27 Keterangan :
X = Faktor Produksi
Y = Hasil Produksi
PR = Produk Rata-rata
PM = Produk Marjinal
PT = Produk Total
Daerah I = Daerah produksi irasional
Daerah II = Daerah produksi rasional
Daerah III = Daerah produksi irasional
Gambar 4. Tahapan Proses Produksi
Sumber : Soekartawi 2003
3.1.4 Risiko Produksi
Robison dan Berry 1987 diacu dalam Fariyanti 2008 menjelaskan terdapat perbedaan antara risiko dengan ketidakpastian. Jika peluang suatu
kejadian dapat diketahui oleh pembuat keputusan, yang didasarkan pada pengalaman, maka hal tersebut menunjukkan konsep risiko. Sedangkan jika
peluang suatu kejadian tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan, maka hal tersebut menunjukkan konsep ketidakpastian. Risiko merupakan kejadian yang
D a
e r
a h
2 D
a e
r a
h
1 D
a e
r a
h
3
28 dapat merugikan. Pada dasarnya pengukuran risiko dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu metode yang digunakan untuk megukur kemungkinan dan akibat dari suatu kejadian. Kemungkinan dapat diukur dengan z-score, poisson, binomial,
weighted-average approximation. Sedangkan metode yang mengukur akibat bisa menggunakan VaR Value at Risk.
Fahmi 2010 menerangkan mengenai risiko yang terkandung dalam berbagai sektor usaha, salah satunya adalah sektor perikanan. Dalam sektor ini
risiko produksi yang terkandung didalamnya, diantaranya : 1.
Produk yang dimiki mudah mengalami pembusukan atau cepat mengalami kadaluarsa.
2. Harus memiliki tempat penyimpanan yang aman, bersih, dan nyaman guna
membuat produk tersebut tetap segar. 3.
Produk perikanan, khususnya harus dihindari masuknya berbagai bentuk bakteri, dan penyakit lainnya karena sangat sensitif.
4. Membutuhkan perawatan yang intensif agar produk perikanan selalu dalam
keadaan baik. 5.
Naik turunnya harga akan memberi pengaruh pada harga jual serta keuntungan yang akan diperoleh.
6. Berhubungan dengan cuaca dan perubahan iklim global.
7. Mengikuti standar mutu yang berlaku baik di dalam maupun di luar negeri.
Menurut Just 1974 diacu dalam Fariyanti 2008 penelitian mengenai risiko sangat penting dilakukan terkait dengan pengambilan keputusan terhadap
petani, khususnya pada kegiatan produksi. Dengan mengetahui risiko yang terjadi sebelumnya membuat petani dalam mengambil keputusan yang terkait dengan
proses produksi dapat mengurangi atau meminimalkan terjadinya risiko dalam proses produksi. Just and Pope 1979 diacu dalam Fariyanti 2008
mengemukakan di dalam analisis risiko, fungsi produksi merupakan fungsi produksi rata-rata mean production function dan produksi variance variance
production function yang masing-masing dipengaruhi oleh penggunaan input dalam kegiatan produksi.
Menurut Walter et al., 2004; Hutabarat, 1985; Anderson et al., 1977, diacu dalam Fariyanti 2008 dimana pendugaan terhadap fungsi produksi dapat
29 dilakukan terpisah antara fungsi produksi rata-rata mean production function
dan produksi variance variance production function. Baik fungsi produksi rata- rata maupun produksi variance dipengaruhi oleh variabel input faktor, seperti
lahan, benih, pupuk, tenaga kerja, dan saponin.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Karawang merupakan salah satu sentral perikanan untuk komoditas udang windu di Propinsi Jawa Barat yang saat ini mengalami penurunan yang
diakibatkan oleh penurunan kualitas air sehingga sudah tidak ada lagi keseimbangan lahan tambak. Salah satu Kecamatan yang menghasilkan produksi
udang windu yang cukup tinggi adalah Kecamatan Cilebar. Kecamatan ini memiliki 10 desa dan salah satunya adalah Desa Pusakajaya Utara yang
merupakan lokasi penelitian. Desa Pusakajaya Utara adalah desa yang dekat dengan Pantai Utara dan sebagian masyarakatnya membudidayakan udang windu
secara tradisional. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa lahan tambak yang ada disana sudah kurang memberikan hasil yang maksimal bagi produktivitas
udang windu. Penggunaan input-input yang dipakai juga dapat mempengaruhi fluktuasi produktivitas. Tidak hanya air saja yang menjadi salah satu sumber
risiko yang mempengaruhi fluktuasi produksi udang windu yang ada di daerah ini, hama dan penyakit, cuaca, hingga human error juga menjadi sumber risiko yang
perlu menjadi perhatian penting. Penerapan budidaya udang windu dengan sistem tambak yang tradisional membuat produksi udang berbeda-beda tiap siklusnya.
Fluktuasi juga disebabkan oleh beberapa faktor, seperti luasan lahan yang dimiliki para petambak, kualitas benur, pakan, obat-obatan, saponin, hingga
tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha. Hal inilah yang perlu adanya penanganan serta manajemen yang baik dalam mengusahakan kegiatan budidaya
udang windu. Sumber-sumber risiko yang mempengaruhi fluktuasi produktivitas, yaitu hama dan penyakit, virus, cuaca dan human error. Untuk dapat mengetahui
lebih jelas lagi mengenai tingkat risiko, maka dapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis produksi Just and Pope, dimana metode ini
menjelaskan lebih rinci faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh dalam kegiatan usaha budidaya udang windu di tambak tradisional. Just and Pope terdiri