46 memiliki harga jual yang tinggi yaitu bisa mencapai harga Rp 60.000,00 per
kilogram di tingkat petani dengan size udang mencapai 30.
5.1.3 Potensi Perikanan Desa Pusakajaya Utara
Keberadaan wilayah yang dekat dengan laut utara membuat masyarakat mencari rezeki dengan menjadi petambak. Beberapa jenis ikan yang cukup banyak
dibudidayakan di daerah ini, antara lain udang, bandeng, kerang, rajungan, mujair, patin dan nila. Adapun produksinya pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Potensi Perikanan Desa Pusakajaya Utara Tahun 2010 No.
Jenis Ikan Produksi ton
1. Udang
15 2.
Bandeng 30
3. Kerang
15 4.
Rajungan 30
5. Mujair
15 6.
Patin 15
7. Nila
9 Sumber : Desa Pusakajaya Utara, 2010
Tahun 1980-an udang menjadi komoditas andalan yang banyak dicari dan dibudidayakan oleh masyarakat pesisir. Tapi semenjak munculnya White Spot
Syndrome Virus WSSV yang membuat tidak seimbangnya lahan tambak maka produksi udang windu semakin menurun tiap tahunnya.
5.2 Budidaya Udang Dalam Tambak
BPBPLAPU 2005 menjelaskan bahwa udang windu terbagi atas ruas- ruas yang ditutupi oleh krangka luar yang mengeras. Bagian kepala terdiri atas 13
ruas dan bagian perut terdiri dari 6 ruas. Sifat dan kelakuan udang windu, yaitu : nokturnal, kanibalisme dan moulting. Nokturnal merupakan salah satu sifat yang
dimiliki oleh udang windu dimana udang lebih menyukai mencari makanan pada kondisi gelap atau remang-remang. Pada malam hari kepadatan plankton
mendukung. Konsidi terang atau siang hari, udang windu lebih menyukai membenamkan diri dalam lumpur maupun menempel pada benda-benda yang ada
47 di dasar tambak. Kanibalisme merupakan kondisi dimana terjadi kegiatan saling
memangsa antara udang itu sendiri. Moulting adalah pergantian atau penanggalan rangka luar untuk diganti dengan yang baru dan biasanya diikuti dengan
pertumbuhan bada pada udang windu. Udang yang masih muda mempunyai laju pertumbuhan yang lebih cepat daripada udang dewasa sehingga frekuensi
moulting udang muda lebih banyak. Saat moulting, kondisi udang dalam lemah sehingga memungkinkan terjadinya kanibalisme antar udang itu sendiri. Sifat
daya tahan tubuh benur udang windu yang sehat senantiasa tahan terhadap perubahan salinitas disebut juga dengan Euryhaline
5
. Budidaya udang di tambak adalah kegiatan usaha pemeliharaan atau
pembesaran udang di tambak mulai dari ukuran benih benur sampai menjadi ukuran yang layak untuk dikonsumsi. Benih udang secara alami masuk ke dalam
tambak bersama dengan air pasang yang mengairi tambak. Produksi udang yang diperoleh tidak menentu tergantung dari banyak sedikitnya benih udang yang ada
secara alamiah di laut sekitar pertambakan. Hasilnya bisa mencapai antara 50-300 kghatahun. Perkembangan perdagangan komoditi udang di pasaran dunia
semakin membaik. Permintaan udang bertambah besar sehingga harga udang menjadi tinggi. Hal ini membuat petambak semakin sadar bahwa udang harus
ditingkatkan produksinya karena dapat mendatangkan keuntungan yang besar dibandingkan dengan komoditi tambak lainnya. Untuk dapat meningkatkan
produksinya, baiknya petambak memperbaiki teknik budidaya udang tersebut. Banyak teknik yang dapat diperbaiki, diantaranya benih udang dapat dipilih
adalah benih yang cepat tumbuh dan jenisnya banyak dibutuhkan udang windu. Kesuburan tambak dapat ditingkatkan dengan cara pemupukan dan pengelolaan
air yang baik sehingga daya dukung untuk memelihara udang lebih besar. Pemberantasan hama lebih diintensifkan dengan cara konstruksi cetakan tambak,
konstruksi tanggul dan saluran pengairannya diperbaiki sehingga kualitas air tambak dapat dikendalikan secara lebih baik dan cocok untuk kehidupan udang
yang dipelihara.
5
Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Laut Air Payau dan Udang, 2005
48 Sistem budidaya yang dikenal ada tiga jenis, diantaranya budidaya secara
ekstensif atau tradisional, budidaya secara semi intensif dan budidaya secara intensif. Pada sistem budidaya secara ekstensif atau tradisional memiliki bentuk
dan ukuran yang tidak teratur. Luas tambak berkisar antara 3-10 ha per petak dan setiap petakan memiliki saluran keliling caren yang lebarnya sekitar 5-10 meter
di sepanjang keliling petakan sebelah dalam. Bagian tengah dibuat caren dari sudut ke sudut atau diagonal. Kedalaman caren sekitar 30-50 cm lebih dalam
daripada bagian lain dari dasar petakan yang disebut pelataran. Bagian pelataran hanya dapat berisi air sedalam 30-40 cm. Tempat ini akan tumbuh kelekap
sebagai pakan alami bagi udang. Adapun petak tunggal tipe Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Tambak Petak Tunggal Tipe Jawa Barat
Sumber : Mujiman 1989
Petakan yang berada di tengah dibuat lebih kecil dan dangkal sebagai petak untuk menyebarkan nener yang berasal dari tempat lain. Nener dipelihara di
dalam pelak peneneran sehingga cukup kuat untuk dibuyarkan ke petak pembesaran yang luas. Cara membuyarkannya cukup dengan membuka tanggul
petak peneneran tersebut lalu nener berenang sendiri ke petak besar. Sistem budidaya semi intesif merupakan peningkatan atau perbaikan dari
sistem budidaya tradisional atau ekstensif dengan memperkenalkan bentuk petakan yang teratur dengan maksud agar lebih mudah dalam pengelolaan airnya.
Rata-rata luas petakan umumnya berkisar 1-3 ha per petakan. Benih udang yang
Caren
Caren Peneneran
Pelataran Pelataran
Tanggul S
a l
u r
a n
49 ditebarkan memiliki kepadatan sekitar 20.000-50.000 ekorhamusim. Dalam
sistem budidaya semi intensif juga menggunakan pakan alami dengan dibantu oleh pakan tambahan yang bertujuan untuk meningkatkan produksinya. Pakan
tambahan yang digunakan biasanya adalah bahan-bahan yang diperoleh di sekitarnya, seperti ikan-ikan curah dari laut, rebon, siput-siput di tambak
dicampur dengan bekatul dedek halus. Pemberiannya dalam bentuk setengah basah dan tidak dikeringkan seperti pellet. Harga pakan juga tergolong murah
sehingga mudah dijangkau oleh para petambak. Petambak juga menggunakan pompa yang bertujuan untuk mengganti air tambaknya jika diperlukan. Dilihat
dari kepadatan penebaran benurnya sedikit ditingkatkan. Budidaya intensif memerlukan biaya yang besar dengan teknologi yang canggih. Rata-rata petakan
yang digunakan sekitar 0,2-0,5 ha per petak, agar pengelolaan air dan pengawasannya lebih mudah. Petak pemeliharaan dapat dibuat dari beton
seluruhnya atau dari tanah. Padat penebaran benur sangat tinggi, yaitu 50.000- 600.000 ekor per ha. Sepenuhnya makanan diberikan dengan komposisi yang
ideal bagi pertumbuhan udang serta pemberian aerasi untuk menambah kadar oksigen dalam air atau DO. Pergantian air juga dilakukan cukup sering agar air
tetap bersih dan terbebas dari sisa makanan serta kotoran ekskresi karena kepadatan udang dalam tambak.
Tabel 15. Batasan Sistem Budidaya Udang Di Tambak No.
Keterangan Tingkatan sistem budidaya
Ekstensif Semi Intensif
Intensif
1. Pakan
Alami Alami+pakan
tambahan Pakan
formula lengkap
2. Pengelolaan air
Pasang-surut Pasang-surut+pompa
Pompa + aerasi 3.
Padat penebaran 1.000-10.000
ekorhamusim 10.000-50.000
ekorhamusim 100.000-600.000
ekorhamusim 4.
Ukuran petak 3-20 ha
1-5 ha 0,1-1 ha
5. Produksi
100-500 kghatahun
500-1.000 kghatahun
2.000-20.000 kghatahun
Sumber : Mujiman 1989
50
5.3 Persyaratan Lokasi Tambak Tradisional