50
5.3 Persyaratan Lokasi Tambak Tradisional
6
Persyaratan lokasi budidaya udang windu dalam tambak tradisional memiliki beberapa persyaratan lokasi yang cocok, antara lain :
1. Berada pada daerah sepanjang pantai beberapa meter dari permukaan air
laut dengan suhu rata-rata 26-28 C. 2.
Tanah yang ideal untuk tambak udang adalah yang bertekstur liat atau liat berpasir karena dapat menahan air. Tanah dengan tekstur ini mudah
dipadatkan dan tidak pecah-pecah. 3.
Tekstur tanah dasar terdiri dari lumpur liat berdebu atau lumpur berpasir, dengan kandungan pasir tidak lebih dari 20 persen. Kondisi tanah ini tidak
boleh berporus. 4.
Jenis perairan yang dikehendaki oleh udang adalah air payau. Daerah yang cocok untuk pertambakan adalah daerah pasang surut dengan fluktuasi
pasang surut 2-3 meter. 5.
Parameter fisik perlu diperhatikan, diantaranya :
Suhu atau temperatur = 26-30 c.
Kadar garam atau salinitas = 0-35 permil ; dengan kadar optimal yaitu 10-30 permil.
Kecerahan air = 25-30 cm.
6. Parameter Kimia
pH = 7,5-8,5.
DO atau oksigen terlarut = 4-8 mgliter.
Amonia 0,1 mgliter.
5.4 Sarana Dan Prasarana Pada Budidaya Udang Windu
7
5.4.1 Sarana
Adapun syarat konstruksi tambak tradisional, antara lain :
6
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
7
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
51 1.
Tahan terhadap damparan ombak besar, angin kencang dan banjir. Jarak minimum pertambakan dari pantai adalah 50 meter atau minimum 50
meter dari bantaran sungai. 2.
Lingkungan tambak besarta airnya harus cukup baik untuk kehidupan udang windu sehingga dapat tumbuh normal sejak ditebarkan sampai
dipanen. 3.
Tanggul harus padat dan kuat tidak bocor atau merembes serta tahan terhadap erosi air.
4. Desain tambak harus sesuai dan mudah untuk operasi sehari-hari sehingga
menghemat tenaga. 5.
Sesuai dengan daya dukung lahan yang tersedia. 6.
Menjaga kebersihan dan kesehatan hasil produksinya. 7.
Saluran pemasuk air terpisah dengan pembuangan air. Dalam tambak ekstensif atau tradisional memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu :
1. Dibangun di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa-rawa bakau
atau rawa-rawa pasang surut bersemak dan rerumputan. 2.
Bentuk dan ukuran petakan tambak tidak teratur. 3.
Luasnya antara 3-10 Ha per petak. 4.
Setiap petak mempunyai saluran keliling caren yang lebarnya 5-10 cm di sepanjang keliling petakan sebelah dalam. Di bagian tengah juga dibuat
caren dari sudut ke sudut diagonal. Kedalaman caren 30-50 cm lebih dalam dari bagian sekitarnya yang disebut pelataran. Bagian pelataran
hanya dapat berisi sedalam 30-40 cm. 5.
Di tengah petakan dibuat petakan yang lebih kecil dan dangkal untuk mengipur nener yang baru datang selama 1 bulan.
5.4.2 Prasarana
Prasarana yang diperlukan dalam budidaya udang windu dalam tambak, yaitu :
1. Petakan Tambak
a Sebaiknya dibuat dalam bentuk unit. Setiap unit tambak pengairannya
berasal dari satu pintu besar, yaitu pintu air utama.
52 b
Petakan pembagi air merupakan bagian yang terdalam. Dari petakan pembagi masing-masing petakan menerima bagian air untuk
pengisiannya. Setiap petakan harus mempunyai pintu air sendiri, yang dinamakan pintu petakan, pintu sekunder. Petakan yag berbentuk
seperti saluran disebut juga saluran pembagi air. c
Setiap petakan terdiri dari caren dan pelataran.
2. PematangTanggul
a Ada dua jenis pematang, yaitu pematang utama dan pematang antara.
b Pematan utama merupakan pematang keliling unit yang bertujuan
melindungi unit yang bersangkutan dari pengaruh luar. Tingginya 0,5 meter di atas permukaan air pasang tertinggi. Lebar bagian atasnya
sekitar 2 meter. Sisi luar dibuat miring dengan kemiringan 1 : 1,5 sedangkan untuk sisi pematang bagian dalam kemiringan 1 : 1.
c Pematang antara merupakan pematang yang membatasi petakan yang
satu dengan yang lain dalam satu unit.
3. Saluran dan Pintu Air
a Saluran air harus cukup lebar dan dalam tergantung dari keadaan
tambak masing-masing. Memiliki lebar berkisar antara 3-10 meter dan dalamnya kalau memungkinkan sejajar dengan permukaan air surut
terendah. Sepanjang tepiannya ditanami pohon bakau sebagai pelindung.
b Terdapat dua macam pintu air, yaitu pintu air utama dan pintu air
sekunder pintu air petakan. c
Pintu air berfungsi sebagai saluran keluar masuknya air dari dan ke dalam.
d Lebar mulut pintu utama antara 0,8-1,2 meter dengan tinggi dan
panjang yang disesuaikan dengan tinggi dan lebar pematang. Dasarnya lebih rendah dari dasr saluran keliling serta sejajar dengan
dasar saluran pemasukan air. e
Bahan pembuatannya, antara lain : pasangan semen atau bahan kayu kayu besi, kayu jati, kayu kelapa, kayu siwalan, dll.
53 f
Setiap pintu dilengkapi dengan dua deretan papan penutup dan diantaranya diisi tanah yang disebut lemahan.
g Pintu air dilengkapi dengan saringan, yaitu saringan luar yang
menghadap ke saluran air dan saringan dalam yang menghadap ke petakan tambak. Saringan terbuat dari kere bambau dan untuk
saringan dalam dilapisi plastik atau ijuk.
4. Pelindung
a Sebagai bahan pelindung pada pemeliharaan udang di tambak, dapat
dipasang rumpon yang terbuat dari ranting kayu atau dari daun-daun kelapa kering.
b Rumpon dipasang dengan jarak 6-15 meter di tambak. Rumpon
berfungsi juga untuk mencegah hanyutnya kelekap atau lumut sehingga menumpuk pada salah satu sudut karena tiupan angin.
5.5 Potensi Sumberdaya Manusia
Potensi terhadap jumlah sumberdaya manusia di Desa Pusakajaya Utara ini seimbang antara jumlah laki-laki dengan perempuan. Berdasarkan data desa
tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah laki-laki yang ada mencapai 2.468 orang sedangkan jumlah perempuannya mencapai 2.465 orang. Rata-rata sumberdaya
manusia di desa ini berumur produktif dan mengembangkan usaha budidaya perikanan sebagai mata pencahariannya. Adapun jumlah kepala keluarga di Desa
Pusakajaya Utara yaitu 1369 KK dengan kepadatan penduduk mencapai 4.963 per km. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Tenaga Kerja Tahun 2010 No.
Tenaga Kerja Laki-Laki Orang
Perempuan Orang
1. Usia 18-56 Tahun
1.240 1.246
2. Usia
18-56 Tahun
Bekerja 110
116 4.
Usia 0-6 Tahun 422
420 5.
Usia 7-18 Tahun 276
280 6.
Usia 56 Tahun Ke Atas 185
190 7.
Tenaga Kerja 235
213
Total 2.468
2.465
Sumber : Desa Pusakajaya Utara, 2010
54 Kualitas angkatan kerja dilihat dari usia produktif masyarakatnya.
Berdasarkan data desa yang ada, masyarakat desa rata-rata hanya sampai Sekolah Dasar saja karena keterbatasan biaya untuk melanjutkan sekolah. Selain itu,
perkembangan pendidikan di daerah ini juga rendah sehingga akses untuk mendapatkan pengetahuan semakin terbatas. Pola pikir masyarakat yang ada
sudah terbentuk bahwa pendidikan tidak menjadi prioritas yang penting. Sebenarnya dengan pendidikan yang tinggi akan memperbaiki kualitas hidup dari
segi pendapatan yanga akan didapat. Kualitas angkatan kerja 2010 dapat dilihat Tabel 17.
Tabel 17. Jumlah Angkatan Kerja Tahun 2010 No.
Angkatan Kerja Laki-Laki
Orang Perempuan
Orang
1. Usia 18-56 Tahun Buta Aksara dan huruf
- -
2. Usia 18-56 Tahun Tidak Tamat SD
470 390
3. Usia 18-56 Tahun Tamat SD
770 850
4. Usia 18-56 Tahun Tamat SMP
270 205
5. Usia 18-56 Tahun Tamat SMA
105 120
6. Usia 18-56 Tahun Tamat Perguruan Tinggi
27 20
Total 1.642
1.585
Sumber : Desa Pusakajaya Utara, 2010
Kualitas angkatan kerja bagi masyarakat di Desa Pusakajaya Utara pada Tahun 2010 cukup rendah terhadap pendidikan. Karena sebagian besar
masyarakatnya hanya tamatan SD dan sebagian lagi tidak tamat SD. Hal ini membuat tingkat kesejahteraan dan pola hidup yang rendah pula. Tingkat kualitas
masyarakat dilihat dari jenjang pendidikan yang dilakukan oleh masyarakatnya. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang dilakukan diharapkan semakin tinggi
pula kesejahteraan yang akan dirasakan. Untuk dapat memperbaiki tingkat kesejahteraan yang ada, masyarakat harus meningkatkan kualitas pendidikan.
55
5.5.1 Perkembangan Kependudukan
Perkembangan kependudukan di Desa Pusakajaya Utara ini tidaklah besar di Tahun 2010. Kurang dari 10 Kepala Keluarga saja yang ada. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Jumlah Kepala Keluarga Tahun 2010 Keterangan
KK Laki-Laki KK
KK Perempuan KK
Total KK
Kepala Keluarga Tahun 2010 1266
103 1369
Kepala Keluarga Tahun 2009 1260
101 1361
Perkembangan Keluarga -6
-2 -8
Sumber : Desa Pusakajaya Utara, 2010 Sub Sektor Perikanan merupakan salah satu sub sektor yang memiliki
peranan yang penting dalam meningkatkan pendapatan masyarakatnya. Hal ini terlihat dari total nilai produksi yang cukup tinggi nilainya, yaitu mencapai lebih
dari 800 juta rupiah. Nilai sub sektor perikanan dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Nilai Sub Sektor Perikanan No.
Keterangan Nilai Rp
1. Total Nilai Produksi
814.000.000 2.
Total Nilai Bahan Baku yang Digunakan 81.000.000
3. Total Nilai Bahan Penolong yang Digunakan
284.900.000 4.
Total Biaya Antara yang dihabiskan 366.300.000
Sumber : Desa Pusakajaya Utara, 2010
Pendapatan per kapita perikanan di Desa Pusakajaya Utara, Kabupaten Karawang memiliki jumlah rumah tangga perikanan sebanyak 101 keluarga
dimana jumlah total anggota rumah tangga perikanan terdiri dari 563 orang. Selain itu, jumlah rumah tangga buruh perikanan terdiri dari 133 keluarga dimana
jumlah anggota rumah tangga buruh perikanan berjumlah 496 orang. Hal ini dapat menunjukkan bahwa hampir sebagian besar dari masyarakat di daerah pesisir desa
ini banyak yang bermatapencaharian di bidang perikanan. Selanjutnya, pendapatan riil masyarakat di Desa Pusakajaya Utara rata-rata per-anggota
keluarga tergolong rendah, yaitu hanya Rp 20.000 karena sebagian besar
56 tergolong masyarakat menengah ke bawah.
Berdasarkan data tingkat perkembangan desa dan kelurahan Pusakajaya Utara tahun 2010 menunjukkan
bahwa jumlah kepala keluarga berjumlah 1.369 kepala keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang mencapai 3.594 orang. Sedangkan jumlah pendapatan
kepala keluarga adalah sebesar Rp 700.000.000 dan jumlah pendapatan dari anggota keluarga yang bekerja mencapai Rp 500.000. Sedangkan jumlah
pendapatan keluarga yaitu Rp 7.500.000.
57
VI. RISIKO FAKTOR-FAKTOR PRODUKTIVITAS UDANG WINDU
6.1 Analisis Faktor-Faktor Produktivitas Udang Windu
Penelitian yang dilakukan di Desa Pusakajaya Utara, Kabupaten Karawang menggunakan sampel sebanyak 30 responden, yaitu petambak
tradisional yang membudidayakan udang windu. Data yang diambil adalah data panel cross section dan time series dengan dua siklus musim tanam pada tahun
2010. Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas udang windu terdiri dari 5 variabel, diantaranya
adalah benur X1, pupuk urea X2, obat-obatan X3, saponin X4 dan tenaga kerja X5. Dari kelima variabel tersebut ada input-input yang dapat menimbulkan
risiko dan ada pula yang mengurangi risiko. Penentuan dari faktor-faktor ini didasarkan pula dari literatur mengenai faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
budidaya udang galah yang terdiri dari sembilan faktor. Dari sembilan faktor tersebut, hanya empat faktor saja yang sama dan dianalisis berdasarkan kondisi
lapangan yang ada di Desa Pusakajaya Utara dengan komoditi udang windu. Sedangkan penggunaan saponin dilakukan oleh petambak udang windu yang
bertujuan untuk mematikan hama-hama yang berbahaya bagi pertumbuhan udang di dalam tambak.
Model yang digunakan adalah model ARCH-GARCH dengan memperhitungkan risiko produksi yang ada pada budidaya udang windu secara
tradisional. Sebelum menggunakan model ARCH-GARCH diperlukan pengujian dengan metode analisis regresi untuk mengetahui bahwa data yang ada, apakah
mengandung multikolinearitas atau tidak. Jika data yang ada mengandung multikolinearitas akan ditunjukkan oleh VIF lebih dari 10 VIF 10 yang berarti
sebuah kondisi dimana terdapat hubungan linier diantara variabel independent. Berdasarkan hasil regresi yang sudah dilakukan menghasilkan nilai, sebagai
berikut :
LnY = - 4,34+0,380 LnX1-0,084 LnX2+0,034 LnX3+0,212 LnX4+0,796 LnX5.