel